You wiped away tears. But not fears under the still and clear indigo.
How is it now that somehow, you're a stranger? You were mine just yesterday.
.
.
.
Jia menatap pantulan dirinya diatas cermin, senyumnya terukir begitu melihat penampilannya. Kemeja kotak-kotak milik Jevie dengan kaos abu-abu croptop mencetak jelas bentuk tubuhnya, dipadukan dengan skinny jeans hitam dan sepatu converse, menampakkan kaki jenjang Jia yang terlihat begitu cantik. Wajahnya di poles dengan make-up tipis. Rambutnya Jia biarkan menjuntai. Menambah kesan manis untuk Jia.
Hari ini Jevie mengatakan akan mengajak Jia seharian penuh untuk jalan-jalan. Mewujudkan satu persatu keinginan Jia. Mulai dari museum date, lalu lanjut ke piknik date, shopping date, photo box apapun yang ingin Jia mau hari ini akan Jevie penuhi, katanya.
Senyum Jia semakin lebar begitu melihat pesan muncul dari Jevie. Kekasihnya sudah menunggu dibawah. Maka dengan cepat langkahnya Jia bawa menuruni tangga kemudian berjalan menuju pintu, sebelum akhirnya berhenti sebab pertanyaan dari Papa.
"Mau kemana?" tanya Papa, menatap penampilan Jia dari atas sampai bawah.
Jia genggam erat tasnya. "Diskusi contoh kasus sama Halina." jawab Jia berbohong. "Aku pamit, pa." lanjutnya kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Papa hanya diam dan membiarkan Jia pamit undur diri.
Begitu sampai dihadapan Jevie, Jia langsung memutar tubuhnya untuk menunjukkan penampilannya ke Jevie. "Gimana penampilan aku?" tanya Jia dengan senyuman yang masih terpatri di wajah Jia.
"Always cantik, kamu suka banget kayaknya pakai kemeja aku." jawab Jevie membalas senyum Jia.
"Of course, my favorite shirt."
Jevie memakaikan helm untuk Jia, mengaitkannya kemudian menurunkan pijakan motor untuk Jia. "Let's go." ucapnya membantu Jia untuk naik ke motornya.
Motor akhirnya melaju meninggalkan kawasan komplek rumah Jia. Gadis itu memeluk pinggang Jevie dengan erat, seakan menunjukkan bahwa Jevie miliknya kepada semua orang yang melihat mereka nantinya.
Tujuan awal mereka jatuh ke museum Art:1 New Museum, yang akhir-akhir ini banyak dikunjungi untuk dijadikan spot foto-foto agar terlihat astetik.
Jevie melirik pantulan wajah Jia dari spion motornya. Segaris senyum tipis tercetak saat Jia memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa tubuhnya. Tangan gadis-nya terbentang yang kemudian dengan jail Jevie menarik pedal gas, membuat Jia dengan cepat memeluk Jevie sembari merenggut kesal.
"KAMU MAH SENGAJA." omel Jia, membuat Jevie tertawa mendengarnya.
"It's your day, please be happy." ucap Jevie mengelus tangan Jia yang melingkari pinggangnya.
.
.
.
Kedua tangan saling menggenggam dengan erat sembari berjalan mengelilingi setiap karya yang terpasang. Jia menikmati bagaimana matanya memandang karya-karya yang ditampilkan di museum dengan begitu apik, senyumnya benar-benar terukir dengan jelas. Ternyata, Halina benar, bahwa seni itu memiliki banyak arti. Beberapa kali Jia dan Jevie berdebat tentang maksud dari si seniman menciptakan karyanya. Padahal semua kembali bagaimana prespektif kita dalam menangkap maksud dari si seniman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYALATTE
Hayran Kurgu[COMPLETED] Bagi seorang Jevie Abercio, Jia Felysia Bayuni adalah poros kehidupannya. Silakan semua orang meluluhlantakkan kehidupannya, selagi ada Jia yang menggenggam erat tangannya, berdiri disampingnya dengan segaris senyum yang menyejukkan, mak...