🌵 RBW 19

116 27 4
                                    

19

🌵🌵🌵

Hyein banyak diam. Pikirannya berkecambuk. Ia tidak pernah melihat Kyuhyun seperti ini. Bahkan sejak mereka di Korea.

Untuk pertama kalinya mata Kyuhyun berapi akan emosi. Dan itu membuat Hyein menciut seketika. Entahlah. Ia jelas bukan jenis gadis penakut. Ia biasa memegang kendali, tanpa segan melumpuhkan lawan, tidak peduli itu pria ataupun wanita. Tapi melihat Kyuhyun seperti ini? Semua kemenangannya selama ini seakan bualan belaka. Hyein tidak berkutik sejak Kyuhyun meninggikan suara. Takut akan sorot mata yang seakan mampu mengambil tindakan tidak masuk akal detik itu juga. Seakan mampu melenyapkan apapun, termasuk sebuah rasa yang sepertinya sudah mulai jera.

Tidak.

Kyuhyun tidak akan melakukan sesuatu yang menyakitinya, termasuk pergi, kan? Bukankah pria itu bilang mencintainya?

Benar. Ia tidak akan meninggalkannya.

Tanpa ia sadari, Hyein telah menaruh percaya pada Kyuhyun. Pria itu tidak akan meninggalkannya. Apapun yang dilakukan Hyein. Meskipun ia sialan egois. Selfish as fuck.

Ya benar. Pria itu mencintainya. Masalah sekecil ini tidak akan melunturkan rasa yang sudah bertahan selama ini. Ia tahu. Ia yakin.

Tapi masalahnya, bukankah Hyein yang tidak berani mencoba? Lalu kenapa ia percaya?

Tidak ada yang membuka suara. Hyein bungkam. Begitu juga Kyuhyun. Hyein meliriknya sekilas sebelum memilih kembali menatap keluar. Sorot mata penuh emosi itu masih ada disana. Sorot mata yang seakan muak akan apa yang telah terjadi selama ini. Atas semua hal yang telah dilakukannya.

Semua kecambuk yang berputar di kepala Hyein masih belum terjawab, hingga Range Rover itu memasuki sebuah apartemen. Yah, tapi satu yang berhasil ia pastikan, ia sudah keterlaluan. Merasa perlu menekan egonya untuk mendapat kembali tatapan memuja Kyuhyun, Hyein menarik napas panjang menenangkan diri.

“Dimana ini?” tanyanya. Tapi Kyuhyun mengabaikan, pria itu berjalan lebih dulu meninggalkan mobil.

Hyein mengikuti setiap langkahnya dalam diam. Kyuhyun baru saja mengabaikannya. Hingga mereka sampai dalam sebuah unit bernuansa monokrom. Maskulin yang khas laki-laki. Tidak perlu ditanya ini unit siapa, karena semuanya jelas hanya dari feromon musim gugur yang menghantam penciuman kuat saat pintu terbuka.

Kalau dipikir-pikir, Hyein bahkan baru pertama kalinya kesini. Selama ini Kyuhyun yang selalu menghampirinya. Sebegitu tidak pedulinyakah ia?

“Kau tinggal disini?” gadis itu berusaha memulai pembicaraan, lagi.

Dan pria itu masih tidak memberinya tanggapan. Ck. Jika memang tidak berniat menanggapinya, kenapa tidak membiarkannya ke hotel saja tadi? Kenapa membawanya ke apartemennya?

Tunggu... Apartemennya... Tempat Kyuhyun...

Baiklah. Hyein mengerti. Tentu saja. Sex selalu dapat memadamkan amarah lewat gairah.

Gadis itu melangkah mendekat pada Kyuhyun yang baru menandaskan air dingin. Gelas itu dicengkramnya erat. Urat-urat tangannya seakan berusaha memecah benda itu menjadi kepingan tajam.

“Hotel ya...” desis pria itu.

“Kenapa─”

“Kau berencana tidur dengan siapa?” tanya Kyuhyun, tapi pria itu tidak terkesan bertanya, nadanya terdengar menilai.

Menghentikan langkahnya, Hyein mengerutkan kening, tidak percaya yang Kyuhyun katakan, “Apa maksudmu?!”

Sialan. Apa yang Kyuhyun pikirkan tentangnya? Apakah pria itu baru saja mengatainya jalang secara tidak langsung?

REFILL: Breaking WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang