14. Kemarahan

1K 116 26
                                    











Pasusu 2














Papiji

Tanna dibawa Youra ke kafe dekat sekolah berserangan dengan minimarket, anaknya mau ikut, gue nggak bisa larang, cepet jemput dia.

11.45 a.m

Jungkook melirik jam diponselnya, lalu menghela napas gusar sebab sudah lewat dari lima belas menit sejak pesan dari Jimin dikirimkan padanya. Ia baru keluar kelas dan langsung berlari menuju parkiran kampus tempat mobilnya berada, tidak sempat menaruh tas di ruangannya atau sekedar mendudukkan tubuh sejenak, sebab ia harus segera sampai di kafe yang dimaksud, perasaannya selalu menjadi tidak enak jika Tanna berada dalam pengawasan Youra, mengingat terakhir kali si putri kecil dititipkan pada si kakak sepupunya itu, ia justru malah berakhir sakit setelahnya.

Kafe dekat sekolah-- ada beberapa kafe yang berjejer di sana sebab sekolah Tanna berada di pusat kota, tapi beruntungnya hanya ada satu minimarket terdekat dan sesuai arahan Jimin kafe yang dimaksud tepat berada di seberangnya, lantas ia buru-buru memarkir mobilnya setelah sampai. Kafe yang dipilih Youra cukup sepi, ia berdecak keras karena Tanna justru dibawa ke tempat seperti ini diantara banyaknya kafe anak yang jauh lebih baik, meski lokasi berada jauh dari sekolah setidaknya anak kecil seperti Tanna akan merasa nyaman dan aman, pun makanannya akan jauh lebih terjaga meski kebanyakan kafe anak kecil justru bertemakan makanan manis yang memang tidak cukup sehat.

Melangkah masuk ke dalam, hanya ada 4 orang pengunjung yang kini sedang mengerubungi salah satu meja, ia mengerutkan keningnya terlebih ketika teriakkan dari suara yang tidak asing menyapa rungunya. Jungkook lantas masuk ke dalam kerumunan dan menatap terkejut ketika menemukan si putri kecilnya tengah meringkuk ketakutan, di depannya Youra masih sibuk meneriakinya dengan kata-kata tidak pantas yang bahkan tidak pernah di dengar oleh Tanna. Tangannya terkepal kuat dan emosi mulai menguasainya sehingga Jungkook maju dengan cepat dan satu tamparan tepat mengenai pipi Youra yang membulatkan matanya karena terkejut oleh kehadirannya. Jungkook tidak begitu peduli dengan reaksinya, ia langsung membawa Tanna ke dalam gendongannya, si kecil menangis semakin histeris dan memeluk lehernya dengan erat begitu mengetahui penolong yang sedari tadi ditunggunya sudah datang.

"Sayang ini papa. Maaf" bisik Jungkook lembut di telinganya, diusapnya penuh sayang punggung bergetar Tanna yang langsung menyembunyikan wajahnya di pundak Jungkook. "Tanna, maafin papa ya? Tutup telinganya ya sayang" lanjutnya lagi yang langsung dituruti oleh Tanna, Jungkook beralih menatap Youra dengan tajam, berdiri begitu angkuh meski sebagian wajahnya sudah basah oleh air matanya sendiri.

"Choi Youra, beraninya lo sentuh dan sakitin anak gue" tidak ada kesopanan yang selalu Jungkook tunjukan, setiap kalimatnya diucapkan dengan penuh penekanan. "Miskin? Tidak tahu malu?" Jungkook berdecih, meludah tepat mengenai sepatu Youra, ia mendelik tajam melirik ke arah tas putri semata wayangnya yang berantakan, "lo pikir lo punya apa brengsek? Uang? Suami lo aja kerja di perusahaan suami gue setelah ngelakuin korupsi. Kepercayaan ayah Kim? Dasar bodoh, ayah Kim bahkan udah pecat suami lo itu. Kalo bukan karena ibu lo yang mohon-mohon sama bunda, Lo cuman bakal jadi sampah dijalanan" Jungkook mati-matian berusaha menjaga nada suaranya agar tidak meninggi, ia tidak ingin Tanna menjadi takut kepadanya atau justru semakin merasa ketakutan oleh keadaan.

"JUNG--"

"Denger ini baik-baik Choi Youra, setelah ini lo cuman bakal berakhir dalam dua posisi, pertama ditangkap polisi dan hidup dalam penjara atau miskin seumur hidup. Gue pastiin lo bakal menderita dan menyesal seumur hidup lo. Gue jamin lo cuman bakal nangis darah dan mohon-mohon di kaki gue, tapi jangan harap gue bakal kasian sama lo" Jungkook menunjuk tepat di wajah Youra, lalu setelahnya memutuskan untuk cepat beranjak dari tempatnya, seraya membisikkan banyak kata-kata penenang untuk Tanna yang masih memegang telinganya seraya menangis keras.

"ANJING LO JUNGKOOK"

Jungkook menghentikan langkahnya, tanpa menoleh ke belakang ia berujar sekali lagi, "dan buat kalian yang cuman diam, gue pastiin kalian bakal terima akibatnya" sarkasnya kemudian melanjutkan langkah, tidak peduli dengan Youra yang masih berteriak keras di dalam kafe, hendak menyusulnya tapi tertahan oleh pelayan kafe yang meminta pertanggung jawaban. Jungkook segera masuk ke dalam mobilnya, masih menggendong Tanna yang memeluknya semakin erat.

"Maafin papa, maafin papa, maafin papa..." Bisiknya berulang kali tanpa henti di telinga Tanna, suaranya bergetar sebab menahan isakan di tengah tangisan yang sudah tumpah ruah, pipinya basah, tangannya tidak berhenti mengelus punggung sang putri kecil yang masih bergetar hebat. Jungkook memejamkan matanya, mencium pucuk kepala Tanna dengan penuh kasih sayang seraya terus membisikan kalimat serupa. Jungkook berusaha menyalakan mobilnya tapi tangannya yang bergetar justru tidak mampu melakukannya, maka ketimbang terjadi resiko yang tidak diinginkan ia memilih mengambil ponsel di saku jasnya kemudian menekan nomor Taehyung setelahnya.

"Kak--" Suaranya tercekat, ia memejamkan matanya sejenak dan mencoba mengatur napasnya yang masih tidak beraturan, Taehyung bertanya khawatir berulang kali diseberang telepon terlebih tangisan Tanna masih belum berhenti. "Tolong jemput aku di kafe dekat sekolah Tanna, aku nggak bisa bawa mobil, tanganku gemetar" maka tanpa menunggu lama, Taehyung segera menyanggupi, menyuruhnya untuk tetep membiarkan telepon tersambung sementara ia yang tengah berada di seberang telepon langsung melajukan kendaraannya ke daerah yang Jungkook maksud.

Hanya butuh waktu tidak sampai sepuluh menit, mobil Taehyung sudah terpakir rapi tepat di samping mobilnya. Si suami buru-buru keluar dari kursi bagian belakang sebab Jaehyun yang menyetir, mereka baru pulang dari meeting di kafe yang tidak jauh dari sini juga. "Jung..." Panggilnya pelan, pintu mobil terbuka dan Taehyung terkejut melihat kondisi dua kesayangannya yang sama-sama kacau. Tanna langsung menoleh ke arahnya dan menangis semakin keras, beralih masuk ke dalam pelukan sang ayah yang langsung mengangkatnya.

Taehyung melirik ke arah Jungkook yang menundukkan kepalanya, kedua tangan si kesayangannya bergetar dan ia menangis tertahan, sebelah tangan Taehyung kemudian meraihnya, menggenggam erat sebelah tangan Jungkook hingga membuat keduanya beradu pandangan. "Youra di dalam, Tanna di teriaki" ujarnya dengan suara yang bergetar, rahang Taehyung terlihat mengeras setelahnya dan tatapannya menajam. Jungkook kembali menundukkan kepalanya sementara Taehyung memanggil Jaehyun untuk mendekat.

"Ambil rekaman cctv kafe ini buat dijadiin bukti ke polisi" katanya penuh penuh penekanan. Jaehyun yang mengerti situasi langsung menuruti permintaan Taehyung tanpa banyak bertanya.

"Ayah pulang" bisik Tanna pelan, Taehyung langsung mengangguk, memberikan Tanna lagi ke dalam gendongan Jungkook, si kecil langsung meringkuk di atas pangkuan sang papa, tangisannya sudah sedikit mereda tapi tubuhnya masih terus bergetar hebat. "Pindah ke kursi samping Jung, bisa?" Jungkook mengangguk, menurut dan dengan perlahan pindah ke kursi di sebelahnya sesuai perintah Taehyung yang lalu duduk di kursi kemudi, melajukan mobil menuju rumah dan membiarkan Jaehyun mengurus apa yang dimintanya tadi.


Love,
Ad💜

Pasusu 2 √ tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang