Bab 10. Manja

71 27 1
                                    

Makan malam di kediaman utama Keluarga Tarrash yang diadakan sebulan sekali terasa sangat hambar seperti biasa. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Khalil dan Abhel. Karena semenjak awal acara dimulai, perhatian ayah dan kakek mereka hanya tercurahkan pada Quinn seorang.

"Jadi, cucu kakek benar-benar sudah betah tinggal sendirian di luar?" tanya Jaka Van  Tarrash. Dia adalah pemimpin keluarga Tarrash. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakek Quinn, Khalil dan Abhel.

"Hehehe. Iya, Kakek." seru Quinn kegirangan. Kakinya mengayun-ayun pelan. Tanda dia sedang bahagia.

"Apa rumahmu tidak kekurangan apapun?" kali ini Arjuna ikut menyambung pertanyaan ayahnya. Ayah kandung ketiga saudara itu nampak serius dalam menggali informasi.

"Tidak, Yah. Rumahnya benar-benar nyaman."

"Baguslah. Kalau ada yang kurang, kamu langsung kabari Ayah."

"Siapppp, Kapten!"

"Jangan lupa, sering-sering pulang, Quinn. Kakekmu ini mudah rindu padamu."

"Hehehehe ... Iya, Kakek."

Abhel dan Khalil hanya bisa diam. Mereka berdua terluka sekali karena diabaikan begini. Pun sama halnya dengan kedua istri Arjuna. Sukmawati dan Arlin hanya bisa menahan amarah karena kecewa. Mereka berdua sangat tertekan karena Arjuna hanya memperhatikan Quinn saja.

"Abhel kemarin mendaftar olimpiade provinsi. Sepertinya kali ini dia akan membawa pulang juara lagi. Hebat sekali anak Ibu ini." Sukma, ibu dari Khalil berucap bangga.

Iya, dia membanggakan Abhel yang notabenenya adalah anak dari madunya.

"Mbak Sukma bisa saja. Aku dengar, Khalil malah sudah mendapatkan dua piagam penghargaan bulan ini. Anak mama memang sangat luar biasa." Arlin menimpali. Kali ini giliran dia yang membanggakan putra dari istri tua suaminya.

"Hahaha ... Anak-anak kita memang selalu cemerlang, Arlin. Tidak seperti anak orang lain yang hanya bisa membuat onar."

Quinn tahu jika kedua ibu tirinya itu sedang menyinggungnya. Tapi anak itu memilih berpura-pura tuli. Sudah biasa, pikirnya.

"Kapan olimpiadenya, Bhel?"

Mendengar Arjuna bertanya dengan suara hangat, Abhelia tidak bisa menahan diri untuk tersenyum bangga.

"Sebentar lagi, Pa. Sudah dekat jadwalnya."

"Hmm. Belajar yang serius. Jangan membuat malu keluarga kita. Kalau kamu sudah mendaftar, ya harus menang."

Ah ... Apa pula yang Abhel harapkan dari ayahnya. Gadis itu sangat menginginkan pujian dari sang ayah. Tapi justru ini yang didapat.

Khalil ingin mengintervensi, tapi dia mengurungkan niat. Pemuda itu kembali berpikir realistis. Khalil sadar jika ayahnya tidak akan mungkin berubah.

Pria hidung belang itu suka sekali menyiksa hati lembut adiknya. Benar-benar membuat Khalil muak. Lebih jengah lagi ketika Khalil mendapati Quinn hanya diam dan meneruskan makan malamnya.

Anak emas sialan. Batin Khalil penuh amarah.

_ _ _ _ _

Makan malam penuh ketegangan di keluarga Tarrash berakhir aman. Tidak ada kegaduhan seperti bulan kemarin. Kali ini semuanya berjalan lancar.

Quinn yang sudah menyelesaikan tugasnya di sini pun memutuskan untuk kembali pulang ke panti. Tapi sayangnya, langkah gadis itu terhenti karena Sukma dan Arlin menghadang jalan keluarnya.

"Puas kamu, sudah membuat anak kami menderita?" Sukma memberikan tatapan sengit. Hal itu membuat Quinn merasa jengah.

"Memangnya saya berbuat apa?"

Yes! My Quinn.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang