Pasusu 2
"Pak Choi Youra ditetapkan sebagai tersangka atas kasus percobaan pembunuhan terhadap suaminya sendiri, Choi Minki"—— bersamaan dengan berita yang baru saja Jaehyun kabarkan lewat sambungan telepon, suara nyaring pecahan kaca terdengar tidak jauh dari posisi Taehyung duduk. Ia menoleh ke arah sumber suara, menemukan Jungkook sudah berdiri di sebelahnya dengan ekspresi terkejut; secara tidak sengaja Jungkook mendengar kalimat Jaehyun sebab Taehyung menyalakan load speaker karena mengira Jaehyun akan memberikan kabar baik. Untuk sesaat keduanya terdiam kaku, saling bertukar pandangan dengan sorot yang sulit diartikan sampai akhirnya Taehyung memilih berdehem pelan, memutus pandangan lebih dulu, kemudian menjawab singkat dengan suaranya yang tegas setelah mematikan load speaker pada ponselnya. "Asisten Jung, kita hanya harus fokus dengan kasus Tanna"
Jungkook memejamkan matanya sekilas mendengar jawaban Taehyung, kepalanya terasa pening seketika, tidak pernah menyangka jikalau Youra akan melakukan hal seperti itu pada suaminya sendiri padahal sebelumnya kerap kali menceritakan hal-hal romantis dalam pernikahan mereka. "Keluarga Choi tidak akan tinggal diam, mereka akan mengurus kasus ini sampai tuntas, kau tidak perlu ikut campur, tugas mu hanya memastikan Youra masuk penjara sebagai hukuman atas tindakannya terhadap Tanna. Pastikan itu terjadi, karena aku tidak peduli meski kemungkinan dia akan mendapat hukuman berlapis sekalipun" begitu perintahnya yang jelas langsung dilaksanakan oleh Jaehyun.
Jungkook mengerjapkan matanya beberapa kali; Taehyung adalah orang yang baik. Sangat baik sampai seringkali mengorbankan dirinya sendiri untuk membantu orang lain, terkadang bahkan membuat Jungkook kesal karena Taehyung kerap kali mendahulukan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Tapi, dalam situasi berbeda Taehyung bisa menjadi sosok yang paling kejam, seperti tidak memiliki rasa simpati dan empati. Baginya jika orang itu sudah menyakiti si putri kecil kesayangannya terutama Jungkook, maka Taehyung pastikan tidak akan ada ampun untuk orang itu, tidak peduli pada siapapun itu, termasuk jika keluarganya sendiri yang melakukannya, salah satu contohnya adalah Youra.
"Yuna sama Minjun, gimana?" Jungkook berujar cepat sebelum Taehyung berhasil mematikan sambungan telepon. Pertanyaannya mengundang kernyitan dahi dari Taehyung yang menatapnya dengan sorot tajam, "gimana kalo mereka dibawa kesini aja? Kasian kalo harus nginep di kantor polisi"
"Keluarga Choi akan menjemput mereka nanti"
"Iya, tapi masa mereka nunggu di kantor polisi" Jungkook menelan salivanya susah payah ketika sebelah lengan Taehyung terulur untuk menarik pinggangnya agar semakin mendekat kearahnya, "maksudku mereka pasti ketakutan, kak. Kasian. Lagian yang mereka kenal disini cuman kita, nggak papa kalo mereka dibawa ke sini dulu" Taehyung menghembus napas berat seraya mengusap pinggang Jungkook berulang kali.
"Jungkook——"
"Kak, kasian"
Jungkook paham, Taehyung merasa marah pada Youra. Ia tahu betul. Sebab, Jungkook juga merasakan hal yang sama. Lagipula kesalahan Youra memang tidak bisa dimaafkan, apalagi jika sudah menyakiti putri kecil mereka. Tapi, bagaimanapun Youra masih menjadi bagian dari keluarga mereka, anak-anaknya pun masihlah keponakan mereka, jadi bagi Jungkook tidak ada salahnya untuk menolong, sebatas memberi mereka tempat untuk istirahat untuk sementara. Melampiaskan kemarahan pada anak sekecil Yuna dan Minjun adalah sebuah kesalahan, mereka bukan tandingan Taehyung ataupun Jungkook, yang paling besar bahkan belum genap berusia 7 tahun pun mereka pasti ketakutan dengan apa yang terjadi sekarang. Jadi, mengesampingkan emosi sejenak seharusnya bukanlaj masalah besar untuk saat ini.
Jungkook mengusap pipi roti milik sang suami, lalu tersenyum kecil, "kasian kak, boleh ya?" Dibalas dengusan kesal oleh Taehyung, tapi meski begitu Taehyung tetap mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasusu 2 √ tk.
Fiksi PenggemarIni kelanjutan warna-warni dari kehidupan si Pasusu, diramaikan oleh si manis kloningan cilik mereka yang bernama Kim Taera. Akankah mereka merasa cukup hanya dengan bertiga? Ataukah yang dulu merasa utuh malah menjadi jenuh kemudian runtuh? Masih...