10. again?

773 120 36
                                    

Save what you can of your life. Don't lose it all just because you've lost a part.

.

.

.

Sejak 15 menit yang lalu, Ranu yang berusaha membujuk Jevie terus mengekor kemana pun Jevie melangkah. Bahkan Ranu sampai bersedia menunggu di pintu toilet agar keinginannya terpenuhi. "Ayolah, . . Bantuin gue, tolong banget ini." mohon Ranu, kemudian melangkah mundur sebab pintu terbuka dan memunculkan wajah kesal Jevie.

"Haikal ada, kenapa jadi gue?!" ketus Jevie.

Ranu menghela nafas pelan. "Dia udah ambil slot 2, manggung setelah gue."

"Nadindra." ucap Jevie sembari mencuci tangannya.

"Drummer Haikal dia, nggak bisa."

Jevie berdecak. "Junior lo yang sering manggung sama lo."

"Dia udah megang pianis, yang gue butuhkan sekarang drummer. Ayo lah, sekalian jalan-jalan. Lumayan ke puncak bisa pacaran lo sama Jia."

Jevie menatap sinis Ranu. Sahabatnya ini kalau ada maunya sangat keras kepala sekali. Tidak menerima penolakan, bikin Jevie kewalahan menghadapinya. "Kenapa harus manggung di Bogor sih anjir? Jauh banget."

"Bayarannya lumayan, lagian sekalian healing."

"Healing healing tai anjing." maki Jevie. "Yaudah, ajak ramean supaya gue bisa ajak Jia."

Ranu tersenyum senang. Ingin sekali Ranu kecup kening Jevie sekarang. "Tenang, Halina ikut. Soalnya ada Nadindra." balas Ranu kemudian berangsur mundur. "Besok pagi ya." sambungnya lalu menghilang dibalik pintu.

.

.

.

Sesuai yang dibicarakan, semuanya sepakat untuk berkumpul di depan kampus. Disana sudah ada Jevie, Ranu, Nadindra, Haikal, Yuki, Kalila, Jarrelie dan Chan. Menunggu beberapa orang lagi yang kemudian mereka akan berangkat bersama.

Mundur ke beberapa menit yang lalu saat Yuki bersama Kalila muncul dihadapan yang lainnya dengan senyum mentereng. Menarik beberapa pasang mata yang saling menatap satu sama lain dengan kerutan bingung didahi mereka. Usut punya usut Chan yang memegang peran sebagai pianis Ranu mengajak Kalila— kakaknya, yang sudah dari kemarin memaksa untuk ikut bersama Chan. Tentunya fakta ini membuat yang lainnya selain Yuki dan Jarrelie terkejut bukan main. Pasalnya antara Chan dan Kalila tidak pernah menunjukkan kalau mereka ini adik-kakak. Lalu bagaimana dengan Yuki? Gadis itu diajak oleh Kalila juga Jarrelie.

"Jangan galak-galak, bukan gue yang ngajak." bisik Ranu, tak ingin mendapatkan amukan dari Jevie nantinya.

Sejujurnya Jevie sangat ingin membatalkan diri untuk ikut bergabung setelah melihat Yuki. Tapi, memikirkan konsekuensi yang akan dihadapi sahabatnya ini, Jevie akhirnya memilih untuk tetap lanjut dan mengabaikan godaan setan yang keluar dari mulut Haikal juga Nadindra. Walaupun ingin sekali Jevie tutup mulut Haikal dan Nadindra sekarang juga.

"Gokil, pulang dari puncak jangan sampai aja gue dengar ada yang balikan."

"Headline-nya puncak menyatukan kita kembali." sambung Nadindra ikut menggoda.

"Jhiaaakkkkkkk, . . Dingin dingin asoy."

Nadindra menyenggol lengan Haikal. "Tapi, Kal. Udah jadi saudaraan. Gimana dong?" ucapnya lesuh.

"Tenang, bukan sedarah masih bisa gas ngeng."

Ranu hanya diam, tidak ingin ikut ambil andil dalam menggoda Jevie. Tidak akan, karena Ranu tau apa yang terjadi sebenarnya, juga Ranu paham apa yang saat ini Jevie rasakan. Sudah pasti Jevie sedang mengutuk kedua temannya dalam hati, juga menahan diri untuk tidak melakban mulut Haikal dan Nadindra.

ROYALATTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang