Sewelas : Cerita yang belum lengkap

225 36 20
                                    

"Sebuah hari yang paling menyenangkan, hari yang hanya ada satu kali seumur hidup."

.

.

.

Kudus, Juli, 2004.

Kalian pasti menunggu hari di mana mereka mengucapkan Ijab Kabul dan hari pernikahan yang begitu meriahnya, sampai - sampai segenap teman Danur baik anggota Flying In Love atau mahasiswa maupun mahasiswi satu angkatan Danur datang rombongan dari Bekasi, niat sekali.

"Saya terima nikah dan kawinnya Yaswanta Banyu Jagapati binti Christian Seano Jagapati dengan mas kawinnya tersebut dibayar tunai."

Dan pastinya, ada sebuah kesalahan yang berujung jenaka, tapi tak ada yang berani tertawa, sebab acara ini terlalu sakral untuk dijadikan sebuah acara lawakan. Mereka tentu tahu siapa yang Danur nikahi, tapi dibuat pangling pula karena saking cantiknya orang yang akan menjadi pasangan sah Danur itu.

"Sah?"

"PUN PAK JENENGAN SAH KEUN MAWON, KULA SAMPUN LUWE! (Sudah pak anda sah kan saja, saya sudah lapar!)" bukan Yukti namanya kalau tidak memalukan, sampai - sampai Hesta yang awalnya terharu kini memukul mulut Yukti dengan punggung tangannya.

"Isin aku isin (malu aku malu)." Danur menggumam lirih, begitu pula dengan Yaswa yang langsung menunduk dengan semburat merah yang tercetak jelas di pipinya.

"Cocote..." kini Yuwa yang menggumam sinis pada Yukti.

"Nggih nggih, para saksi bener sah niki?" Sang penghulu bertanya guna menengahi konflik setengah lawak yang terjadi karena Yukti.

"SAH!"

"Alhamdulillah..."

Dan acara terima tamu setelah resepsi adalah hal yang sebenarnya sangat membuat Ajeng maupun Yaswa sangat ingin menghindar, karena mereka dijatuhi ratusan pertanyaan dari tamu undangan yang mencari - cari ke mana Danur. Ya bagaimana tidak, kini Danur dengan mudahnya meninggalkan Yaswa ke pelaminan menuju panggung untuk bermain musik bersama teman - temannya, duh Yaswa jadi ada rasa ingin talak tiga.

"Yas, kamu malu ga sih?"

"Malu banget mbak..."

"GENJRENG TERUS WA!"

"HEH ITU MEMPELAI PRIANYA NAPA MALAH NGE BAND?!"

Indah sekali bukan? Bukan.

Tapi, Yaswa juga harus tetap bersalaman dengan para tamu yang berkali - kali pula memuji dirinya, ada yang bercanda perihal malam pertama pula. Tak tanggung - tanggung, tapi untungnya ada Ajeng yang menemani, tapi jawaban Ajeng juga sama saja membuat ia malu sendiri.

Kalau ia bisa mengubah sang mentari menjadi sang rembulan, ia akan cepat - cepat mengubah waktu menjadi malam, ia sudah sangat pegal sejujurnya, pinggulnya mendadak sakit sekali karena lama berdiri. Kepalanya juga pening sekali, membuat ia lantas memilih duduk dengan alasan kalau ia pegal.

Yaswa melihat ke sekitarnya, ada Hesta yang tengah makan dan mengobrol dengan Sahadya, hingga terbahak mereka entah kenapa, ada pula Yuwa yang tengah makan kue semprit seraya menunggu orang ambil makan prasmanan. Ada banyak makanan yang enak di sana, seperti nasi pecel, nasi goreng, bakso, nasi gudeg bahkan juga ada bubur sumsum dan bubur kacang hijau di sana, semuanya dibuat sendiri, karena kalau pesan takut tidak enak katanya.

Semua hal yang ada di sini merupakan hasil uang tabungan Danur, dengan bantuan beberapa kerabat Danur yang juga terkejut karena Danur tiba - tiba akan menikah padahal lulus kuliah saja belum. Eh tidak, katanya uang tabungan Danur untuk penunjang hidup mereka saja nanti, ini semua gratis, karena semuanya milik kerabat dekat Danur.

Violin and Guitar | Jongsang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang