07 ; jemput

45 24 3
                                    

Bulan dan tahun berganti, kini sudah memasuki semester 6—semester terakhir, kali ini bagian kelas 12 yang bersekolah secara luring sedangkan kelas 10 dan kelas 11 belajar secara daring dari rumah.

Siang itu tidak seperti biasanya. Setelah jam pelajaran telah usai, aku dan teman-temanku berniat langsung pulang menuju rumah masing-masing. Biasanya Nasywa, Khalida dan aku menjalankan ibadah sholat dzuhur terlebih dahulu di masjid sekolah, tapi kali ini Khalida sedang berhalangan dan Nasywa tidak masuk sekolah karena sakit. Aku jadi berniat untuk sholat di rumah saja.

Karena Nasywa tidak masuk sekolah, aku jadi pulang sendirian naik angkutan umum. Teman-temanku yang lainnya menggunakan sepeda motor, maklum rumah mereka jauh.

Siang itu matahari bersinar terik, membuatku malas jika langsung pulang, terlebih lagi pulang sendiri tanpa teman. Hari itu juga seperti biasanya, aku selalu menyempatkan diri untuk membalas chattingan dari Fharen. Kebetulan sekali Fharen bertanya saat chattingan.

Kamu udah pulang?

Belum

Kenapa mau jemput?

Demi apa pun, aku hanya iseng kala itu. Jujur aku sudah di depan pos satpam, tinggal beberapa langkah lagi menuju gerbang dan bisa berjalan sedikit untuk naik angkutan umum di depan.

Mau di jemput?

Ya udah tungguin ya

Aku otw sekarang

Kamu nungguinnya sambil sholat aja

Eh?

Ya udah oke ditunggu

Hati-hati dijalan

Sebenarnya aku tidak enak kepada Fharen kala itu, yang aku tahu rumah Fharen itu lumayan jauh dari sekolah. Aku yang sedang duduk di depan pos satpam dan menunggu teman-temanku keluar dari parkiran menjadi berdiri. Temanku mulai berdatangan dengan motor mereka masing-masing.

“Dae, gapapa kamu pulang sendiri?” tanya Syafitri kala itu.

“Engga, kayanya Si ITU jemput, hehe.” Jawabku malu.

Circleku sudah tahu siapa yang aku maksud tanpa memberi tahu namanya.

“OH? SI ITU JEMPUT? BAGUS BAGUS!” ucap Syafitri bersemangat.

“Fharen?” tanya Keyla di sebelah Syafitri.
Aku balas mengangguk pelan, Keyla tersenyum senang.

“Udah jadian kalian?” tanya Syafitri penasaran.

“Apa sih? Engga,” jawabku semakin malu.

“HAHAHA, cepet cepet jadian!” titah Syafitri setelah tertawa.

Teman-temanku yang lain menyusul berdatangan.

“Ya udah kalo gitu kita pulang dulu, ya?” ucap Keyla melambaikan tangannya.

Begitupula yang lainnya, melambaikan tangan padaku dan mulai pulang satu persatu. Aku Kembali berjalan memasuki sekolah, menuju masjid seperti apa yang Fharen katakan. Lebih baik aku menunggunya sambil sholat dzuhur.

Setelah melaksanakan sholat dzuhur, aku menunggu Fharen di masjid. Aku lupa sinyal di dalam masjid kurang bagus, pesan dari Fharen sedikit terlambat masuk ke dalam ponselku membuatku tidak menyadari bahwa Fharen mengirimiku pesan dari tadi.

Kamu dimana?

Aku udah sampe

Di mana hei?

𝐃𝐢𝐬𝐚𝐬𝐭𝐞𝐫 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang