My location unknown
.
.
.
"Lo serius ini keputusan yang tepat?" tanya Yuki kepada Jarrelie.
Waktu Yuki menangis malam itu dan mengatakan bahwa dirinya memiliki salah kepada Jia. Jarrelie menyarankan untuk Yuki meminta maaf atas kesalahannya, walaupun Jarrelie tidak tau kesalahannya apa, karena Yuki hanya bercerita mengenai intinya saja. Jadi Jarrelie pikir meminta maaf sudah keputusan yang paling tepat.
"Tanya mulu lo. Lagian sejak kapan sih meminta maaf itu menjadi keputusan yang salah? Dimana-mana juga minta maaf itu langkah awal yang paling benar."
"Yaah, . . Bisa aja, 'kan?"
Jarrelie menghentikan langkahnya, membuat Yuki melakukan hal yang sama kemudian menatap bingung Jarrelie. "Nggak ada! Minta maaf itu udah paling benar, lo minta maaf atas kesalahan yang lo lakuin dan jelasin semuanya. Selesai." ucap Jarrelie. "Perihal kak Jia mau maafin lo atau nggak itu urusan dia, yang penting lo udah mengakui kesalahan lo." sambung Jarrelie sembari menatap Yuki.
Yuki menarik segaris senyum tipis. "Mudaan lo tapi kenapa gue yang berasa anak kecil sama lo, ya?"
"Karena memang lo kayak anak kecil."
"Iya kah?" tanya Yuki lagi. "Kalau gitu lo mau nggak pacaran sama anak kecil kayak gue?" goda Yuki.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu yang terkesan tiba-tiba, membuat Jarrelie segera mengalihkan tatapannya lalu melanjutkan langkah yang sempat terhenti.
"Yeuhh, . . Malah kabur." kesal Yuki. "JARRELIE JAWAB!"
"DIAM KAK!" teriak Jarrelie semakin menggerakkan langkahnya dengan cepat.
Yuki menyemburkan tawanya saat melihat reaksi Jarrelie. Kenapa sekarang jadi Jarrelie yang kelihatan seperti anak kecil dimata Yuki? Ternyata menggoda Jarrelie sedikit bisa menaikkan moodnya.
///. (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧. .\\\
Sesuai dengan saran Jarrelie yang Yuki pikir-pikir memang itu tindakan yang paling benar saat ini, Yuki akhirnya menunggu di cafe dekat kampus mereka. Menunggu Jia yang mengabarinya akan telat karena harus bertemu dengan dosen terlebih dahulu.
"Aduh! Udah setengah jam gue disini. Masa iya balik sih." cicit Yuki.
"Sorry Yuki gue telat." Yuki langsung tersenyum saat Jia tiba-tiba muncul dan mengambil posisi duduk dihadapannya.
"Gapapa, Jia. Santai." ucap Yuki. "Mau pesan apa? Gue yang traktir." sambung Yuki dengan senyum mentereng.
"Kopi latte aja."
"Kesukaan Jevie juga tuh." serbu Yuki yang langsung menyadari kebodohannya begitu melihat perubahan diwajah Jia. "Sorry, nggak maksud begitu."
"Kenapa minta maaf? Gapapa kali." ucap Jia seakan itu bukan masalah yang besar.
Yuki menghela nafas pelan. "Gue udah tau Jia tentang hubungan lo dan jevie." balas Yuki, membuat Jia segera menatapnya dengan terkejut.
Sebelum benar-benar memulai obrolan, Yuki berjalan menuju kasir untuk memesan pesanan Jia. Kemudian membayarnya dan kembali duduk dihadapan Jia.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROYALATTE
أدب الهواة[COMPLETED] Bagi seorang Jevie Abercio, Jia Felysia Bayuni adalah poros kehidupannya. Silakan semua orang meluluhlantakkan kehidupannya, selagi ada Jia yang menggenggam erat tangannya, berdiri disampingnya dengan segaris senyum yang menyejukkan, mak...