53. Abang dan adik

687 95 11
                                    












Pasusu 2
















Daddy, siapa yang sakit?” Tanna mengerutkan hidung, tatkala aroma disinfektan menyeruak memenuhi saluran pernapasannya, mengiringi langkah keduanya memasuki area rumah sakit tempat papi Ji bekerja untuk menyembuhkan orang-orang dengan mantra dan ramuan ajaibnya. Ia melirik sekitarnya yang terasa ramai, lorong-lorong rumah sakit terlihat sibuk di penuhi orang-orang dengan berbagai macam ekspresi dan aktivitas, sementara beberapa orang dengan pakaian yang sering papi Ji kenakan terlihat berjalan terburu-buru kesana kemari, keadaan ini berhasil memulihkan sebagian kecil memori ingatannya; tempat ini masih sama seperti terakhir kali ia berkunjung, rasanya malah tidak berubah sedikitpun. Mendongakkan kepala beralih menatap sang lawan bicara yang tak kunjung beri jawaban, Tanna sedikit mengeratkan genggaman tangan keduanya hingga sosok itu menundukkan kepalanya guna mengalihkan tatap. “daddy?”  dan sosok yang dipanggil terlihat berdehem beberapa kali, seolah kesulitan menjelaskan.

“Kakak sebentar lagi akan ketemu adik-adik bayi” Mengerutkan keningnya, Tanna menatap polos ke arah Namjoon yang dengan susah payah berusaha menelan salivanya sendiri, ia takut salah berujar dan berujung membuat si gadis kecil kesayangannya ini menangis khawatir. “Papa sedang diperiksa dokter” hanya saja, begitu kalimat itu lolos, kedua obsidian hitamnya yang persis seperti milik Taehyung itu justru membulat setengah terkejut.

“Papa sakit?” tanyanya dengan suara yang mulai terdengar bergetar, lalu dalam hitungan detik, sebelum Namjoon sempat menjelaskan lebih detail, tangisannya malah pecah. Menghentikan langkah keduanya dengan terburu-buru, Namjoon lekas berjongkok dan berusaha menenangkan kendati sia-sia, sebab Tanna seolah enggan mendengarkan apalagi berusaha mengerti. “Papa sakit, papa dimana? Kakak mau lihat papa. Papa, ayah, papa” ulangnya terus menerus sembari tangisannya yang turun kian deras. Enggan membuang waktu lebih lama lagi, pun tidak ingin semakin mengganggu kegiatan orang disekitar mereka, maka Namjoon lekas membawa Tanna ke dalam gendongannya, mempercepat langkah dengan separuh berlari menuju ruangan tempat Jungkook berada.

“Loh, kenapa bang?” begitu pintu ruangan berhasil terbuka dan mendapati Taehyung berjalan mendekat, Tanna langsung meronta-ronta untuk berpindah ke gendongan Taehyung yang masih terkejut dengan kedatangan keduanya yang terlihat membawa kekacauan. “Hei, kecil kenapa ini? kok menangis?” tanyanya perlahan-lahan, dipeluknya hangat Tanna dalam gendongannya sembari dibawa melangkah semakin masuk, sementara Namjoon terlihat menghela dan menghembuskan napasnya berulang kali secara kepayahan, tak sanggup menjelaskan.

“Papa… mau papa” rengeknya dengan tangisan yang semakin mengeras, manakala matanya menemukan sosok papa yang tengah berusaha terduduk dengan beberapa alat monitor di sebelahnya. Wajah papa terlihat pucat tanpa hiasan make up sedikitpun, dan sebelah tangannya tertancap sesuatu yang tidak begitu Tanna ketahui. Yang pasti papa terdengar meringis pelan karena kesusahan. Dan Tanna hanya menangkap bahwa papa tengah kesakitan dan ia ketakutan. “Papa…”

“Sini cantik, sini” Jungkook lekas menyambutnya ke dalam sebuah pelukan, diusapnya lembut punggung dan kepala bagian belakang si putri kecilnya berusaha menenangkan, sementara Taehyung melempar tatap bingung ke arah Namjoon yang malah mengangkat bahunya seraya tersenyum tanpa rasa bersalah. “Kenapa? Kakak kenapa menangis seperti ini?” tangan Jungkook yang bebas beralih mengusap air mata di pipi berisi milik si putri kecilnya.

“Papa sakit, ya?”

Mengerutkan keningnya, Jungkook lantas tersenyum memahami, “papa nggak sakit, kak”

“Terus kenapa disini? Ayo pulang, kakak nggak suka tempat ini”

Menghela napas sabar, Jungkook berusaha menjelaskan dengan hati-hati, “papa belum boleh pulang, kak. Kan kita mau ketemu adik-adik kakak”

Pasusu 2 √ tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang