11. the truth

788 122 102
                                    

Sometimes it feels better not to talk, at all. About anything to anyone

.

.

.

Setelah menyelesaikan manggung, semua balik ke villa yang sudah mereka pesan. Beberapa ada yang memilih untuk duduk dan istirahat terlebih dahulu di sofa, namun beberapa lainnya memilih masuk kamar. Kebetulan villa yang mereka pesan memiliki 3 kamar. Satu kamar diisi oleh para perempuan, sisanya dibagi. Ada Jevie, Ranu, Chan dan Jarrelie disisi kamar kiri. Dan Haikal, Nadindra, Marva disisi kamar kanan.

"PARA RAKYATKU, KECUALI JIA RATUKU SINI NGUMPUL." teriak Haikal, menggema diseluruh villa.

Kompak semuanya mengumpul diruang tamu. Beberapa sudah ada yang mengganti bajunya dan beberapa lainnya masih menggunakan baju yang sama sejak pagi.

"Nurut aja lagi." cicit Nadindra yang baru sadar dengan penuturan Haikal.

Haikal tersenyum mentereng. "Keren lo semua." ucapnya bangga. "Karena kita disini cuman 2 malam aja, jadi tolong kerjasamanya untuk benar-benar memanfaatkan waktu liburan ini."

"To the point ajalah." sergah Jevie cepat.

Haikal menatap Jevie sinis. "Marah melulu lo kayak nenek gue." kesalnya. "Gue mau ngajak main, permainan yang selalu ada dimana-mana. Truth or dare." jelas Haikal, membuat beberapa orang disana menghela nafas pelan.

"Permainan yang bikin suasana canggung nih. Nggak suka gue." celetuk Ranu, paham sekali dengan isi kepala Haikal.

"Kenapa canggung? Bawa fun aja. Ayok, gue ikutan." sambung Yuki.

"Gue juga." timpal Chan dan Kalila bersamaan.

.

.

.

Pada akhirnya semua berakhir setuju, duduk melingkar ditengah-tengah botol yang nantinya akan Haikal putar untuk berhenti kepada siapapun yang botol itu pilih.

"Sembari nunggu makanan datang, kita mulai sekarang ya." Haikal memutarkan botol, yang kemudian bergerak dan menjatuhkan pilihannya kepada Halina.

Semua mata langsung tertuju kepada Halina.

"Truth or dare?" tanya Haikal.

"Dare."

"Ciuman sama Nadindra satu menit."

Halina langsung membulatkan matanya begitu mendengar tantangan yang diberikan oleh Haikal. Berbanding terbalik dengan Nadindra yang tertawa geli melihat reaksi Halina.

"Cewe gue nggak pernah ciuman."

"Bohong!" sergah Kalila tidak percaya.

Halina menghela nafas pelan. "Pacaran aja udah dosa, ini ciuman lagi. YaAllah maaf." keluh Halina, kemudian berjalan mendekati Nadindra.

"Woi lah, adegan senonoh nih! Tidak layak dipertontonkan untuk gue yang jomblo dan Adek gue yang masih piyik." ucap Kalila menggebu-gebu. "Tutup mata mu, nak." lanjutnya.

Chan menepis tangan Kalila. "Kak, diam nggak lo!"

"Gapapa?" tanya Nadindra begitu Halina sudah berada dihadapannya. Gadis itu menganggukkan kepalanya. Kemudian kedua bibir mereka saling menyatu. Menarik pekikan semangat dari orang-orang yang melihat adegan ciuman Nadindra bersama Halina.

Yuki mendekatkan kepalanya disamping Kalila. "Gue percaya sih, keliatan kok."

"Anjirr! padahal tinggal sedot aja tuh bibir." balas Kalila, membuat Yuki tertawa mendengarnya.

ROYALATTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang