"Aku ingin bercerai!"
Ayla begitu takut untuk membuka mata, kata-kata laknat tadi membuatnya begitu menyesal telah mengatakannya. Merasa hatinya begitu kosong dan nelangsa.
"TIDAK! AKU TIDAK INGIN SEPERTI INI!" Batinnya kembali menjerit untuk menarik kembali kata-kata tadi, tapi dia tidak lagi punya kuasa.
Saat merasakan sapuan di pipinya, perlahan kelopak mata itu terbuka. Tepat saat menatap wajah tampan suaminya. Dia mencintai laki-laki ini, walau semuanya terasa salah baginya.
Ayla menahan tangan Auden yang bermain di pipinya, menikmati sapuan dan sentuhan lembut di pipinya. Dia benar-benar tak mengerti apa yang dia mau dan apa yang harus dilakukan.
"Sudah?" tanya Auden lembut.
Hanya air mata yang membasahi pipi menjawab semuanya. Saat bibir keringnya dikecup tubuh Ayla bergetar. Merasakan kedua napas hangat di pipinya dan laki-laki itu mengecup kedua kelopak matanya yang masih basah bergantian.
"Edde tak jadi kerja. Mungkin Emme ingin kencan berdua?" ajak Auden sembari tersenyum dan merapikanrambut-rambut Ayla yang berantakan.
Ayla masih terdiam, menangis dan menjilati bibir yang terasa perih karena terlalu kering.
Menggamit tangan istrinya, mau tak mau Ayla mengikuti langkah lebar Auden. Laki-laki itu berjalan menuju kamar.
Ayla masih saja terdiam, belum membuka suara sedikit pun. Berdiri memperhatikan tangan-tangan berotot Auden membuka lemari dan memilihkan pakaian untuknya. Dia benar-benar jadi seperti patung.
"Pakai baju couple kedengarannya tidak buruk. Emme mau pakai warna apa?" tanya Auden masih saja tersenyum.
Ayla terdiam dengan dada yang terasa berat. Dia tahu dengan ucapan bodoh tadi karena dirinya juga tak punya tujuan dan hidup seperti apa yang akan dijalani jika mereka benar-benar bercerai. Bagaimana dengan anak-anaknya?
Memikirkan ini Ayla merasa bersalah karena merasa begitu egois. Dia bukan lagi remaja tanggung yang harus meledak-ledak, tapi seorang ibu yang harus banyak berkorban dan bersabar demi kebahagiaan anak-anak.
Tapi, wanita ini juga penasaran dengan jawaban Auden. Apa yang laki-laki ini pikirkan dengan permintaannya.
"Edde belum menjawab permintaan Emme tadi," desak Ayla.
Auden berjalan mendekat ke arahnya membuat Ayla kian mundur.
"Emme mau seks?" ajak Auden begitu santai seperti mengajak makan ice cream.
Dengan cepat kepala Ayla menggeleng. Kenapa laki-laki ini seolah menggampangkan segala sesuatu dan tidak memikirkan perasaannya?
Auden akhirnya memilih pakaian couple berwarna ungu untuk kencan keduanya. Ayla hanya terdiam saat suaminya yang membuka piyama pink miliknya dan memakaikan dress di bawah lutut sedikit mengembang. Rambut Ayla dibiarkan tergerai dan Auden memakaikan bando berwarna hitam di kepalanya.
Setelah selesai laki-laki itu tersenyum dan memakaikan lipbalm di bibir pucat Ayla agar tak terlalu kering. Wanita itu masih terdiam seperti patung, tiba-tiba dia merasa seperti Heaven yang semuanya disiapkan, tapi Heaven selalu ceria dan bersemangat bukan mayat hidup seperti dirinya.
Ketika Auden meremas tangannya Ayla mendogak menatap ke arah suaminya dengan perasaan yang mulai luluh. Dia tak mengerti kenapa jadi seperti ini? Padahal selama ini mereka bahagia saja bersama anak-anak. Apa dia benar-benar tak pantas dan layak jadi seorang istri?
Ayla kembali membandingkan dirinya dan Sandra. Kembali menatap ke arah Auden. Delisha benar! Dia tak punya kelebihan apa-apa, kenapa laki-laki ini malah memilih dirinya? Tapi... Apakah dia juga sanggup jika Auden memilih Sandra? Merasa hanya jadi batu penghalang dan orang ketiga yang hanya jadi beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU INGIN CERAI!
Romance"Aku hanya ingin cucu darimu dan takkan pernah sudi punya menantu hina sepertimu!" Hanya air mata yang menjawab semua hinaan yang diterimanya. Ayla tahu dia tidak pernah dinginkan siapa pun. Dirinya sadar hanya tempat pembuangan sperma suaminya. "...