Bab 7. PEDE(kt) Season 2

47 26 0
                                    

Manaklukkan hati gebetan memanglah tidak mudah. Apalagi jika gebetannya spesies seperti Darian.

Sudah pintar, rajin, sayang keluarga, jago masak, bertanggungjawab lagi.

Amat sangat sempurna untuk dijadikan sebagai tambatan hati meski cueknya setengah mati.

Kira-kira seperti itulah perasaan Quinn saat ini.

Gadis itu merasa akan menyesal seumur hidup jika sampai membiarkan Darian lepas dari pengintaiannya. Maksudnya lepas dari genggaman.

"Jadi aku harus apa sekarang?"

"Kenapa bertanya padaku? Kamu sendiri yang menciptakan masalah. Sekarang pikirkan sendiri juga solusinya."

"Nea, kok kamu begitu, sih? Sahabat bukan sih sebenarnya!"

"Karena itulah aku tidak memberikanmu solusi, Quinn. Karena solusi dariku hanya satu. Yaitu menyerah."

"Ckk. Salahku karena bertanya padamu."

"Nah, kan."

Melihat Quinn murung seharian karena diabaikan oleh Darian, pada akhirnya Nea tidak tega juga. Dia berhenti menulis lalu beralih fokus sepenuhnya pada Quinn.

"Quinn."

"Hmm. Apa?" jawab Quinn acuh. Wajahnya masih terbenam di atas meja.

"Kamu Quinn atau bukan?"

"Kami ini bicara apa, sih?"

"Quinn kan biasanya tidak banyak berpikir. Seingatku, Quinn itu anak yang suka seenaknya sendiri. Bandel. Tidak mau mendengar nasehat orang lain. Suka membuat onar."

"Kok kamu jelek-jelekin aku sih?!" teriak Quinn tak terima. Dia menatap Nea kesal. Tapi Nea justru melihat Quinn dengan mata hangatnya.

Meskipun wajah gadis itu sedingin salju, tapi Quinn bisa merasakan ketulusan dalam netra gelap milik Nea.

"Itu pujian, Quinn. Pujian paling tulus dariku untuk kamu."

Meski tidak ada senyum di dalam wajah Nea, tapi dari caranya berbicara juga dari aura di sekitar tubuhnya, Quinn paham betul jika saat ini Nea sedang menghiburnya.

Quinn juga mulai memahami maksud ucapan Nea barusan. Gadis itu mendadak kembali bersemangat. Wajahnya tak semurung tadi. Senyum tiga jari kembali menghampiri bibir Quinn.

"Aku paham maksudmu."

"Syukurlah kalau begitu."

"Aku mau bertemu ayank sekarang juga!"

"Iya."

"Aku-"

"Nea!" Raina memanggil. Sontak saja Quinn membuang muka begitu gadis itu datang menghampiri Nea.

"Ajarin aku soal yang ini, ya."

"Iya, boleh." jawab Nea dan mempersilahkan Raina untuk duduk di dekatnya.

Quinn yang masih kesal karena diabaikan oleh Darian bertambah kesal lagi karena Raina datang mengganggu. Sejak awal Raina dekat dengan Nea, Quinn memang tidak pernah suka.

Gadis itu bahkan pernah secara terang-terangan menyebut Raina sebagai manusia paling munafik dan memperingatkan Nea untuk menjauhinya. Tapi Nea yang kelewat baik pada semua orang, mengatakan dengan bijak jika Raina juga adalah kawannya. Terlepas dari bagaimana isi hati Nea yang sesungguhnya.

Karena itulah Quinn lebih memilih menyingkir ketika Raina datang ketimbang harus berhadapan dengan manusia ular itu.

"Nea, aku mau ke kelasnya Darian dulu ya."

Yes! My Quinn.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang