Suara tetes hujan yang jatuh membentur lapisan atap membuat angin yang berhembus menjadi terasa semakin dingin.
Aroma tanah yang dibasahi oleh murninya air bahkan tidak mampu membuat pikiran Rizvan tenang. Karena sampai saat ini, para pekerjanya masih belum bisa menemukan informasi tentang Quinn dan Arsen.
Setelah bebas dari penjara, Darian memutuskan untuk langsung kembali ke panti asuhan agar bisa memastikan kondisi adik-adiknya. Sedangkan Nea, dia terpaksa kembali ke rumah karena kondisi adik bungsunya yang melemah. Hingga akhirnya hanya tersisa Rizvan saja yang masih menunggu kabar dari Quinn.
"Tuan Muda, saya mendapatkan laporan terbaru tentang pergerakan keluarga Quinn."
"Katakan."
"Putra pertama mereka, Khalil, sudah meninggalkan rumah sejak kemarin dan masih belum kembali. Sedangkan putri tertua mereka, Abhelia, mendadak jatuh sakit dan harus di rawat inap."
"Khalil tidak kembali ke rumah? Bahkan setelah Abhelia sakit?"
"Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari asisten rumah tangga mereka, Khalil dan Abhelia terlibat cekcok sebelum akhirnya Khalil memutuskan untuk pergi. Tapi duduk permasalahannya tidak diketahui, karena ruangan yang kedap suara. Mereka hanya terlihat saling adu argumen saja."
Jika itu argumen biasa, Rizvan yakin Khalil tidak mungkin sampai pergi meninggalkan adik kesayangannya.
Otak Rizvan kini harus terbagi menjadi dua. Dia harus bisa menemukan solusi paling cepat untuk menyelamatkan Quinn, dan juga solusi untuk mengakhiri semua tradisi gila di keluarga mereka.
"Dan satu lagi Tuan. Saya tidak tahu apakah informasi ini berhubungan, tapi menurut sopir mereka, sebelum Khalil dan Abhelia bertengkar, beberapa jam sebelumnya, Khalil terlihat seperti orang bingung saat berjalan-jalan di taman. Ibunya bahkan berkali-kali mengajak Khalil bicara, tapi Khalil terus mengabaikannya."
"Dia mengabaikan ibunya?"
"Ya. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanyalah berjalan, sampai malam hari."
Sebenarnya ada apa?
Rizvan menerka sesuatu yang bahkan tidak bisa informannya temukan. Dia mencoba menelaah keadaan, namun karena saat ini pikirannya sedang kacau sebab mengkhawatirkan Quinn.
"Quinn ..." Tanpa sadar Rizvan menggumamkan namanya, ketika pemuda itu memikirkan kemungkinan bahwa Khalil sudah mengetahui rahasia keluarga mereka.
"Doho."
"Ya, Tuan Muda?"
"Cari informasi tentang kepala keluarga Van Tarrash sebelumnya. Kapan mereka mewarisi kekayaan, tugas, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga."
"Baik, Tuan Muda. Kalau begitu saya pamit sekarang."
"Ya. Oh, satu lagi. Tentang panti asuhan Darian, tolong tambahkan penjagaan di sana."
"Baik, Tuan Muda."
Doho, kepala pelayan keluarga Rizvan yang sudah bekerja bahkan sebelum dia beranjak dewasa, melangkah mundur dengan perlahan sambil memberikan salam penghormatan.
Baginya, yang sudah mendedikasikan waktu seumur hidupnya pada keluarga Rizvan, menjalankan perintah Rizvan adalah sebuah kemutlakan. Tidak perlu bertanya alasan dan kerjakan semuanya. Seperti itulah seorang tangan kanan bekerja.
Rizvan berjalan mendekat ke arah pintu utama rumah, berharap jika Quinn akan menampilkan wajahnya di sana. Namun dia terpaksa harus menelan kekecewaan karena nyatanya, justru orang lain yang datang.
"Kupikir kau tidak akan kembali." Komentar Rizvan pada kedatangan Darian.
Mengabaikan ekspresi menyebalkan Rizvan, Darian memilih untuk langsung melenggang masuk, setelah merapikan payungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! My Quinn.
Mystery / ThrillerKehidupan Quinn Aru tidak pernah jauh dari kata menyedihkan. Dibenci saudara dan menerima cinta palsu dari keluarga adalah salah satunya. Tapi bagi Quinn, itu semua--- sudah biasa. Kehidupannya yang membosankan berubah karena kehadiran orang baru se...