Darian sudah berdiri selama sepuluh menit lebih tanpa melakukan apapun di depan rumah Quinn. Pemuda itu menghela nafas ketika mengingat teriakan pemberontakan dari adik-adiknya.
"Kakkkk! Kok Kak Quinn tidak ikut kita sarapan?"
"Iyaa! Kak Quinn marah gara-gara kejatuhan tangga kemarin, ya?"
"Kak Darian jahatin Kak Quinn lagi, ya?"
"Kok Kak Darian gitu, sih!"
"Tidak boleh jahat sama orang yang sudah baik ke kita, Kak!"
Dan masih banyak lagi ocehan menyebalkan yang keluar dari mulut-mulut manis itu.
Darian sudah memberikan pengertian kepada mereka jika itu adalah hak Quinn mau memutuskan makan dimana.
Tapi namanya anak kecil yang sedang dilanda rasa kagum pada sosok aneh seperti Quinn, maka sudah bisa dipastikan jika Darian pasti akan kalah melawan mereka.
Baiklah. Pemuda itu menutuskan untuk mengetuk pintu rumah Quinn namun tak ada tanda-tanda perempuan itu akan keluar.
Tok ... tok ... tok ...
Darian mengetuk sekali lagi namun tetap tak ada sahutan.
"Anak ini ke mana, sih?" gumamnya pada diri sendiri. Darian kemudian mengambil ponselnya namun pemuda itu segera mengumpati diri sendiri ketika dia sadar bahwa sampai sekarang, dia masih tak memiliki nomor ponsel gadis itu.
"QUINN!" teriaknya keras.
Rumah Quinn itu tidak terlalu besar. Hanya flat home biasa dengan ukuran minimalis. Mungkin hanya ada dua kamar tidur saja di dalam. Intinya, jika Darian berteriak sekeras itu, maka tidak mungkin Quinn tidak mendengarnya. Apalagi dinding rumah itu tidak kedap suara.
"Eh ... Nak Darian?"
Suara Ibu Cyntia, istri Bapak RT, membuat Darian sedikit kaget. Pemuda itu tersenyum kikuk lalu menganggukkan kepala untuk memberikan salam.
"Pagi, Buk." ucap Darian basa-basi.
"Pagi, Nak. Ada keperluan apa kok pagi-pagi sudah apel ke tetangga baru?" wajah Bu Cyntia itu mudah sekali dibaca. Nampak jelas jika dia sedang menggoda Darian sekaligus mencari informasi tambahan sebagai bahan gosip.
"Eh bukan begitu, Buk. Saya sedang mencari Quinn karena buku tugas saya dipinjam dia." pemuda itu memilih berbohong agar urusan tidak menjadi panjang. Dia paling tidak suka dengan gosip macam-macam yang sering ditebarkan para ibu-ibu kompleks.
"Oalah ... kirain apa." ucap Ibu RT sedikit kecewa, "tapi Mbak Quinnnya lagi keluar, tuh."
"Ke mana, Buk?"
"Wah ... kurang tahu, ya. Soalnya ibu lihat, dia naik mobil hitam shubuh-shubuh tadi. Sepertinya sih itu taksi online." jelas Ibu RT, "kalau begitu Ibuk pergi dulu ya, Nak. Mau belanja."
"Iya, Buk. Terima kasih ya untuk informasinya."
"Sama-sama, Nak Darian. Mari."
"Mari, Buk."
Taksi online? Pikir Darian. Pemuda itu memikirkan banyak sekali kemungkinan yang ada.
Seperti Quinn akhirnya memutuskan kembali ke rumahnya yang lama karena tidak betah hidup di rumah sempit seperti ini. Atau kedua orangtuanya memaksa gadis itu untuk kembali pulang.
Satu persatu pikiran mengenai Quinn mulai memenuhi pikirannya hingga Darian sendiri bingung. Kenapa pula ia memikirkan Quinn sampai seperti ini?
"Ckkk! Gadis itu benar-benar menyebalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! My Quinn.
Gizem / GerilimKehidupan Quinn Aru tidak pernah jauh dari kata menyedihkan. Dibenci saudara dan menerima cinta palsu dari keluarga adalah salah satunya. Tapi bagi Quinn, itu semua--- sudah biasa. Kehidupannya yang membosankan berubah karena kehadiran orang baru se...