15. Pelukan ketenangan

945 114 7
                                    













Pasusu 2














Jungkook menutupi sebagian tubuh putri kecilnya dengan selimut tebal, ia terbaring nyaman diatas kasurnya setelah sebelumnya merengek tidak mau lepas dari pelukannya sejak kepulangan mereka tadi. Dipandanginya wajah Tanna yang terlelap nyenyak, napasnya berhembus teratur, Jungkook meringis kecil ketika menemukan jejak air mata masih membekas di pipinya yang bulat dan bersih. Diusapnya penuh hati-hati, lalu kecupan dibubuhkan setelahnya. Jungkook menghela napas berat, ada bagian dari hatinya yang teriris sakit ketika mengamati si putri kecilnya yang tadi sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat dan tangisannya terdengar histeris. Ingatannya serasa dibawa pada kejadian dua tahun yang lalu, tepat saat Jungkook juga pernah melakukan hal serupa seperti Youra dan ia merasa sangat bersalah sebab pernah menjadi salah satu orang yang meneriaki sang putri kecil.

"Mikirin apa?"

Lamunan Jungkook terpaksa diputus ketika sebuah pertanyaan disusul usapan lembut pada pucuk kepalanya terasa. Jungkook mendongak, menatap ke arah Taehyung yang entah sejak kapan sudah berdiri di sisi ranjang dengan sebelah tangan memegang secangkir teh hangat yang masih mengepulkan asap. "Sini duduk" ajaknya, melangkah lebih dulu menuju salah satu kursi yang menghadap ke arah balkon. Jungkook lekas bangun dengan perlahan-lahan, berharap bahwa ia tidak menimbulkan pergerakan yang dapat membangunkan Tanna dari tidurnya.

Mendudukkan tubuh di samping Taehyung, Jungkook menerima sodoran secangkir teh hangat tadi dan meneguknya sebanyak dua kali seraya menikmati hening yang mendominasi di temani langit sore berhiaskan senja, cahayanya masuk lewat kaca pintu balkon yang gordennya di buka lebar, menghantarkan hangat disela-sela angin sore yang menyusup masuk lewat celah-celah pintu yang tidak tertutup rapat. Untuk sesaat, pemandangan di depannya kini terasa begitu menenangkan, menjadikan Jungkook menghela napas lega seakan sebelumnya tidak mampu bernapas dengan baik. Tidak menyadari bahwa kini sebelah lengannya sudah berada dalam genggaman Taehyung, di taruh tepat diatas paha si suami yang mengamatinya dengan sorot mata yang kelewat lembut.

"Mau di peluk?" Taehyung bergumam kecil, suaranya seperti bisikan pelan sebab takut menganggu tidur si putri kecilnya. Jungkook melirik ke arahnya, senyumannya mengembang lebar berbanding terbalik dengan kedua bola mata bambinya yang sudah berkaca-kaca. Seolah mengerti, meski Jungkook tidak mengangguk bahkan meng-iyakan sekalipun, Taehyung segera menariknya pelan ke dalam pelukannya, menaruh asal secangkir teh buatannya di atas meja kecil di samping kursi, diusapnya lembut garis punggung sempit milik si kesayangannya yang mulai bergetar, tangisan tanpa suara Jungkook tumpah tepat di bahunya. Jungkooknya yang tadi berusaha terlihat kuat dengan menenangkan Tanna, memang nyatanya serapuh ini. Dan Taehyung jelas tahu, bahwa si kesayangannya berusaha mati-matian menahan kesedihannya sedari tadi.

Jungkook memejamkan kedua matanya—— bersamaan dengan tangisannya yang meluruh deras di bahu Taehyung dan kecupan penuh cinta yang dibubuhkan Taehyung berulang kali pada pucuk kepalanya, ketenangan merambat masuk ke dalam dadanya, menghapus seluruh kekhawatiran dan ketakutan yang sempat membebaninya, sekaligus mengobati luka-luka yang sebelumnya sempat dibuka paksa. Tubuhnya menggigil pelan, Jungkook mengeratkan pelukannya; berusaha mendapatkan lebih banyak kehangatan lewat pelukan yang Taehyung berikan. Sebab, sungguh ia membutuhkan pelukan ini sedari tadi, ia membutuhkan Taehyungnya, obatnya, penyembuhnya.

"Sedikit lega?" Taehyung bertanya sesaat setelah tangisan Jungkook berangsur-angsur mereda, melonggarkan sedikit pelukan, Taehyung menatap sejenak wajah Jungkook guna memastikan bahwa kini Jungkook sudah baik-baik saja. Anggukan di dapat, "dada mu masih terasa berat?"

"Marahnya belum hilang" cicit Jungkook pelan. "Maaf, tapi aku benci kak Youra" Taehyung mengusap punggungnya lagi, berbisik pelan di telinga Jungkook bahwa ia juga merasakan hal serupa, dan membenci Youra menjadi hal yang wajar untuk mereka yang merasa tidak terima dengan kejadian tadi. Taehyung sudah melihatnya dengan jelas lewat rekaman cctv yang di kirim Jaehyun, ia juga merasa sangat marah dan ia bersumpah akan menyeret Youra ke dalam sel polisi dengan tangannya sendiri.

"Kak, putri kecil ku di teriaki pake kata-kata kasar, dimaki-maki, dia meringkuk ketakutan tapi nggak ada yang bantuin dia" Jungkook meremas kaos Taehyung dibagian punggung, emosinya kembali memuncak dengan air mata yang ikut mengaliri pipinya dengan deras. "Putri kecil ku cuman bisa nangis sambil manggil aku berulang kali..." Lirihnya. Dadanya dipenuhi oleh sesak, napasnya memburu cepat, Jungkook kembali terisak di bahu si suami yang bahkan belum sempat mengering.

"Salah ku, ini memang salah ku"——lalu hal yang paling Taehyung takuti, nyatanya memang terjadi. Jungkook menyalahkan dirinya sendiri. Taehyung buru-buru menggelengkan kepalanya, berusaha menyanggah agar pemikiran itu tidak masuk memenuhi kepala kecil si kesayangannya. Ia tidak ingin Jungkooknya sakit untuk kesekian kalinya lagi. "harusnya aku datang lebih cepat, harusnya aku nggak biarin Tanna dijemput sama kak Jimin, harusnya aku nggak ngajar, harusnya aku——"

"Sayang" Taehyung buru-buru memotongnya, pelukan di lepas sejenak, Taehyung menangkup kedua pipi Jungkook, ditatapnya obsidian milik Jungkook yang berkilau basah. "Jungkookie, apa yang terjadi hari ini bukan salah mu. Ini bukan salah mu atau salah siapapun. Jangan bicara begitu lagi, aku nggak suka" Katanya berujar untuk menyakinkan, diusapnya pelan pipi basah Jungkook, "Pegang omongan ku, nggak akan ku biarkan Youra hidup bahkan napas dengan bebas setelah ini" katanya penuh penegasan, ada kilatan amarah yang jelas tersorot dibalik tatapan tajam Taehyung.

"Kak maaf" Jungkook berbisik pelan, suaranya terdengar bergetar. "Maaf karena aku juga pernah teriakin Tanna" Taehyung dapat merasakan bagaimana jantungnya terasa mencelos jatuh begitu mendengarnya. Hal tadi jelas akan membuka luka lama milik Jungkook yang barangkali baru saja mengering dan sembuh. Ia langsung membawa Jungkook lagi ke dalam sebuah pelukannya, tidak ingin Jungkook melihat bagaimana air mata Taehyung mengaliri pipinya tanpa permisi.

"Aku pernah sama jahatnya kayak kak Youra"

"Jangan diingat lagi, sayang"

"Aku nggak ada bedanya sama kak Youra"

"Beda" Taehyung menyahut cepat, "kamu sama dia beda. Kamu nggak sengaja melakukannya, kamu nggak bermaksud begitu, kamu nggak jahat"

"Tapi——"

"Jungkookie, tolong..." Jungkook sedikit tersentak mendengar suara Taehyung, kali ini ia tidak menahan tangisannya. "Kamu sama dia beda, sayang. Jungkookie nggak jahat, bukan salah mu." Katanya penuh ketegasan. Taehyung tidak ingin Jungkooknya terjebak dalam luka yang sama dan kembali sakit lagi.

"Paham kan, sayang?"

Jungkook segera menganggukkan kepalanya, kali ini gilirannya yang mengusap lembut punggung Taehyung berulang kali, mencoba untuk menenangkannya.













;

"Ayah" Taehyung menghela napas berulang kali begitu sahutan terdengar dari seberang telepon, suara ayah yang tegas masuk ke telinganya dan sedikit membuatnya gugup. "Taehyung mau minta ijin melakukan sesuatu" katanya menghadirkan sebuah tanda tanya besar dari si lawan telepon. Pria paruh baya yang teramat ia hormati, keduanya jarang sekali saling menghubungi seperti ini terkecuali jika Tanna yang meminta dan Jungkook sedang tidak ada disisinya, maka Taehyung harus terpaksa menghubungi sang ayah. Ia dan sang ayah memang tidak cukup dekat, tapi beberapa tahun lalu Taehyung menyadari jikalau ayah selalu bisa ia andalkan dalam keadaan mendesak seperti ini.

"Katakan dengan jelas"

"Taehyung mau laporin Youra ke polisi dan mungkin nantinya kabar ini akan merusak hubungan keluarga" Ada jeda yang lumayan cukup panjang, ayah tak langsung memberikan reaksi atau merespon apa-apa dan di detik-detik seperti ini Taehyung merasa semakin gugup meski tadi ia berujar tanpa keraguan sekalipun. Helaan napas berat di seberang telepon terdengar kemudian di susul suara ayah, "ayah percaya kamu. Minta maaf sama bunda setelah ini, urusan keluarga biar jadi urusan ayah. Kirim data lengkap mengenai laporan kamu untuk Youra ke email ayah" begitu katanya. Taehyung menghela napas lega, tubuhnya disandarkan pada punggung kursi, ia tersenyum kecil, melirik beberapa kali pada entitas dua kesayangannya yang sedang tertidur dengan saling berpelukan diatas ranjang. Kemudian berujar terimakasih sebelum mematikan sambungan telepon dan segera menghubungi Jaehyun untuk mengirimkan apa yang ayah minta termasuk rekaman cctv di kafe tadi.







Love,
Ad💜

Pasusu 2 √ tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang