4. evaluasi

1.1K 150 9
                                    

I hope you find the people who can see the pain behind you smile, the ones who know what lays behind your silence, and the ones who will see the love through your anger. The ones who will understand you, and forgive you when you've been a pale representation of yourself. The ones who stay when you expect them to leave.

 The ones who stay when you expect them to leave

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Evaluasi merupakan pengukuran atau perbaikan dalam suatu kegiatan yang dilaksanakan, seperti membandingkan hasil-hasil kegiatan yang telah direncanakan. Dari situlah tujuan evaluasi tersebut, agar rencana-rencana yang telah dibuat dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dapat terselenggarakan.

Halina menatap Nadindra yang sedari tadi sibuk berkutat dengan laptopnya. Hari ini mereka akan melakukan evaluasi mengenai hubungan mereka, hal-hal yang perlu diperbaiki dan kesalahan yang kedepannya tidak harus diulangi, akan dibicarakan dengan kepala dingin agar keduanya mencapai hubungan yang mereka harapkan.

"Udah selesai Na?" tanya Halina.

Nadindra melirik sekilas, lalu menggelengkan kepalanya. "5 menit lagi, please." mohon Nadindra.

"Oke."

Nadindra menghela nafas pelan. "Done!"

"Lah?" bingung Halina. "Katanya 5 menit lagi."

Nadindra terkekeh ringan, kemudian menjatuhkan dahinya dibahu ramping Halina. "Capek." adunya kemudian memindahkan laptop dalam pangkuannya ke samping.

Halina hanya diam, jari-jari lentiknya bergerak mengelus kepala Nadindra dengan lembut. Cukup lama mereka terlibat dalam kebisuan, Nadindra juga masih setia pada posisi awalnya dan Halina yang masih bergerak mengelus kepala Nadindra. Hingga akhirnya Nadindra menarik nafas pelan lalu menegakkan kembali tubuhnya.

"Aku mau protes!" keluh Nadindra menatap manik hazel milik Halina.

Halina menarik segaris senyum. "Apa tuh?"

"Pertama, sebulan terakhir ini kamu sering ngilang. Sekalinya ngabarin itu besok harinya dan keburu basi topiknya."

"Aku mengakui, aku salah."

"Kedua, aku udah jarang kamu bawelin. Nggak suka! Bikin aku overthinking."

"Intrupsi!" potong Halina. "Itu karena aku lagi banyak tugas. Jadi suka lupa sama hal diluar tugas, bahkan makan aja aku suka kelupaan."

"Bandel banget."

"Sorry." Halina menampilkan senyum menterengnya.

"Ketiga, . ." Nadindra menggenggam tangan Halina. "Sampai detik ini perasaan aku ke kamu nggak pernah berubah. Mungkin kita perlu gebrakan baru aja, liburan? Gimana."

ROYALATTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang