prolog

5.8K 252 2
                                    

⚠️⚠️⚠️

Disclaimer!!!

Cerita ini hanya fiksi, diharapkan untuk pembaca agar bijaksana menyikapinya. Mohon untuk tidak membawa cerita ini dalam kehidupan asli para visual. Di cerita ini juga akan mengandung unsur kekerasan, sexualitas dan bahasa kasar. Mohon sekali lagi untuk bijak dalam menanggapinya.

Saya sudah menegaskan diawal!!!

⚠️⚠️⚠️

Toxic adalah perilaku negatif yang sifatnya mengecewakan. Melanjutkan, orang toxic biasanya berhadapan dengan trauma dan tingkat stres yang tinggi.

Perilaku toxic atau yang disebut toxicity bukanlah kelainan mental, tapi lebih disebabkan kepada persoalan mental, yang menyebabkan orang menunjukkan sikap toxic. Itu artinya perilaku toxic bisa datang dari dalam diri sendiri, terlepas dari toxic relationship, yang juga marak terjadi akhir-akhir ini. Bisa dipahami bahwa penyebab toxic relationship juga datang dari permasalahan mental, yang terjadi dalam sebuah hubungan.

Bagi Jevie Abercio hubungannya bersama dengan Jia Felysia Bayuni layaknya seperti porselen. Jevie takut kehilangan Jia, Jevie mencintai Jia dan Jevie tak ingin merusak porselen yang sangat ia kagumi. Baginya, Jia adalah dunia Jevie. Tak apa semua orang menghancurkan semesta Jevie hingga babak belur, tapi untuk Jia, kehilangannya akan berpengaruh besar terhadap dunia Jevie. Karena Jia adalah poros kehidupan Jevie. Cintanya yang takkan pernah usai. Jevia mencintai Jia tak tersisa, yang jika pepatah katakan 'silakan lihat isi hatiku, maka akan tertulis namanya disana' dan nama Jia Felysia Bayuni sudah tertancap kuat dihati Jevie.

"Jeje, kapan hubungan kita di publish? Aku pengen deh bikin story wajah kamu di Instagram aku." ucap Jia, menatap tangannya yang digenggam erat Jevie.

Jevie mengulas senyum tipis. "Nanti ya, temen-temen aku bringas, kalau kamu direbut sama mereka aku bisa gila."

"Aku nggak akan tertarik sama mereka. Tolong diingat, aku cuman mau kamu, tanpa kecuali."

"I know, but i can't. Membayangkannya aja bikin aku stress sendiri."

Secepat kilat, pukulan lembut Jia berikan didada bidang milik kekasihnya. Jika Jevie mencintai Jia karena Jia adalah dunianya. Maka Jia mencintai Jevie karena Jevie mengajarkan banyak hal tentang hidup. Bagaimana untuk selalu bernafas dan terus tetap bahagia. Jevie mahir memberikan warna-warni kehidupan yang selama ini tak pernah Jia dapatkan. Karena bahagia Jia milik Jevie.

Jia ingin selalu bersanding bersama Jevie. Apapun yang terjadi, hanya Jevie yang mampu melukis warna indah di kanva kosong hatinya. Hanya Jevie, tak ada yang lain. Jeje-nya sang kekasih pujaan hati.

"Justru aku yang nggak mau kehilangan kamu. Jangan pergi, Jeje."

Jevie lagi-lagi tersenyum. Tak ada alasan untuk Jevie meninggalkan Jia, sudah dikatakan Jia adalah pusat dunianya dan Jevie tak sanggup kehilangan Jia. Tak akan pernah sanggup.

"I can't." balas Jevie, kemudian mengecup dahi Jia dengan lembut.

Jia memejamkan matanya, menikmati kedamaian yang diberikan oleh Jevie dari kecupannya. Ibu jarinya ikut bergerak mengelus genggaman tangan Jevie.

Malam itu, dua pasang manusia mengasingkan diri dari hiruk-pikuk ibu kota. Berbekalkan jaket boomber milik Jevie, keduanya menatap lurus pada hamparan lampu-lampu rumah yang tersaji di bawah sana, begitu cantik dan nyaman untuk dipandang mata.

Mereka memilih Puncak Bogor untuk menemukan kata damai.

"Jiji pakai jaketnya yang benar dong."

"Bagi dua, Jeje. Ini dingin, nanti kamu pilek."

ROYALATTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang