I had so many dreams about you and me happy ending, now i know cause i'm not a princess, this ain't a fairy tale. I was a dreamer before you went and let me down.
.
.
.
Semuanya benar-benar telah berubah, hari-hari Jevie bahkan tak membaik setelah berakhirnya hubungannya bersama Jia. Semakin hari Jevie merasa seperti mati. Tak ada semangat hidup, semua seakan bentuk formalitas. Seperti bagaimana Jevie yang tetap bernafas walaupun sebenarnya Jevie terasa sulit untuk memasok udara. Makan yang sebenarnya tak ada sedikitpun rasa yang dirasakan oleh lidahnya. Kuliah yang hanya sekedar absen tanpa menyimak materi. Jevie hidup namun jiwanya seakan mati.
"Ngomong sama gue, lo kenapa?" tanya Ranu yang sejak tadi hanya melihat Jevie diam dengan pandangan kosong. "Pasti ada sangkut pautnya sama Jia, 'kan?" sambung Ranu.
Keduanya berada di taman dekat fakultas teknik. Tak jauh dari kelas Jevie. Menikmati angin siang yang menuju sore ini dengan ditemani playlist lagu milik Ranu.
"Gue putus sama Jia." jawab Jevie lemah.
Ranu menarik bahu Jevie untuk menatapnya, terlihat raut wajah tidak percaya dari apa yang baru saja Ranu dengar. "Kok bisa? Bohong lo, nggak mungkin anjir! Lo berdua 'kan bucin." ucap Ranu tidak percaya.
"Gue tidur sama Yuki, Ran."
Dan detik selanjutnya setelah Jevie menuturkan alasannya putus, Ranu segera melayangkan tinjuan keras dipipi Jevie. Membuat Jevie terbaring dengan sudut bibirnya yang terluka.
"BRENGSEK!" maki Ranu, kembali memukul pipi Jevie dengan keras. "Anjing! Gue udah bilang untuk jangan melakukan hal bodoh, tolol." sambung Ranu, menindih tubuh Jevie dan ingin kembali melayangkan tinjuannya sebelum Nadindra dan Haikal datang menghadang Ranu.
"WOI, . . WOI ANJING! SANTAI MEN." teriak Haikal menarik tubuh Ranu yang menindih tubuh Jevie.
Semua mata manatap pada mereka atas apa yang telah terjadi, orang-orang mulai berspekulasi dan memulai cerita yang tidak-tidak. Nadindra membantu Jevie yang kini sudah babak belur sembari menatap Ranu dengan cengiran yang terlihat menyebalkan dimata Ranu.
"Masih bisa senyum lo anjing." maki Ranu. Benar-benar ingin mencetak banyak pukulan diwajah menyebalkan sahabatnya ini.
Jevie tertawa mengejek pada dirinya sendiri. "PUKUL GUE ANJING PUKUL! PUKULAN LO MASIH ENTENG BUAT GUE, RAN. NGGAK ADA APA-APANYA." teriak Jevie bersamaan dengan air mata yang menetes, tanpa diminta. Semuanya mengalir begitu saja.
"Psikopat nih bocah." ucap Haikal, menahan tubuh Ranu yang ingin menghajar Jevie kembali.
Nadindra menghela nafas pelan. "Menyelesaikan masalah nggak bisa selalu pakai otot. Lo berdua kenapa sih?" tanya Nadindra.
Jevie menoleh menatap Nadindra. "Lo tanya gue? Gue hancur, Na! Hancur!" lirih Jevie.
"IYA KENAPA BANGSAT? PASTI KAN ADA ALASANNYA." teriak Nadindra ikut frustasi.
"ADUH ANJING! nggak bisa nih begini, kita jadi tontonan. Cari tempat yang sepi dulu." ajak Haikal, menyeret Ranu untuk ikut bersamanya yang langsung ditepis sama Ranu.
"Lo ngomong aja sama bajingan sialan itu, gue muak." ucap Ranu, meninggalkan Haikal, Nadindra yang menatapnya bingung dan Jevie yang terdiam dengan kepala tertunduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROYALATTE
Fanfiction[COMPLETED] Bagi seorang Jevie Abercio, Jia Felysia Bayuni adalah poros kehidupannya. Silakan semua orang meluluhlantakkan kehidupannya, selagi ada Jia yang menggenggam erat tangannya, berdiri disampingnya dengan segaris senyum yang menyejukkan, mak...