01 ; instagram

191 29 2
                                    

Deg!

Mataku mengerjap beberapa kali, memastikan apa yang kulihat benar tidaknya. Hatiku mulai terasa sakit. Benar saja, status whatsapp bernamakan Gio itu tengah asik chattingan dengan perempuan lain. Dengan penuh tekat dan keterpaksaan, aku buru-buru menekan tombol blokir pada kontak laki-laki itu.

Selain rasa sakit, hatiku tersirat rasa kecewa. Gio Arief, laki-laki yang sudah memenangkan hatiku selama 3 tahun lamanya. Hubungan kami berawal dari bangku sekolah menengah pertama, tepatnya saat menduduki bangku kelas 9.

Hubungan kami saat itu terbilang sebentar, mungkin karena pikiran kami yang masih kekanak-kanakan. Padahal banyak orang berkata bahwa kami berdua sangat cocok saat bersama, Gio yang sempurna menurut orang-orang sangat tampan dan sangat cocok saat berdampingan dengan diriku yang kata orang-orang juga cantik.

Namun, kekurangan Gio adalah dia orang yang plin plan, dia sama sekali tidak memberikan kepastian ke padaku setelah hubungan kami Kembali dekat saat kelas 10. Saat kami lulus dari seragam putih biru, kami berpisah. Gio meneruskan sekolahnya diluar kota, tidak terlalu jauh, tapi tetap saja jarak memisahkan kita. Bagiku hubungan kami yang rumit dan terpisah oleh jarak tidak begitu berat, saat liburan Panjang pun Gio terkadang menyempatkan waktunya untuk bertemu denganku.

Kami tidak sering bertemu, pada saat bertemu pun hanya sebentar saja, tapi justru itu yang membuatku semakin merindukannya. Seragam putih abu di bangku kelas 10 sudah kami lewati Bersama, pada saat itu pandemi merubah segalanya menjadi online. Saat kami menduduki bangku kelas 11, hubungan kami sudah mulai merenggang, terutama saat kami menjalani praktik kerja lapangan. Kami memang memilih sekolah menengah kejuruan. Mungkin karena sibuk, kami jadi semakin jarang berkomunikasi. Hubungan kami selama 2 tahun terakhir ini-kelas 10 dan 11-hanyalah hubungan sebatas suka sama suka, bukan pacaran.

Dan tepat pada hari ini, saat mataku menangkap dengan jelas status whatsappnya yang sedang asik chattingan dengan perempuan lain, seakan kata-katanya yang selalu mengucapkan 'masih menyangiku' hilang dan terbang begitu saja. Aku kecewa padamu Gio, karena aku menyangimu dengan tulus, banyak laki-laki yang aku abaikan saat di SMK demi dirimu Gio.

Beberapa jam setelah memblokirnya, aku mendapatkan pesan melalui Instagram. Kalo udah move on, buka blokirannya ya-dari Gio. Jujur aku semakin kecewa, bukan itu yang aku harapkan. Aku berharap kau melarangku berbuat seperti itu, aku berharap kau bertanya ada apa denganku? Tapi, justru itu yang aku dapatkan, seolah-olah kau memang sengaja ingin pergi dariku.

Aku memblokir kontaknya lalu instagramnya, sulit memang, tapi aku harus melakukannya. Disaat hatiku masih terukir namamu, dirimu justru berbuat seperti itu. Apakah perbuatanku seperti anak kecil? Tidak, ini demi kesehatan mentalku. Aku tidak mau berharap terus padanya, sudah 3 tahun lamanya, aku Lelah.

Jika kau memang ingin pergi, kau bisa berpamitan. Aku tidak akan melarangmu jika itu kenginanmu, aku hanya akan mengucapkan hati-hati.

.

01 ; instagram

.

Namaku Daelyn Raeva Melynda. Kata orang-orang aku ini tidak terlalu tinggi, memiliki kulit pucat dan mood yang sangat random. Sudah 2 bulan sejak aku memblokir semua tentang Gio. Karena kesibukan PKL sedikit mudah bagiku mengikhlaskannya.

Siang itu aku sedang berkumpul dengan circle-ku dirumah Keyla. Kala itu aku sendang iseng membuka Instagram, begitu terkejutnya diriku Ketika menyadari bahwa band Korea favoritku telah membuat akun Instagram pribadi mereka sendiri. Aku berteriak kegirangan, senang bagiku karena telah mengikuti mereka saat followers mereka masih ribuan belum jutaan. Beberapa jam berlalu dan benar saja followers mereka sudah berjumlah jutaan.

Karena aku masih membuka Instagram, tiba-tiba aku teringat Gio. Dengan penuh rasa penasaran, aku mencoba melihat daftar akun yang sudah aku blokir. Aku jadi teringat perkataan Gio saat pertama kali aku memblokirnya 'Kalo udah move on, buka blokirannya ya' kali ini aku dengan masih berat hati membuka blokiran Gio.

Setelah membuka blokirannya, aku dan Gio jadi tidak saling memfollow, namun akun kami masing-masing bersifat publik sehingga aku masih bisa saja melihat status Instagram, sorotan bahkan post Gio saat itu. Namun, sebelum aku ingin melihat semuanya bio Instagram Gio sudah sangat terpampang jelas saat itu, Instagram seorang perempuan.

Aku yang melihatnya hanya tersenyum sedikit menyeringai. Ada rasa terkejut saat melihatnya, tetapi rasa kecewaku semakin besar. Aku membencimu Gio. Dari awal Gio ini memang berkata padaku, tidak mau berhubungan dulu, lebih tepatnya tidak mau pacaran. Tapi, waw! Selamat atas hubunganmu, ya, Gio! Semoga langgeng! -doaku.

Hari demi hari berlalu, praktik kerja lapangan telah kulalui. Begitu pula rasaku pada Laki-laki Bernama Gio itu. Kesibukan demi kesibukan membuatku melupakan rasa sakit yang Gio timbulkan. Semakin lama, aku semakin berfokus pada diriku sendiri, sebentar lagi aku akan menduduki bangku kelas 12.

Aku merupakan anggota organisasi OSIS dan ROHIS, kuakui aku kurang aktif didalamnya. Meski begitu, ada saja di sudut sekolah yang mengenalku. Selain akan menduduki bangku kelas 12, kepengurusan organisasi dan ekstrakurikuler pun akan berganti. Setelah kesibukan PKL, kini aku disibukkan dengan pergantian kepengurusan.

Mulai dari ROHIS, aku merupakan divisi media publikasi. Jelas aku memegang akun instagram dari ekskul rohani yang satu ini. Setelah serah terima jabatan, aku berniat untuk tidak lagi memegang akun Instagram ROHIS. Aku beralih dari akun Instagram pribadiku menuju akun Instagram ROHIS, terdapat notif pesan yang lumayan banyak. Hitung-hitung terakhir memegang akun ROHIS, aku membuka pesan tersebut. Ternyata banyak calon adik kelas 10 yang berminat masuk ekskul rohani ini.

Semua pesan sudah terbalas oleh admin calon kelas 11 yang sekarang sudah memegang jabatan secara sah. Aku cukup puas dengan penerus divisiku nanti. Namun, mataku melihat salah satu akun Instagram yang sangat mencolok, begitu menyita perhatianku. Profilnya dipenuhi dengan piala, motor besar berwarna hitam juga terparkir disana. Keren, batinku.

Rasa ingin tahu ku meningkat. Satu ketukan jemariku memperlihatkan pesan darinya yang ingin bergabung dengan ekskul rohani ini dan dengan jelas sudah di jawab oleh seorang admin. Satu ketukan lagi memperlihatkan akun instagramnya. Wow, aku sedikit terkejut melihat dengan jelas 45 ribu followers tertera disana. Sedikit terselip rasa bangga bahwa piala dan prestasi yang tertera merupakan hasilnya berdakwah. Selain itu, ada pula rasa senang mengetahui bahwa akan ada penerus yang akan membesarkan nama ROHIS.

Laki-laki tinggi yang berprestasi, tak terhitung jumlah piala yang berjajar dalam postingannya. Motor besarnya yang berwarna hitam itu pun tidak luput dari jejeran piala menambah keren keadaan.

Kubaca nama yang tertera di akun Instagram itu, Muhammad Fharen Hito.

.

#disaster

𝐃𝐢𝐬𝐚𝐬𝐭𝐞𝐫 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang