"Apa yang .... Barusan Ayah katakan?"
Khalil tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Selama satu jam lebih Ayahnya menceritakan tentang silsilah keluarga dan ritual di dalamnya. Tapi Khalil masih tidak bisa memahami apapun.
Bukan, jika lebih dideskripsikan kembali, itu karena Khalil menolak untuk percaya.
Keluarganya. Ayahnya, dan Kakeknya--- mencoba untuk menghabisi nyawa adiknya berkali-kali?
Apa itu masuk akal?
Pemuda itu sedikit terhuyung, namun tangannya dengan cepat meraih ujung meja kerja ayahnya. Sedangkan ayahnya, Arjuna, terlihat tenang duduk di balik meja kerjanya.
"Seperti yang sudah ayah jelaskan, itu semua adalah kewajibanmu sebagai penerus keluarga. Ayah dulu juga seusiamu ketika harus menjalankan tradisi rumah kita."
"Tradisi Ayah bilang? Tradisi?"
"Khalil-"
"Apa Ayah menyebut pembunuhan sebagai tradisi keluarga, hah?!" Pada akhirnya amarah Khalil tidak bisa lagi dibendung. Dia meledak seiring dengan ketidakpercayaan akan cerita tak masuk akal ini.
"PELANKAN SUARAMU, KHALIL!" Tapi Arjuna terlihat lebih marah.
Arjuna Van Tarrash. Sosok kepala keluarga yang terlihat begitu sempurna.
Dia memiliki segalanya, dan nampak tak pernah kekurangan apapun. Tapi rupanya, sosok paling hebat di mata Khalil itu, justru menyimpan rahasia yang begitu besar.
"Pakaianmu, kendaraanmu, makanan yang setiap hari disajikan di depanmu, itu semua adalah kepunyaan keluarga Van Tarrash, dan sebagai penerus, kau harus mengambil tanggung jawab untuk melanjutkan tradisi keluarga kita."
"Bahkan jika itu berarti mengorbankan Quinn?! Putrimu!"
"Ya."
Jawaban tanpa ragu yang Arjuna katakan, sungguh membuat Khalil tidak habis pikir.
Bukankah selama ini ayah dan kakeknya selalu menunjukkan kasih sayang tak terbatas pada Quinn? Kedua orang itu bahkan jauh lebih mengutamakan Quinn dibanding dirinya dan Abhelia.
Lalu mengapa? Apa alasan Arjuna bisa sekejam ini?
Dia mengabaikan dan membiarkan percobaan pembunuhan yang berkali-kali putrinya alami. Bahkan yang lebih parah, Arjuna juga mengambil bagian di dalamnya.
Hal itu tidak bisa memasuki logika Khalil, hingga membuatnya bertanya tanpa ragu kepada sang ayah.
"Ayah ... Sebenarnya--- apa arti Quinn di mata Ayah?" Khalil bertanya dengan mata memerah dan tubuh bergetar. Jiwanya terkoyak. Nuraninya dikikis habis oleh fakta yang baru saja diungkapkan.
"Bukankah selama ini Ayah selalu lebih mencintai Quinn dibandingkan aku dan Abhel. Lalu kenapa?"
Meskipun Khalil sudah bertanya dengan begitu putus asa. Namun Arjuna nampak tak gentar sama sekali. Dia seperti patung tak bernyawa.
"Itu adalah kompensasi."
"Kompensasi?" Tanya Khalil tak mengerti.
"Aku tidak bisa mencintainya sebagai anakku, jadi setidaknya dia harus merasa dicintai."
"Aku ... Tidak paham."
Arjuna menghembuskan nafas panjang dan menutup mata sebelum memutuskan untuk bangkit. Dia berjalan melewati Khalil begitu saja, lantas mendaratkan tubuhnya di atas sofa.
Khalil sendiri masih terpaku berdiri. Dia baru menoleh ketika Ayahnya memanggil.
"Khalil, aku mencintaimu dan Abhel. Kalian adalah anak yang lahir dari rahim wanita-wanita yang kucintai. Tapi itu tidak berlaku untuk Quinn."
Khalil masih diam mendengarkan. Dia mengamati wajah ayahnya. Berharap bisa menemukan sebuah kebohongan di sana.
"Peran setiap keluarga itu ditentukan oleh para tetua, dan saat keluarga kita mendapatkan peran untuk diburu, itu artinya anakku yang harus dikorbankan."
"..."
"Waktu itu kau baru berusia tiga bulan, dan Abhel masih ada di dalam kandungan. Tapi aku sudah sangat mencintai kalian. Aku tidak bisa merelakan kalian untuk dijadikan sebagai target buruan. Jadi aku ... Memutuskan untuk menikahi lagi. Dan setelah itu Quinn lahir."
"Jadi ... Ayah tidak pernah mencintai Ibunya Quinn?"
Arjuna pikir, Khalil menanyakan hal ini karena pemuda itu membenci Quinn. Jadi Arjuna tidak merasa harus menutupi apapun lagi.
"Aku tidak pernah mencintainya. Aku menikah dengannya hanya agar bisa memiliki anak lagi. Anak yang tidak berasal dari rahim wanita yang kucinta. Karena hanya dengan cara itulah aku bisa melindungi kalian berdua. Aku tidak perlu memberikan kalian, karena aku bisa memberikan Quinn sebagai gantinya."
"Apa dia tahu?"
"Apa?"
"Ibunya Quinn, apa dia tahu?"
"Dia tahu. Tapi itu setelah Quinn lahir. Wanita sombong itu ingin membawa kabur anaknya, tapi untungnya aku berhasil mencegahnya. Yah, itu kecelakaan yang tidak sengaja."
"Apa ... Maksud-"
Membawa kabur. Kecelakaan.
Itu semua membuat Khalil berpikir, karena yang Khalil tahu bahwa Ibu Quinn meninggal dalam kecelakaan.
"Tunggu, apa Ayah membunuhnya?"
"Itu ketidaksengajaan, Khalil. Dia terjatuh dari tangga ketika kami berdebat tentang perceraian dan hak asuh anak."
Brak!
Khalil ambruk. Tubuhnya jatuh di atas lantai, dan punggungnya tidak sengaja menghantam meja.
Hal tersebut membuat Arjuna kebingungan.
Bukankah seharusnya Khalil senang jika ternyata Quinn bukanlah anak yang sangat dicintai?
Bukankah selama ini Khalil dan Abhelia membenci kehadiran Quinn dan Ibunya?
Lalu apa alasan Khalil terlihat begitu terpukul seperti ini?
Sungguh ... Arjuna tidak pernah bisa memahami pikiran anak-anaknya. Termasuk dengan Khalil.
"ARGHHHHHHHHHH!"
Bahkan kepada teriakan Khalil, Arjuna masih juga belum mengerti alasan di baliknya.
Dia berpikir bahwa anak-anaknya memiliki pemikiran yang sama dengannya. Arjuna berpikir, bahwa Khalil akan dengan senang hati melanjutkan tradisi keluarga Van Tarrash.
Tapi nyatanya, itu semua tidak benar.
Karena saat ini, Khalil merasa akan menjadi gila karena perasaan bersalahnya terhadap Quinn dan Ibunya.
Dan bukan hanya Khalil, sebab nyatanya, Abhelia yang sedang menguping pembicaraan mereka pun juga merasakan hal yang sama.
Terakhir kali dia melihat Quinn saat makan malam keluarga, itu adalah ketika Quinn terlihat sangat tidak sehat.
Sekarang ketika Abhelia memikirkan itu, bukankah ... Saat itu Quinn sedang berjuang di antara hidup dan mati? Tapi bukannya mengulurkan tangan, Abhel justru menutup jalan Khalil untuk bisa memeriksa keadaan Quinn.
"Aku ... Apa yang sebenarnya sudah kulakukan pada Quinn?" Gumam Abhel dengan suara tercicit.
_ _ _ _ _
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! My Quinn.
Mystery / ThrillerKehidupan Quinn Aru tidak pernah jauh dari kata menyedihkan. Dibenci saudara dan menerima cinta palsu dari keluarga adalah salah satunya. Tapi bagi Quinn, itu semua--- sudah biasa. Kehidupannya yang membosankan berubah karena kehadiran orang baru se...