Kesalahan merupakan tindakan yang mengecewakan banyak pihak, dilakukan oleh satu orang atau lebih yang sering kali dilakukan dengan atau tanpa sengaja. Memunculkan amarah yang sering kali memenjarakan pada satu titik antara kekecewaan dan kesedihan. Jika beruntung, maka kesalahan termaafkan, tapi jika tidak. Akan ada kehilangan kehilangan yang diterima dari kesalahan itu sendiri.
Jevie melirik sekilas pada tangan Jia yang memeluk perutnya. Mereka sedang melakukan perjalanan menuju pantai ancol, dimana Jevie mengendarai motornya dengan kecepatan sedang dan Jia menatap jalan dengan pikiran yang berkecamuk.
Keduanya berada dalam kebisuan, membiarkan angin menerpa keduanya sembari masing-masing dari mereka sibuk berperang dengan isi kepala. Hari ini masalah mereka harus terselesaikan. Kekeliruan itu jangan muncul lagi, cukup kemarin saja mereka terlibat perdebatan yang memuakkan. Jangan ada lagi perdebatan yang mengasingkan mereka. Baik Jia maupun Jevie tersiksa karena mereka harus saling berdiam diri.
Duduk sembari menikmati awan yang perlahan berubah menjadi jingga, beserta matahari yang pamit undur diri. Jevie mengalihkan pandangannya pada sosok kekasihnya, Jia yang dari tadi hanya menatap lurus pada hamparan laut luas. Senyumnya tercetak dibibir Jia, tapi sorot matanya menunjukkan kegelisahan yang membuat Jevie kembali memaki diri sendiri. Jevie menghancurkan kepercayaan Jia.
"Aku minta maaf, aku salah. Kamu boleh pukul aku." ucap Jevie, membuat Jia mengalihkan pandangannya untuk membalas tatapan Jevie.
"Kenapa harus aku pukul? Kamu minta maaf aja aku udah senang." jawab Jia mengulas senyum tipis. "Aku juga minta maaf karena udah marah-marah. Aku kemarin cuman bingung aja karena tuduhan kamu." sambung Jia terkekeh ringan.
Jevie ingin menangis detik ini juga saat kenangan malam itu bersama Yuki tiba-tiba muncul. Sungguh, membayangkan bahwa dirinya berakhir di ranjang Yuki tanpa sehelai benang pun membuat Jevie seperti bajingan tak tau diri, kebodohannya patut untuk dimaki. Sungguh, bagaimana bisa Jevie melakukan hal memalukan dibelakang Jia? Bagaimana bisa Jevie terlihat baik-baik saja saat tatapan mata Jia menatap penuh cinta pada obsidiannya, dan bagaimana bisa Jevie mengatakan yang sebenarnya saat bayangan Jia meninggalkan dirinya begitu membuat Jevie sesak tak tertahan. Kehilangan Jia adalah keinginan terakhir dalam hidupnya, itupun jika nafas Jevie sudah tidak berhembus.
"Ji, aku beneran sayang banget sama kamu." lirih Jevie memeluk tubuh Jia dengan erat. "Please don't leave me. Jangan, bahkan untuk berpikir demikian." mohon Jevie bersamaan dengan air matanya yang menetes.
Jia membalas pelukan Jevie, tangannya bergerak menepuk punggung kekasihnya yang entah kenapa menjadi cengeng hari ini. Rasanya ingin sekali Jia menggoda Jevie jika suasana mereka dalam kondisi baik-baik saja. Walaupun sebenarnya mereka sudah baik-baik saja, hanya saja Jia tidak ingin merubah atmosfer haru yang sedang tercipta diantara mereka.
Jia terkekeh. "Jeje, kamu gemesin banget, nggak biasanya cengeng begini. Udah! Jangan nangis, 'kan aku udah bilang, aku akan selalu berdoa sama Tuhan untuk tidak memisahkan kita, apapun yang terjadi kedepannya aku mau kita tetap sama-sama."
Jevie mengeratkan pelukannya, mengubah posisi kepalanya untuk mencium aroma vanilla dari parfum yang menempel di leher Jia. Tolong demi kepercayaan yang sudah Jia berikan, jangan buat dirinya mengulangi kesalahan yang sama untuk ketiga kalinya.
"Aku salah, maafin aku."
Hubungan mereka bukan sebulan dua bulan, Jia dan Jevie bahkan pernah terlibat perdebatan lebih besar dari sekedar rasa cemburu yang berlebihan dari Jevie. Tapi, lihat. Mereka bahkan tetap baik-baik saja sampai detik ini. Dimana bulan depan hubungan mereka akan memasuki usia 1 tahun, bukan perkara yang mudah. Karena tidak semua hubungan selalu berjalan mulus 'kan? Beberapa bangunan butuh sedikit guncangan untuk melihat kuatnya pondasinya. Jadi, Jia anggap bahwa ini hanya guncangan kecil yang tak perlu dikhawatirkan. Mereka pasti akan baik-baik saja, Jia percaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYALATTE
Fanfic[COMPLETED] Bagi seorang Jevie Abercio, Jia Felysia Bayuni adalah poros kehidupannya. Silakan semua orang meluluhlantakkan kehidupannya, selagi ada Jia yang menggenggam erat tangannya, berdiri disampingnya dengan segaris senyum yang menyejukkan, mak...