Chapter 32

832 94 195
                                    

"Sudah sehancur apa kalian wahai orang tulus?"— Pol Yosatorn Konglikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah sehancur apa kalian wahai orang tulus?"
— Pol Yosatorn Konglikit











•••












"Sudah selesai belum? Kenapa kamu cuekin aku?"

Pagi ini Venice berencana ingin kembali ke Thailand dan membawa Sam untuk ikut bersamanya di dalam jet pribadinya. Venice terlihat kesal, sedari tadi Sam hanya fokus melihat layar ponselnya. Seharusnya Venice menghancurkan benda persegi itu lebih awal. Sekarang Sam nampak baik-baik saja, bahkan Sam sudah tidak lagi menolak kontak fisik dengannya.

Venice menaruh sendok dan garpunya sambil memainkan cincinnya. Hal itu sama sekali tidak di hiraukan oleh Sam yang sibuk menatap benda sialan itu. Pria cantik itu pun melirik kearah Venice yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Seketika nyali Sam merasa ciut di saat melihat mata tajam milik Venice yang menyeramkan baginya.

Jemari kekar Venice sibuk mengambil sendoknya dan menyuapkan nasi merah kedalam mulutnya.

"Sebentar Phi, aku harus membalas chat teman-temanku." Tuturnya.

Okey, Venice mulai marah dan menatap sini kearah Sam untuk sekian kalinya. Pemuda tampan itu menyandarkan punggungnya pada kepada kursi sambil melihat wajah ayu milik Sam yang terlihat ketakutan. Bahkan tangan pria cantik itu gemetar.

"Ponsel terus! Tidak usah sarapan bila seperti ini! BISA SIMPAN DULU PONSELNYA."

"Phii..."

Pemuda tampan itu pun sedikit mendekatkan tubuhnya pada meja. Dia menatap wajah cantik milik Sam dengan mengintimidasi. Pagi ini menjadi hari yang paling menegangkan untuk Sam. Jika Venice di landa amarah, mungkin Sam akan berakhir di kamar Venice.

"NURUT GAK! Kapan kau bisa mendengarkanku dan menjadi anak laki-laki yang penurut. Kau mendengarkan aku! Atau aku lempar ponselnya."

"I-iya.. Aku minta maaf, tapi ini penting." Cicit Sam.

Kadang Venice tidak mengerti bagaimana bisa pujaan hatinya ini sangatlah keras kepala dan bodoh. Kerap kali Venice merasa gemas ingin mengubah pria cantik di hadapannya untuk tidak menjadi seorang idiot. Venice hanya bisa bersabar dan mengajari pria cantik itu banyak hal dengan kekerasan.

Mereka berdua duduk saling berhadapan di meja makan, Venice memilih untuk menghentikan kegiatan saparan paginya.

Kemudian, pemuda tampan itu meregangkan jemari tangannya dan bersiap untuk menampar.

"Bila terus seperti ini, lebih baik kita segera berangkat ke Thailand!" Mutlak Venice.

"T-tapi makanan kamu masih banyak, bahkan aku belum makan." Ujar Sam, dengan begitu kasar Venice merebut ponsel milik Sam.

01. WHY Seasons 1 | Loving in Silence is Painful [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang