Pasusu 2
Three years later.
Waktu berlalu begitu cepat, berjalan dengan singkat, seolah-olah hanya serupa kedipan mata; tahu-tahu semuanya sudah berganti dan berakhir, lalu kembali lagi pada awal. Siklus nya tetap, serta bergerak konstan.
Ada banyak yang terjadi, silih berganti-- duka dan suka, luka dan tawa, kesedihan dan kebahagiaan bergiliran saling menghampiri, berlomba-lomba mengisi kosongnya ruang yang tersedia sebagai warna warni dari alur cerita kehidupan di bumi. Tahun-tahun pertama menjadi orangtua yang mengurus tiga anak sekaligus masih menjadi tahun yang paling merepotkan sekaligus mengharukan. Taehyung dan Jungkook terus belajar untuk memperbaiki diri, berusaha menjadi orangtua terbaik, serta bertanggung jawab atas satu sama lain. Keduanya, bersama-sama selalu mendampingi, menyaksikan sendiri setiap pertumbuhan dan perkembangan dari ketiga anak-anaknya; dari mulai Tanna yang beranjak menuju sekolah dasar, mengajarkan Karel dan Kiel merangkak, duduk, berdiri, hingga berjalan, serta berbicara. Lalu berbangga hati ketika Tanna berprestasi, dan terharu ketika kata papa menjadi kata pertama yang diucapkan oleh Karel dan Kiel. Satu tahun tanpa disadari terlewati begitu saja. Kehadiran Tanna, Karel dan Kiel; berhasil mendewasakan keduanya.
Menginjak tahun kedua-- diawali oleh berita sedih sebab meninggalnya nenek Min juga kakek Park yang berhasil menyisakan luka berkepanjangan untuk keluarga Jimin dan Yoongi. Nyaris berbulan-bulan mereka berkabung sendu, ada banyak tangisan yang menghiasi di tengah-tengah keadaan mereka yang terus mencoba untuk tetap waras. Lalu, seolah-olah Tuhan sengaja memberikan pelipur lara, kabar bahagia menyusul hadir sebagai penawar luka, kehamilan kedua Yoongi menjadi berita penghibur duka. Tahun-tahun berganti dalam sekejap. Melewati tahun ketiga, beranjak memasuki tahun keempat, Anak-anak tumbuh kian besar, semakin dewasa dan berpikiran luas, dipenuhi oleh banyak kasih dan cinta dari para orangtua yang selalu memastikan bahwa masing-masing mendapatkannya sama rata, sehingga tidak ada yang merasa kekurangan sedikitpun.
"Kebiasaan" Jungkook mendengus jengkel, bergerak memunguti handuk basah yang ditaruh asal di atas tempat tidurnya untuk digantung pada tempat seharusnya, lalu bergegas keluar kamar untuk menemui si pelaku utama penyebab kekesalannya sore itu. "Disini ternyata" katanya begitu mendapati Taehyung sedang terduduk di salah satu kursi teras halaman belakang, sibuk membetulkan sebuah mainan kayu milik putranya. Lelaki itu mendongak sekilas, tersenyum ramah, dan melempar sapaan singkat seperti biasanya; seolah-olah tidak baru saja melakukan sebuah kesalahan. Jungkook menghela nafas panjang, kedua lengannya ditaruh di masing-masing sisi pinggangnya, ia mendelik kesal, "kamu ya" tudingnya galak secara tiba-tiba, sontak Taehyung mengernyitkan keningnya kebingungan, ia balas memandang dengan separuh terkejut, "berapa kali aku bilang jangan taruh handuk di atas kasur, nanti kasur nya jadi basah, masih aja nggak di dengar!" marahnya.
Taehyung mengerjap-ngerjapkan matanya, "sayang..."
"Jangan panggil sayang kalo omongan aku aja nggak pernah didengar! Kamu kan sebenernya nggak sayang aku" sambarnya cepat dengan bibir mencebik lucu, menatap sinis ke arah Taehyung yang malah terkekeh kecil seraya berusaha menarik lengannya untuk mempersempit jarak. Jungkook buru-buru menepis tangannya, bergerak semakin menjauh, "apa sih ih" katanya, kali ini kedua tangannya dilipat di depan dada, ia berusaha terlihat garang kendati malah tampak semakin menggemaskan dimata Taehyung.
"Sini dulu"
"Jangan deket-deket kalo nggak sayang sama aku"
"Omongannya jelek, ah" Taehyung berdecak, menaruh asal mainan Karel di atas meja kecil di sebelahnya, "nanti anak-anak dengar" ia menunjuk dengan dagunya ke arah sekumpulan anak-anak berbeda usia yang tengah bermain bersama, tawa terdengar mengiringi, dan sesekali diwarnai pertengkaran-pertengkaran kecil karena berebut mainan yang sama. "Kalo mereka malah beranggapan begitu, gimana?"
"Biar" kelakarnya disertai angkatan bahu acuh, "lagian ayahnya nggak pernah dengerin kata papanya" lanjutnya, ia berakhir menyerah tatkala Taehyung meraih pinggangnya dan mendudukkannya di atas pangkuannya. Jungkook duduk menyamping, memalingkan wajah ke lain arah agar tidak bertemu tatap dengan mata milik si suami, masih menaruh sebal.
"Bukan gitu"
"Alasan"
Taehyung sekali lagi terkekeh ketika Jungkook tak memberikannya waktu untuk menjelaskan, lagipula sejujurnya ia tidak punya pembelaan, toh tindakannya memang seratus persen adalah sebuah kesalahan. Maka, alih-alih memperpanjang perdebatan, ia malah membubuhkan banyak ciuman di sepanjang leher hingga bahu milik si kesayangannya, membiarkan Jungkook merengek dan tertawa akibat merasa kegelian, "maafin ya sayang" ujarnya berulang kali yang tak kunjung mendapat balasan, Jungkook rupanya senang bermain-main dan Taehyung dengan senang hati akan menanggapinya.
"Udah ih"
"Maafin dulu. Janji nggak diulangi lagi"
Dipukulnya pelan bahu Taehyung, "Halah, palsu. Besok juga pasti begitu lagi" Taehyung tertawa keras, mengangguk setuju, sebab sejujurnya ia sudah sering menjanjikan hal serupa tetapi untuk yang satu itu memang sulit sekali di tepati. Menghentikan kegiatannya, kali ini ia menaruh dagunya di bahu milik si kesayangannya seraya menghirup dalam-dalam aroma tubuh favoritnya. "Bikin kesel tau nggak?!"
"Iya, maaf ya?"
"Maaf aja terus"
"Kan ada kamu yang beresin" cengirnya tanpa merasa bersalah.
"Nyebelin!"
"I love you juga sayang" dibalas kerlingan bola mata malas oleh Jungkook, "udah ah, lepasin" bukannya menuruti permintaan Jungkook, Taehyung justru semakin mengeratkan pelukannya di perut si kesayangannya itu. "Lepasin ih, aku mau siapin makan buat kamu, katanya tadi nggak makan siang, dasar bandel, memang nggak sayang aku" Taehyung tersenyum kecil ketika pembahasan berujung pada kalimat yang sama. Semakin bertambah usia, semakin menua, semakin lama bersama, Jungkooknya ini semakin bertambah lucu.
"Maaf, sayang. Tapi aku ini sayang banget sama kamu sampe mati"
"Ngomongnya ih! Nggak boleh gitu!" tegurnya kesal, dipukulnya bahu Taehyung dengan sedikit keras, kemudian diusapnya berulang kali, "jangan bawa-bawa mati begitu, nggak suka. Takut Tuhan dengar"
"Iya, maaf sekali lagi, ya"
"Maaf terus. Udahlah, awas kamu"
Taehyung merengut, "Masa begitu nyuruh suaminya, nggak enak di dengar, nggak baik, nanti anak-anak dengar terus ngikutin" dan selalu dengan subjek yang sama, memanfaatkan nama anak-anak agar Jungkook luluh adalah bagian dari keahlian Taehyung sekarang ini.
"Ya udah, lepas dulu, ayah. Aku siapin makan buat kamu dulu, kasian perutnya nanti sakit" pintanya dengan nada yang jauh lebih lembut, Taehyung tersenyum senang, mengecup sekali lagi pipi Jungkook sebelum melepaskannya dan membiarkannya melakukan hal yang tadi dikatakannya. Maka, ia kembali fokus memperbaiki mainan milik si putra sulungnya yang sempat terlupakan menggunakan peralatan seadanya yang dimilikinya. "Makan dulu" Jungkook kembali lagi beberapa menit kemudian, dengan sepiring penuh makanan dan segelas air putih yang ditaruh di atas meja.
"Sebentar, pa. Perbaiki mainan abang dulu" katanya, ia melirik main-main ke arah Jungkook, "tetapi, kalo boleh sih disuapin aja" Jungkook mendengus lagi, mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi kosong yang tersedia lalu mulai menyuapi Taehyung seperti pintanya barusan. "Makasih, sayang" katanya riang. Sore itu, tidak ada yang lebih menyenangkan selain duduk berdua diteras rumah, mengamati anak-anak mereka yang tengah bermain, disuapi Jungkooknya dan ditemani langit sore yang mulai berwarna jingga. Nyaris saja semua terasa sempurna, dan Taehyung merasa cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasusu 2 √ tk.
Fiksi PenggemarIni kelanjutan warna-warni dari kehidupan si Pasusu, diramaikan oleh si manis kloningan cilik mereka yang bernama Kim Taera. Akankah mereka merasa cukup hanya dengan bertiga? Ataukah yang dulu merasa utuh malah menjadi jenuh kemudian runtuh? Masih...