[COMPLETED]
Bagi seorang Jevie Abercio, Jia Felysia Bayuni adalah poros kehidupannya. Silakan semua orang meluluhlantakkan kehidupannya, selagi ada Jia yang menggenggam erat tangannya, berdiri disampingnya dengan segaris senyum yang menyejukkan, mak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Silakan kalau kalian mau cek one tweet au royalatte
.
.
.
Orang-orang datang dan pergi, kehidupan merupakan perjalanan dari tempat satu ke tempat lainnya. Walaupun begitu, bukankah rumah tetap menjadi tujuan akhir? Dari awal Jia sudah mengetahuinya, saat Jia berani menjatuhkan hati untuk seseorang, maka Jia juga harus siap menerima segala bentuk luka nantinya, karena mencintai bukan tentang bahagia selalu tapi ada beberapa momen dimana rasa dari cinta itu bisa sangat menyakitkan.
"Kamu tau, Je? Aku mencintai kamu itu udah ditahap, aku akan bahagia kalau lihat kamu bahagia, even bahagia kamu bukan bareng aku, tapi aku akan tetap baik-baik aja. And then i see you after break up, yang ada di otak aku 'kok kamu jadi begini sih?'" Jia mencoba mengutarakan apa yang ada dikepalanya. "Aku jadi benci ke diri aku sendiri, padahal kamu yang salah. Tapi kamu bertindak seolah aku yang nyakiti kamu, seolah kamu satu-satunya orang yang paling hancur disini. Kamu mabok— yang aku tau kamu nggak suka hal itu, pergi ke bar, bolos organisasi dan kuliah— aku tau ya kamu selalu berusaha untuk nggak absen jika menyangkut kuliah. Kamu tunjukkin ke semua orang kalau kamu lagi sakit, tanpa tau aku juga. Aku juga sakit, Je. Kamu bikin aku dititik kebingungan antara memaafkan atau aku pergi, walaupun tau, pergi dari kamu bikin aku jauh lebih sakit, berkali-kali lipat apalagi kalau aku ingat you treat me so well before your mistake." jelas Jia menatap lurus pada obsidian Jevie yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.
"I know i'm fucking bastard, but—"
"Diem!" potong Jia, membuat Jevie kembali bungkam sembari membalas tatapan Jia. "The last one, aku nggak kasih kamu kesempatan kedua. Kalau aku kasih itu, kamu pasti akan berpikir untuk melakukan kesalahan lagi dan menganggap bahwa masih ada kesempatan ketiga, keempat dan seterusnya. Big no! Ini terakhir, yang artinya kalau kamu melakukan kesalahan lagi, apapun itu. Kamu harus siap untuk kehilangan aku. Nggak peduli sehancur apa aku nantinya, aku akan benar-benar menghilang. Aku pastiin kamu nggak akan bisa lihat aku. Jadi, memaafkan kamu udah menjadi pilihan aku, dan membuat aku percaya bahwa aku nggak salah memaafkan kamu itu juga pilihan kamu. So, . . Let's try again sesuai dengan permintaan kamu." sambung Jia.
Jevie menghela nafas lega. Pikirannya dari tadi sudah berkecamuk, terlebih ada beberapa ucapan Jia yang membuat Jevie hilang harapan. Tapi ternyata tidak, Jia masih bersedia memaafkan Jevie, yang tentunya kesempatan ini akan Jevie gunakan dengan sebaik mungkin. Jevie sudah pernah merasakan kehilangan Jia sekali dalam hidupnya, dan itu benar-benar membuat kehidupan Jevie berantakan, sangat kacau sampai Jevie tidak ingin hal itu terulang lagi. Jevie sudah menjadikan Jia seperti rumahnya, jadi saat Jevie tidak menemukan rumahnya, Jevie seperti tidak memiliki tujuan lagi.
Jevie genggam tangan Jia dengan erat. "Ji, aku bersyukur banget punya kamu dalam hidup aku. Even after i make a mistake, you still forgive me. Untuk semua kebodohan aku, kesalahan aku, kamu masih bersedia menerima aku lagi. Ji, thankyou always loving me. Seperti yang selalu aku bilang, kamu duniaku dan sampai kapanpun kehilangan kamu nggak akan buat aku bahagia."