Kadang kita bangga sudah sampai dimana hidup yang sesungguhnya, menyatukan dua kepala dalam satu pikiran.
Tapi diusia yang masih muda, yang seharusnya masih membantu ekonomi keluarga, mereka lepas begitu saja demi hasrat yang tak ada habisnya.
Menikah memang tidak ada salahnya, tapi benarkan niatnya.
Menikah bukan hanya tentang kebahagiaan, bukan tentang asmara bukan pula tentang senyuman,
Tapi akan ada masa susahnya, pahitnya, dan sampai sejauh mana kita akan bertahan.Bagiku, si anak pertama di dalam keluarga, yang masih menjadi pundak kedua ayah, menikah adalah dua hal berat meninggalkan orang tua, dan ikut bersama orang yang aku cinta.
Diusia yang masih belum seberapa, yang seharusnya mengukir senyuman orang tua, dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, mengapa aku rela tertawa bahagia sedangkan orang tuaku menderita.
Menikah bukanlah ajang perlombaan untukku,
Jika sudah bisa membahagiakan orang tua, akan ada masa dimana ia datang membawa keluarga.Pintaku, semoga tuhan mengabulkan

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Rasa [ON GOING]
Non-Fictionkata yang membuat diri lebih meyakinkan bahwa hidup perlu kata untuk bangkit -meiamsin