Pasusu 2
Tanna mengerutkan keningnya heran, ada ketakutan yang singgah ketika kaki dibawa melangkah sejajar mengikuti papa dan ayah yang menggenggam masing-masing tangannya di samping kanan dan kiri, tatapannya dibawa mengitari sekitar—— ramai. Tetapi, bukanlah sesuatu yang asing lagi, sebab beberapa kali datang, rumah sakit memang selalu ramai pengunjung. Dulu, saat pertama kali di bawa kesini, ia sempat merasa terkejut, sebab ada banyak orang yang sibuk kesana kemari, sebagian lagi terlihat sedang duduk di kursi-kursi yang tersedia dan yang lainnya berdiri saling bersisian juga berhadapan. Semakin tercengang ketika ia melihat banyak sekali ruangan berpintu putih, kaca-kaca lebar menghiasi beberapa ruangan, lalu ada taman luas yang terlihat sepi pengunjung, kebanyakan yang datang berpakaian serupa—— hal itu mengingatkannya pada si kakak kembarnya Jiyoo dan Miggi yang sering berpakaian sama. Namun anehnya, wajah mereka tidak mirip sama sekali juga kebanyakan sudah seusia nenda dan nenbu, mereka duduk di kursi taman atau kursi yang bisa berjalan sendiri. Rasanya kala itu luar biasa.
Ia semakin merasa antusias ketika mengetahui papiji yang hebat dan bisa menyembuhkan banyak orang itu bekerja disana, berpakaian keren dan semakin tampan dengan jas putih bersih yang digunakannya. Persepsi awalnya; tempat itu seperti rumah para peri yang memiliki mantra-mantra hebat untuk membuat orang lain kembali sehat, seperti papiji, meski mantra itu tidak seenak ice cream atau selembut gula-gula kapas dan juga semanis permen, yang lebih anehnya malah berbentuk sirup kental yang rasanya pahit, tetapi berkat itu semua orang bisa kembali bahagia. Tanna suka tempat itu. Hanya saja, seolah ditampar oleh sebuah fakta yang dirasakan sekaligus dialaminya, sejak ia mulai mengerti ayah dan papa membawanya kesana untuk melakukan pemeriksaan rutin secara menyeluruh dan Tanna selalu berakhir mendapatkan satu tusukan menyakitkan di lengan atasnya, Tanna bersumpah tidak pernah ingin datang kesana lagi. Tempat itu bukan tempat para peri, meski orang-orang disana bersikap baik sekalipun—— kecuali papiji kesayangannya yang memang serupa peri dan suka membuat mantra-mantra ajaib—— sebab ia bukannya merasa senang malah justru berujung menangis kesakitan. Pun ketika mengetahui bahwa ternyata disana banyak sekali orang yang sedang sakit, Tanna jadi sedikit merasa takut.
"Kenapa kesini?" Tanyanya kebingungan. Otaknya yang memiliki daya ingat kuat, jelas masih mengingat bahwa mereka baru saja datang ke sana beberapa waktu yang lalu. Seharusnya tidak perlu datang lagi jika tidak ada yang sakit, papa bilang mereka hanya perlu melakukan pemeriksaan rutin secara menyeluruh setahun sekali, meski Tanna tidak tahu berapa lama jangka waktu setahun itu, tetapi yang pasti, setahun itu cukup lama hingga ia terkadang lupa. "Siapa yang sakit?" Tanyanya lagi dengan wajah yang mulai memucat, Taehyung terkekeh kecil, merasa gemas melihat ekspresi takut juga bingung dari si putri kecilnya.
"Tidak ada yang sakit" jawabnya berusaha menenangkan, tetapi genggaman tangan Tanna pada tangan keduanya terasa semakin mengerat. Sebab biasanya juga mereka tetap datang meski tidak ada yang sakit.- Taehyung melirik ke arah Jungkook seraya menahan tawanya yang hendak meledak, lalu berdehem beberapa kali, dan melepaskan genggaman tangan keduanya lebih dulu. "Hei kecil, kenapa?" Tanyanya berpura-pura tidak tahu seraya berjongkok di hadapan si putri kecilnya, ketiganya berada dalam sebuah lift yang akan mengantar mereka ke tempat tujuan. "Tanna takut?"
"Ti-tidak kok" sanggahnya cepat, kemudian menyahut lagi, "se-sedikit sih" lirihnya dengan bibir mencebik lucu. "Ayah, tidak mau ke sini" rengeknya ketakutan. "Mau pulang, pulang saja ya?"
"Tidak bisa pulang, kan belum bertemu dokternya"
"Tapi takut"
"Kenapa takut?"
"Sakit tau, tangannya nanti di tusuk-tusuk seperti ini" gagal. Tawa Taehyung berakhir meledak ketika Tanna mempraktekan cara menusukan jarum suntik yang dokter lakukan kepadanya, Tanna semakin mencebikkan bibirnya, berjalan mundur mendekat ke arah sang papa yang sedari tadi hanya sibuk memperhatikan, ia mendonggak, menatap papa dengan penuh harap, "papa, mau pulang" ujarnya yang dibalas senyuman hangat oleh papa, cantik sekali, Tanna sempat terpesona sebentar, hanya sebentar sebab ia kembali merengek setelahnya. "Mau pulang, tidak mau disini, papa takut"
"Kenapa takut? Tanna nggak akan di suntik lagi kok" secercah harapan seolah muncul, tetapi sang ayah yang masih tertawa seraya meledeknya malah membuat ia semakin merengek ketakutan. Jungkook meringis, mendelik kesal pada si suami, "kak udah ih, anaknya takut loh ini" geramnya yang diabaikan oleh Taehyung. "Kak! Ish!" Dengan kekesalan yang semakin meningkat dan Tanna yang terlihat akan menangis, Jungkook berinisiatif untuk menggendongnya sebab pintu lift juga akan segera terbuka di lantai tujuan mereka.
"Jangan" Taehyung buru-buru mencegah, mengambil alih tubuh Tanna lebih dulu untuk diangkat ke dalam gendongannya setelah menghentikan tawanya. Keduanya lantas berjalan beriringan keluar dari lift dengan sebelah tangan Taehyung yang bebas turut menggenggam jemari Jungkook. "Jangan main gendong-gendong begitu, si kecil udah berat, perutmu nanti kenapa-napa"
"Ya habisnya, kamu tuh ih!"
"Maaf" diusapnya lembut punggung tangan si kesayangannya. Lalu ia beralih pada Tanna yang menatap kesal, "ayah minta maaf ya kecil" pintanya. "Kita kesini buat periksa papa" lanjutnya berusaha menjelaskan. Langkah mereka berhenti tepat di depan pintu putih bertuliskan salah satu nama dokter kandungan; dokter kepercayaan mereka dari sejak kehamilan Tanna dulu.
Tanna beralih menatap sang papa, ekspresinya berubah khawatir, "Papa sakit?" Tanyanya sembari melirik ke arah perut Jungkook, "did they hurt papa?" Jungkook yang mengerti segera menggelengkan kepalanya, tidak ingin si putri kecil kesayangannya menjadi salah paham dan berujung membenci dua adiknya.
"Loh nggak, papa baik" paparnya singkat. "Adik-adiknya Tanna kan baik budi, mereka nggak sakiti papa sama sekali. Kita kesini buat liat adik-adik bayi"
Tanna menatap bingung, belum sempat menanggapi, Taehyung sudah terdengar berseru semangat lebih dulu, "yeay lihat adik bayi, nanti kita sapa mereka ya, kecil?" Ajaknya lembut, "ayo kita masuk, dokternya sudah menunggu" Tanna hanya mengangguk seraya mengeratkan pegangannya pada leher sang ayah, kepalanya ia sembunyikan di bahu Kokok ayahnya, sejujurnya masih tidak begitu mengerti dengan apa yang dimaksud oleh ayah dan papanya, tetapi begitu masuk, ia memang menemukan seorang dokter sudah menunggu kedatangan mereka. Itu dokter Kang, Tanna sering bertemu dengannya karena pernah diperiksa beberapa kali olehnya.
"Selamat siang, silahkan duduk" sambutnya mempersilahkan, ada tiga kursi yang sudah ia persiapkan untuk pasien khususnya hari itu. "Halo, kita bertemu lagi. Duh semakin cantik sekali sulungnya Kim ini"
"Selamat siang, dokter" Taehyung dan Jungkook balas menyapa nyaris secara bersamaan sembari mendudukkan diri, sementara Tanna hanya membalas dengan senyum malu-malu mendengar pujian yang dilontarkan, lalu bergumam terimakasih setelah papa berbisik untuk mengatakannya. "Terimakasih, dokter"
"Manisnya" puji dokter Kang lagi dan lagi, lalu mulai pusatkan atensi pada Jungkook dan Taehyung, "berarti ini sudah memasuki minggu ke sebelas betul?" Jungkook mengangguk membenarkan, sementara dokter Kang sibuk menuliskan sesuatu di buku yang sebelumnya Jungkook serahkan. Pria paruh baya dengan wajah tampan itu lalu mengarahkannya untuk segera berbaring di blankar seperti biasanya, Taehyung mengikutinya sembari menggendong Tanna, keduanya berdiri di bagian ujung brankar, menatap layar besar yang menunjukkan kondisi perut Jungkook. Ada dua janin di dalam sana, calon bayi-bayi Kim selanjutnya.
"Ayah, itu apa?"
"Itu adik-adiknya Tanna" Tanna menatap horor, sebetulnya masih belum memahami sebab yang ditunjuk dokter Kang sebagai adik-adiknya itu terlihat seperti kacang seukuran bola golf yang sering ayah mainkan. Kecil sekali. "Mau sapa mereka?" Tanyanya seraya mendekat ke arah monitor, "halo adik-adik, ini ayah dan kakak Tanna" ujar Taehyung memperkenalkan, Tanna menatap ke arahnya dan ke arah layar monitor secara bergantian. "Tolong tetap sehat dan tumbuh dengan baik ya, jadi anak baik dan jangan sakiti papa. Ayah, papa dan kakak Tanna tidak sabar untuk bertemu" lanjutnya lagi.
Tanna menatap layar monitor itu, lalu tangannya terangkat dan menyentuh perlahan-lahan dua bulatan di sana. "Adik" panggilnya pelan. "Ini kakak" katanya melanjutkan yang mana membuat Taehyung sedikit terkejut, ia menoleh pada Jungkook yang ternyata sudah menangis—— hati keduanya menghangat mendengar si putri kecil mereka memperkenalkan diri sendiri dengan menyebutnya dirinya kakak. Putri kecil mereka tumbuh dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasusu 2 √ tk.
Fiksi PenggemarIni kelanjutan warna-warni dari kehidupan si Pasusu, diramaikan oleh si manis kloningan cilik mereka yang bernama Kim Taera. Akankah mereka merasa cukup hanya dengan bertiga? Ataukah yang dulu merasa utuh malah menjadi jenuh kemudian runtuh? Masih...