Chapter 35

912 96 143
                                    

"Apa kamu tahu, rumah ternyaman kedua setelah pelukan Ibuku yaitu pelukanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kamu tahu, rumah ternyaman kedua setelah pelukan Ibuku yaitu pelukanmu."
— Venice Kornwit Treerapanyakun











•••












"Wristband."

Kedua mata tajam itu menatap kearah Ibunya yang melihatnya dengan tatapan sendunya. Wristband. Pemuda itu terlihat tidak berminat menemui siapapun. Sekarang dia benar-benar butuh ketenangan untuk meredahkan semua rasa sakit yang ia rasakan.

"Kenapa?" Tanya Wristband pada Ibunya. Dia terlihat sangatlah lelah. "Putramu ini sedang lelah."

Pria cantik itu, Ibunya, menyentuh lengan kekar milik Wristband. Malaikat pelindung satu-satunya yang Wristband punya sekarang ini. Porsche tersenyum lembut, memeluk tubuh putra kecilnya. Bahkan putranya terlihat tidak membalas pelukannya, dengan segera pria cantik itu pun melepaskan pelukannya dari sang putra.

"Kamu sudah makan." Suara lembut Porsche pada putra kecilnya.

Wristband hanya bisa diam, matanya terlihat mengambarkan sebuah amarah. Sepertinya Porsche melihat jiwa Kinn bersarang di dalam tubuh putranya. Dia tidak berani melihat mata anaknya, ketika Wristband berubah menjadi dingin, hal itu membuat hati pria cantik tersayat.

"Berhenti mengatakan omong kosong padaku? Bila perlu marahi saja aku. Bentak atau pukul aku dan bilang bahwa aku jahat! Mama selalu ikut campur dalam masalahku dan menekanku. Mama telah membuatku menjadi gila. Rasanya aku seperti di hukum di dalam keseharianku. Aku hanya ingin bebas." Air mata Wristband mulai menetes dengan perlahan, bahkan dia mengatakan semua yang ingin ia katakan pada sang Ibu.

Mata cantik milik Porsche terlihat berkaca-kaca. "Apakah kamu merasa muak dengan semuanya? Benar. Karena Mama tidak pernah yakin kamu bisa melakukan semua hal dengan sangat baik. Oleh, karena itu Mama berusaha melindungimu dari Papamu? Hati Mama terasa sesak bila kamu menerima hukuman berat seperti ini? Mama jugalah manusia biasa sepertimu? Mama juga bingung dan gelisah. Jadi, jangan membuat semuanya menjadi semakin berat bagi Mama." Air mata Porsche pun lolos dan membasahi pipinya.

Wristband mengusap air matanya sendiri, kemudian tubuh Ibunyanya memeluknya erat. Jemari tangan Porsche mengusap lembut punggung lebar sang putra, bahkan mencoba menenangkan Wristband yang menangis dibahunya. Pelukan yang begitu bermakna yang pernah Wristband rasakan setelah 18 tahun dia hidup.

Hingga akhirnya Porsche menyentuh lembut kedua pipi sang putra. Bahkan kedua wajah mereka sangatlah mirip. Wristband mencium lembut tangan milik sang Ibu, bahkan dia menyesal pernah melontarkan beberapa kata menyakitkan pada malaikatnya itu, kali ini Porsche berusaha untuk melidungi putra kecilnya.

Wristband sekarang di cap sebagai pendosa, yang berusaha untuk memperbaiku hidupnya dan meminta maaf kepada belahan jiwanya.

Porsche berpikir, putra kecilnya sudah terlalu banyak menderita dan tersiksa karena cinta. Karena pria cantik itu melihat penyesalan dari sorot mata tajam milik Wristband yang tergambar dengan begitu jelas.

01. WHY Seasons 1 | Loving in Silence is Painful [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang