08 ; badmood

40 23 0
                                    

Seperti kataku, Rabu yang akan datang aku harus mengikuti ujian Microsoft yang di adakan di sekolah. Minggu ini bagian kelas 10 dan kelas 11 yang belajar secara luring, sedangkan kelas 12 belajar secara daring dari rumah. Tepat pada hari Rabu, aku yang berangkat ke sekolah siang hari kala itu sedikit malas karena jadwalku belajar dirumah minggu ini.

Singkatnya aku sudah berada di depan computer milik sekolah Bersama teman-temanku yang lainnya. Hari itu banyak temanku yang mengambil ujian Microsoft PPT dan word, tetapi aku dengan bermodalkan nekat mengambil pilihan yang di anggap paling sulit oleh Sebagian orang, yaitu ujian Microsoft excel.

Pikirku, akan banyak kesempatan yang aku peroleh jika aku lulus dengan nilai sempurna pada ujian kali ini. Karena, banyak perusahaan yang memerlukan data dengan Microsoft excel di banding yang lainnya.

Benar saja, ujian kali ini terasa sangat sulit meskipun malamnya aku sudah berusaha belajar menggunakan leptopku sendiri. Banyak perintah excel yang kala itu tidak aku kerjakan, selain soal yang sangat berbeda dengan latihanku biasanya, waktu yang di berikan tidak cukup untukku. Banyak rumus yang tiba-tiba hilang dari kepalaku.

Dengan penuh rasa kecewa pada diriku sendiri, aku terpaksa berhenti mengerjakan ujian ku karena kehabisan waktu. Aku tersenyum miris begitu melihat hasil latihanku berminggu-minggu ini hanya menghasilkan skor angka yang begitu keramat. Aku mendapat skor 666 dari skor sempurna 1000 dan skor yang di anggap lulus yaitu skor 720 keatas.

Aku kecewa pada diriku sendiri kala itu, tapi mungkin skor itu pantas aku dapatkan karena usahaku yang kurang maksimal. Tak banyak teman-temanku yang lulus saat itu, kebanyakan dari mereka juga bernasib sama sepertiku, bahkan Sisil pun mempunyai skor yang sama denganku.

Namun, aku bangga dengan Keyla yang kala itu mendapatkan skor 800an, dia lulus ujian Microsoft PPT, ternyata banyak diantara kami yang lolos ujian Microsoft PPT. Sedangkan excel, tidak ada satupun dari kita yang lulus.

Jam menunjukan pukul 3 sore. Setelah 2 jam kami mengerjakan ujian, seperti biasa kami berniat langsung pulang, karena sore itu langit sangat mendukung moodku—mendung. Seperti biasa juga, Fharen mengirimku pesan melalui whattsapp.

Udah beres ujian nya?

Aku belum pulang

Alhamdulilah baru beres :(

Kenapa belum pulang?

Alhamdulilah..

Nungguin kamu

Mau bareng?

Sore itu aku berpikir sejenak, hari ini ada Nasywa dan dia biasa menjadi teman pulangku. Hari itu juga aku sama sekali tidak meminta Fharen untuk menungguku bahkan menjemputku. Aku bingung harus bagaimana. Setelah badmood dengan hasil ujianku tadi, kini aku juga kebingungan harus berbuat apa.

“Awa, kamu pulang sama siapa?” tanyaku pada Nasywa yang biasa aku panggil Awa.

“Sama kamu lah, naik angkot. Kenapa? Kamu di jemput?” tanya Awa padaku.

“Ga tahu juga sih,” jawabku masih bingung.

“Kalo kamu di jemput, Nasywa sama aku aja,” timpa Daisy yang ikut bergabung.

“Eh? Gapapa?” tanyaku dan Awa bergantian.

“Iya gapapa lah! Santai,” jawab Daisy mantap.

Satu sisi aku tidak enak kepada Nasywa dan Daisy, tapi aku juga tidak enak kepada Fharen yang sudah menungguku dari siang. Mungkin karena aku lama membalas chat Fharen, Fharen Kembali mengirimku chat.

𝐃𝐢𝐬𝐚𝐬𝐭𝐞𝐫 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang