Pelatihan sebagai penerus keluarga Tarash tidaklah mudah untuk dijalani. Khalil selalu merasa lelah pasca selesai menjalani segala bentuk pelajaran yang gurunya berikan.
Dulu, Quinn dan Abhel akan selalu menunggunya dengan sabar di depan ruang belajar. Dan saat Khalil ke luar, dia akan disambut oleh dua malaikat manis yang tersenyum lebar ke arahnya.
Oleh sebab itulah, seletih apapun Khalil selama belajar, dia tidak pernah mengeluh karena kedua saudarinya setia menemani.
"Kakakkkk!"
"Kak Khalil!"
"Capek, Kak?"
"Ayo main yuk, Kak!"
"Hahahaha ... Kakak tidak capek kok, Bhel. Quinn mau main apa?"
"Ayo main kejar-kejaran!"
"Jangan, Quinn. Nanti Kak Khalil capek. Ayo main rumah-rumahan saja."
"Tapi aku tidak suka main rumah-rumahan."
"Nanti kamu jadi tuan putrinya, deh. Bagaimana?"
"Mau! Aku mau main rumah-rumahan kalau begitu!"
"Hahahaha ... Dasar Quinn. Bilang saja dari tadi kalau kamu mau jadi tuan putrinya."
"Hehehehe ... Nanti Kak Khalil jadi pengawalku, ya. Terus Abhel jadi sahabatku."
"Oke!"
"Iya. Sekarang, ayo makan dulu. Habis itu kita main."
"Yeayyyyy!"
"Horeeee!"
Ting!
Suara bel tanda jam pembelajaran telah selesai. Guru yang mengajar Khalil segera pamit undur diri. Dia membiarkan Khalil seorang diri di dalam ruang belajarnya.
"Hahhhh ..." nafas berat Khalil membuat seisi ruangan terasa hidup, "dulu ada kejadian seperti itu juga, ya?"
Ingatan baik tentang hubungan harmonis dengan kedua saudarinya membuat dada Khalil terasa begitu sesak.
Ada perasaan kehilangan di sana. Sekarang, tiap kali Quinn menatapnya dengan pandangan permusuhan, rasanya Khalil seperti sedang dipaksa menelan belati.
Indahnya paras pemuda itu mulai lenyap bergantikan kegelisahan tanpa ujung.
Khalil mencoba mereka ulang semua adegan masa lalu. Dia ingin menemukan titik temu yang membuat hubungannya dengan Quinn hancur seperti sekarang.
Pertanyaan seperti, 'sejak kapan?' 'kenapa?' dan 'bagaimana?' selalu menghantui Khalil kemana pun dia pergi.
Pria itu ingin tahu, apa yang sebenarnya telah ia lewatkan hingga lupa akan semua sikap manisnya kepada Quinn.
Khalil bahkan tidak ingat sejak kapan ia mulai sangat membenci Quinn dan menganggap gadis itu sebagai pembawa petaka. Yang Khalil ingat hanyalah betapa ia membenci Quinn karena gadis itu merupakan anak emas dari ayahnya.
Arjuna Van Tarash. Ayah dari Khalil, Quinn dan Abhel itu memiliki tiga orang istri.
Sukmawati adalah istri pertama sekaligus ibu kandung dari Khalil. Dimana Khalil juga merupakan anak pertama di keluarga ini.
Arlin adalah istri kedua. Dia juga ibu kandung dari Abhelia yang merupakan putri pertama keluarga ini. Iya, Abhel merupakan anak kedua dalam keluarga Tarash.
Sukmawati dan Arlin merupakan sahabat sejak kecil. Khalil sendiri tidak tahu bagaimana kedua sahabat itu berakhir menikahi pria yang sama. Dan anehnya, bisa tetap akur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! My Quinn.
Mystery / ThrillerKehidupan Quinn Aru tidak pernah jauh dari kata menyedihkan. Dibenci saudara dan menerima cinta palsu dari keluarga adalah salah satunya. Tapi bagi Quinn, itu semua--- sudah biasa. Kehidupannya yang membosankan berubah karena kehadiran orang baru se...