Chapter 40

926 109 206
                                    

"Ibumu butuh 9 bulan untuk membentuk hatimu, jangan biarkan orang sembarangan menghancurkannya dalam 15 detik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibumu butuh 9 bulan untuk membentuk hatimu, jangan biarkan orang sembarangan menghancurkannya dalam 15 detik."














•••














Iris mata tajam milik Kim melihat istri cantiknya yang berbaring di ranjang. Dengan begitu lembut jemari tangan pria dingin itu pun mengusap perut Porschay. Pria cantik itu hanya tersenyum, karena sudah lama Ibu hamil itu merindukan sentuhan suaminya.

"Kamu kalau hamil seperti ini semakin cantik ya? Kamu hamil aja terus mau tidak?"

Porschay hanya tersenyum mendengar penuturan suaminya. Dengan begitu lembut Porschay menyetuh tangan kekar milik Kim. Tatapan mata Kim terlihat begitu tulus dan penuh cinta.

"Tapi kamu yang mual-mual ya." Pria cantik itu hanya tersenyum manis.

"Kalau aku maunya ngidam aja?"

"Ngidam apa?"

"Ngidam kamu?!"

Keduanya tertawa ringan, lalu Kim menyamankan tidurnya di samping Porchay. Sesekali pria itu memainkan surai kelam milik sang istri. Pria cantik itu tersanjung dengan perhatian Kim pada dirinya.

"Aku cuma mau bilang, kalau nong merindukan Phi" Ucap Porschay lembut.

Kim terdiam mendengar ucapan istrinya, lalu ia teringat bahwa meninggalkan Porschay terlalu lama. Pekerjaannya menjadi seorang CEO membuat waktunya bertemu Porschay semakin sempit. Padahal mereka berdua adalah suami istri.

"Karena Phi harus meneruskan perusahaan keluarga." Nada suara Kim memelan, jemari tangannya memeluk pinggang sexy milik Porschay. "Maaf, bila membuatmu harus kesepian."

"Phi Kinn juga sibuk dalam urusan kantor." Porschay menjauhkan tangan Kim dari tubuhnya. "Tetapi dia tidak pernah meninggalkan Phi Porsche!"

"Sayang, aku dan Phi Kinn itu berbeda?!"

Porschay beranjak dari ranjang. Kemudian pria dingin itu mendekati sang istri. Jemari tangan Kim meraih pergelangan tangan Porschay. Tiba-tiba saja, mata milik pria cantik itu menitihkan air mata. Hati Porschay yang rapuh merasa kecewa.

Bahkan Porschay merasa di campakan, seharusnya Kim lebih fokus pada istrinya yang mengandung darah dagingnya. Bukanya hanya peduli pada tumpukan kerta yang tak memberikan kepuasan.

Porschay merasa lelah dan kecewa.

"Apa bedanya, bahkan Phi hanya bisa terdiam. Setiap hari aku selalu kesepian. Tidak ada orang yang memanjakanku ataupun memperhatikanku sama sekali. Semua orang sibuk dengan dunianya masing-masing. Aku terasa seperti dia asingkan?"

Kim melihat tangannya di tepis oleh sang istri. Sebenarnya dia tidak mau, tetapi karena ia tidak ingin mengingari janjinya pada mendiang sang Ayah. Bahkan Kim sejak lama ingin sekali menjauh dari keluarga Treerapanyakun. Tetapi tuntutan Ayah yang membuatnya seperti ini.

01. WHY Seasons 1 | Loving in Silence is Painful [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang