44. sebuah trauma

709 113 26
                                    















Pasusu 2















Sudah nyaris pagi.

Tetapi, Taehyung masih betah bersandar pada kepala ranjang seraya memperhatikan si kesayangannya yang terlelap mengarungi mimpi; ia berusaha memastikan Jungkook tetap aman dan selalu berada dalam pengawasannya—— sebab, ada banyak ketakutan yang singgah dan sejak hari dimana kehamilan Jungkook diketahui, ia tidak bisa tertidur dengan nyenyak, menjadi mudah sekali terbangun oleh pergerakan sekecil apapun, terkadang bahkan harus terjaga sepanjang malam hanya untuk memastikan si kesayangannya selalu berada dalam kondisi baik-baik saja.

Menghela napas panjang, sebelah tangannya terulur secara perlahan-lahan, diusapnya pipi Jungkook teramat lembut, senyumannya terukir tatkala menyadari pipi itu bertambah kian berisi. Sesekali ia membungkukkan setengah tubuhnya, membubuhkan beberapa kecupan sayang pada pucuk kepala Jungkook, atau hanya menghirup sekilas aroma sampo favorite pilihannya yang menguar harum bersumber dari rambut hitam milik Jungkook. Tangannya kemudian beralih mengusap permukaan perut si kesayangannya dari balik piyama tidur yang dikenakannya, bersamaan dengan itu banyak do'a-do'a baik yang di panjatkan lewat bisikan hati. Lantas ketika dua sosok di dalam sana seolah tengah membalas dengan sebuah tendangan kecil, Taehyung terkekeh pelan sembari berbisik, "tidur sayang, jangan ganggu papa" katanya.

Tidak dapat dipungkiri sejujurnya kebahagiaan tumpah ruah dari dasar hatinya, dokter mengatakan banyak sekali hal baik mengenai kondisi si suami sekaligus dua calon buah hatinya. Ketiganya sehat. Kedua calon buah hatinya tumbuh dan berkembang dengan baik, sedangkan si papa, tidak mengalami keadaan sulit sedikitpun selama masa kehamilan yang nyaris memasuki usia ke enam bulan lamanya ini, cenderung aktif dan memiliki pola makan serta tidur yang sesuai dengan anjuran dokter, tidak mudah kelelahan bahkan hampir seratus persen seperti orang normal pada umumnya. Kemudian, jika ingat-ingat lagi pada masa-masa awal kehamilan, yang mengalami sakit untuk pertama kali sebagai pertanda kehamilan Jungkook itu malah Tanna di putri sulung, berlanjut pada Taehyung hingga pada tahap morning sickness. Sementara, Jungkook yang sedang hamil sendiri tidak mengalami apapun yang menyakitkan, ia hanya kerap kali merasa ngidam dan terkadang dalam beberapa situasi menjadi lebih sensitif. Tetapi, itu merupakan hal yang sangat wajar untuk seseorang yang sedang mengandung.

Taehyung bersyukur, kehamilan yang kali ini tidak seburuk kehamilan sebelumnya. Paling tidak, Jungkook dan kedua calon buah hatinya sama-sama berada dalam kondisi sehat. Namun, meskipun begitu, ketakutan akan trauma kehilangan dan rasa menyakitkannya masih belum hilang dalam ingatan, sebanyak apapun waktu terkikis dan cepat berlalu. Kondisi kala itu akan selalu membekas, menjadi bagian dari masa lalu dalam kotak bernamakan 'luka'. Walaupun dengan perlahan-lahan ia mencoba mengikhlaskan semuanya, Taehyung tetap tidak akan pernah mau jikalau harus mengulang masa itu untuk kedua kalinya. Hari itu masih menjadi duka terdalam untuknya, kendati sekarang Jungkook sudah baik-baik saja sekalipun.

"Kak…"

Memutus ingatan secara paksa ketika sebuah panggilan merasuki rungunya, Taehyung menoleh cepat ke arah Jungkook yang kini berusaha mendudukkan tubuhnya, refleks ia bergerak membantu hingga posisi keduanya kini duduk sejajar. "Mau minum?" Tanyanya yang dijawab sebuah anggukan, diserahkannya segelas air putih di atas nakas, di samping tempat tidurnya, yang Jungkook persiapkan sebelum tidur tadi. Di teguknya beberapa kali hingga menyisakan setengahnya lalu diserahkan kembali ke arah Taehyung, Jungkook menatapnya, cukup lama dalam diam yang menyisakan keheningan. "Kenapa? Butuh sesuatu? Ada yang sakit?" Tanyanya khawatir dan gelengan yang kali ini menjadi jawaban.

Jungkook tersenyum kecil, sebelah tangannya terangkat untuk mengusap pipi roti milik si suami yang kini sibuk memperhatikan sembari terus memastikan keadaannya. "Belum tidur?" Tanyanya Jungkook setengah menebak, "kenapa kak?" Lanjutnya penasaran, tetapi mendapati Taehyung terdiam sembari menggeleng beberapa kali, Jungkook balas menghela nafas panjang seakan-akan tahu alasan dibaliknya tanpa Taehyung menjelaskannya sekalipun, "aku nggak papa kak, aku baik-baik aja. Kamu nggak usah khawatir, sayang" ujarnya menyakinkan. "Kamu butuh tidur kak, jangan sampai kamu yang sakit" katanya melanjutkan dengan hati-hati, berharap Taehyung tidak tersinggung dan lebih berbaik hati pada dirinya sendiri, sebab Taehyung juga membutuhkan banyak istirahat setelah seharian bekerja kelelahan.

"Aku nggak papa" balasnya. "Cuman nggak bisa tidur" selorohnya memberi alasan, tidak ingin Jungkook menjadi khawatir.

"Aku tahu tidurmu jadi nggak tenang" simpul Jungkook, "aku nggak akan kenapa-napa kak, kamu jangan takut tidur"

"Susah, Jung. Takut ku masih banyak"

Tatapan Jungkook menyendu, rasa bersalah hadir membelenggu dada, ia bergumam dengan suaranya yang mulai melirih, "maaf"

"Bukan salah mu" sanggah Taehyung dengan cepat. "Nggak papa, lagian dengan begini aku menjadi lebih tenang. Kamu nggak perlu khawatir, tidur ku cukup kok" lanjutnya masih berusaha menenangkan kendati Jungkook malah semakin merengut bertambah khawatir, ia beringsut mendekat, menarik pelan tubuh si kesayangannya untuk di dekap, membiarkan hening mengambil alih, hingga deru nafas keduanya silih bergantian terdengar di tengah sunyinya malam itu. "Jangan mikir macam-macam, aku baik-baik aja, cantik. Sekarang tidur lagi ya?"

Bukannya lekas berbaring, Jungkook justru mengeratkan pelukannya, sebelah tangannya mengusap dada Taehyung yang terekspos tanpa balutan busana—— si suami memang suka tidur tanpa balutan atasan, dulu sebelum hamil Jungkook juga terkadang melakukannya. "Pola tidurmu berantakan, jangan sampai sakit, kak. Kami tidak ada yang jaga nanti" katanya, kembali pada bahasan awal. Kemudian di genggamnya erat sebelah tangan Taehyung dan Jungkook tuntun untuk mengusap permukaan perutnya, "kami baik, ayah. Sangat sehat. Ayah juga harus selalu sehat"

"Jungkookie——"

"Aku juga banyak takutnya kak" sambarnya cepat, kepalanya dibawa mendongak hingga kini tatapan mata keduanya bertemu, tangannya beralih mengusap rahang tegas si suami, "tentang kamu, tentang Tanna, kedua calon buah hati kita, dan tentang aku. Takutku banyak sekali, kak" ada jeda yang diambil cukup lama setelahnya, keduanya hanya berbicara lewat sorot mata tanpa berucap sampai Jungkook akhirnya kembali melanjutkan dengan separuh berat hati, "sama seperti kamu, aku juga takut kejadian dua tahun yang lalu terulang lagi, parahnya kali ini bisa jadi aku yang pergi——"

"Aku nggak suka pembahasan mu" Taehyung memotong sembari menatap tajam. Keningnya berkerut dan setumpuk emosi jelas terasa. Jungkook kembali mengusap rahangnya untuk menenangkan. "Jangan bahas itu"

Jungkook menghela napas panjang, "sayangku banyak buat kamu kak, banyak sekali, semesta bahkan kalah besar. Aku juga nggak mau ninggalin kamu, nggak akan pernah mau pergi lebih dulu. Kalo bisa diijinkan, itu akan jadi janjiku sama kamu. Karena itu, aku mencoba yang terbaik agar tetap sehat dan selalu baik-baik aja. Kamu seharusnya nggak perlu banyak khawatir, sayang. Aku akan berusaha buat tetap sama kamu. Jadi, kamu juga harus tetap sehat biar kita bisa sama-sama dalam waktu yang lama, sampai semesta segan untuk memisahkan kita lama-lama. Ayo berjuang sama-sama buat sembuh, buat kembali utuh dan tetap sehat. Bagi sakit mu sama aku juga kak, jangan sendirian begini, aku sedih melihatmu kesusahan sendirian" bersamaan dengan bubuhan kecupan yang Taehyung berikan pada keningnya, air matanya ikut turun melewati pipinya. Seharusnya, Taehyung tahu, ketakutannya barangkali tidak begitu berarti apa-apa, sebab Jungkooknya juga sama-sama tengah berusaha untuk selalu ada disisinya.

Love,
Ad💜

Pasusu 2 √ tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang