Pasusu 2
Taehyung tersenyum ketika mendengar suara berisik dari gemerincing lonceng-lonceng kecil, bersamaan dengan langkah kaki yang mendekat—— itu suara gelang kaki yang digunakan oleh Jungkook; lelaki itu lagi-lagi bangun terlambat, sudah nyaris satu bulan belakangan ini, tetapi itu bukanlah masalah, Taehyung jelas tahu, Jungkook membutuhkan banyak istirahat ekstra, terlebih kadang kala di beberapa malam ia terpaksa harus terjaga sebab merasa pegal di beberapa bagian tubuhnya. Bertepatan dengan langkah kaki yang berhenti, Taehyung membalikan tubuhnya, mendapati si kesayangannya berdiri dua langkah di depannya, menatap dengan penuh binar, begitu terpesona dengan rambut biru milik si suami yang dini hari tadi sempat singgah menjadi bayangan dalam kepalanya. Tampan. Taehyung selalu tampan dengan gaya apapun. Dia sempurna. Lagi-lagi pujian fisik untuk si suami ia lontarkan kelewat banyak di dalam hati. Dan Jungkook merasa menjadi yang paling beruntung memiliki Taehyung seutuhnya.
"Selamat pagi, cantik"
"Tampan" ujarnya membalas sambutan dengan sebuah gumaman pujian. Kekehan mengudara sebagai tanggapan, Taehyung berjalan mendekat, mengikis jarak diantara keduanya lalu membubuhkan dua kecupan singkat di pelipis dan pipi si kesayangannya yang masih sibuk memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang berhiaskan rambut biru. Sebelah tangan Jungkook terangkat, mengusap perlahan-lahan surai biru milik si suami, senyumannya semakin mengembang lebar tatkala sentuhannya terasa nyata. "Kamu seperti dulu" lanjutnya, sapuan tangannya kini berpindah pada sudut-sudut wajah Taehyung yang tampak bertambah kian dewasa. "Bedanya sekarang jadi dua kali lipat makin tampan. You are not human!"
Taehyung tertawa ringan. Reaksi Jungkook memang terdengar berlebihan, tetapi ia sangat menyukainya. Taehyung juga merasa puas. "Serius, Tuhan pasti sengaja ciptain kamu buat nunjukin bentuk kesempurnaan" katanya di akhiri decakan kagum berulang kali, "pantes dulu banyak yang suka. You are perfect!" Katanya lagi, seolah-olah kekaguman tidak ada habisnya.
"Suka?"
Jungkook mengangguk cepat beberapa kali, menjawab dengan nada antusia. "Suka!" Keadaan tubuhnya yang lebih rendah dibanding Taehyung membuat Jungkook sedikit berjinjit untuk memberikan kecupan di beberapa bagian wajah si suami, "punya ku" ujarnya nyaris di setiap kecupan yang dibubuhkan, menciptakan jejak-jejak basah yang kini memenuhi wajah Taehyung. Lelaki itu lagi-lagi hanya terkekeh seraya membawa Jungkook ke dalam gendongan ala koalanya. "Jangan digendong, berat, nanti jatuh" Jungkook berusaha menahan pergerakan Taehyung. Tetapi, bukannya menuruti, Taehyung justru berjalan sembari membawa tubuhnya menuju konter dapur dan mendudukkannya di atasnya.
"Nggak akan ku biarkan jatuh, Jungkookie ku jaga" katanya sesaat sebelum menurunkan Jungkook diakhiri satu kecupan di bibirnya, "kakak Tanna sudah diantar ke sekolah sama daddynya tadi bareng yang lain" Taehyung menundukkan pandangannya, sebelah tangannya dengan sengaja menekan bibir Jungkook beberapa kali, "ini boleh? Morning kiss?" Dan tidak ada alasan bagi Jungkook untuk menolak, ia memberikan akses penuh untuk Taehyung melakukannya, membiarkan si suami mencumbunya di atas konter mini dapur sampai keduanya kehabisan napas lalu setelahnya melakukannya lagi dan lagi seolah terus merasa kurang dan kehausan—— ciuman selamat pagi.-katanya.
Jungkook menepuk bahu Taehyung pelan, memberikan kode bahwa ia sudah kehabisan napas, "bibirku bengkak" rengeknya manja, beralih memandangi bibir Taehyung yang tak kalah bengkak dan memerah, ada sedikit luka di sudut bibir bawahnya, hasil dari gigitan Jungkook, ia terkekeh seolah-olah merasa lucu, "bibirmu juga" selorohnya asal. "Mau lagi?"
"Selalu kurang"
"Sekalian buat tanda, ya?" Taehyung mengernyit heran, "suami ku tampan, harus ada tanda kepemilikan disini" Jungkook mengusap rahang tegas Taehyung, "biar semua orang tahu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasusu 2 √ tk.
Fiksi PenggemarIni kelanjutan warna-warni dari kehidupan si Pasusu, diramaikan oleh si manis kloningan cilik mereka yang bernama Kim Taera. Akankah mereka merasa cukup hanya dengan bertiga? Ataukah yang dulu merasa utuh malah menjadi jenuh kemudian runtuh? Masih...