Kalih likur : Pagi yang "menyenangkan"

172 33 15
                                    

"Shock sekaligus lega itu terkadang kurang menyenangkan."

An : sahutan tidak sopan yang tidak patut ditiru.

.

.

.

.

Bekasi, November, 2004.

Pagi hari di mana tentunya adalah pagi yang sibuk bagi Yaswa dan Danur, ya, kali ini Yaswa dibantu oleh Danur, tentunya dalam hal yang tak terlalu berat, menjaga Ira contohnya. Yaswa tengah menjemur pakaian setelah memasak sarapan, ditemani oleh Danur dan Ira yang tengah bercanda ria di bawah sinar matahari pagi, dan tentunya mereka melakukan itu di halaman rumah, karena bagian belakang merupakan bagian tertutup alias buntu.

Entah mereka sedang apa, tapi Yaswa dapat mendengar gelak tawa Ira yang mengalun begitu merdu, sampai ia jadi ingin ikut tertawa mendengarnya. Yaswa menoleh sejenak ke arah mereka, ia baru ber-oh ria kala melihat Danur yang tengah mengusakkan hidungnya ke perut Ira, pantas saja Ira tertawa begitu senangnya.

"Waduh perutnya bunyi, lapar terus, awas gendut." Ekspresi wajah Ira berubah mendengar candaan Danur, apalagi ia mendengar Danur menertawakan dirinya, lantas Ira tiba - tiba menangis begitu kencang, membuat Danur seketika panik sendiri.

"B-bercanda, waduh, utututu iya boleh lapar kok, duh bisa digoreng ibumu aku..." Danur menimang Ira seraya memeluk Ira dan menepuk punggung Ira agar Ira tenang, sedikit melirik ke arah Yaswa yang tiba - tiba menjemur pakaian dengan gerakan yang begitu cepat.

"Hust, sampun, tak mik loh jatahmu (hust, sudah, tak minum loh jatahmu)." Bukannya diam, Ira malah mengeraskan tangisannya, sampai akhirnya Yaswa datang seraya menggulung lengan bajunya dan berkacak pinggang.

"Udah anteng - anteng malah dikerja nangis." Danur hanya menyengir tak bersalah, lantas menyerahkan Ira pada Yaswa untuk diberi nutrisi.

Yaswa lebih dulu masuk ke dalam rumah, berbeda dengan Danur yang masih setia di halaman rumah seraya menyeka keringat dinginnya dan bernafas lega, tumben sekali Yaswa tidak memberinya rangkaian kalimat yang mengalahkan pidato orasi, mungkin suasana hatinya sedang baik. 

Entah inisiatif darimana, mendadak Danur ingin olahraga, terhitung sudah lama ia malas olahraga. Bukan berniat menggoda janda yang ada di depan rumah apalagi tebar pesona dengan para anak muda komplek, tapi memang benar murni ingin olahraga, walau kala ada yang lewat juga ia beri siulan.

Ayo catat, Danur masih memakai pakaian lengkap, hanya olahraga ringan di samping jemuran, seperti push up dan sit up contohnya, tapi banyak penghuni komplek yang teriak histeris melihat Danur. Mana Danur juga menanggapi pula, membuat Yaswa yang datang dengan segelas kopi untuk Danur jadi ingin menyiram Danur dengan kopi yang ia bawa.

"Olahraga mah olahraga aja mas, ingat, cincin pernikahan kita lebih elit dan mahal daripada janda depan rumah!" Yaswa berucap sedikit keras dan menekankan kalimat terakhir kala ia melihat salah satu penghuni yang hendak menggoda Danur.

"Buset itu kalimat terakhirnya jangan terlalu ditekankan." Danur menyahut seraya tertawa, apalagi melihat wajah masam si penghuni tadi.

Setelah si penghuni pergi, barulah Danur menyelesaikan olahraganya dan menghampiri Yaswa yang tengah cemberut, dari situ Danur menyadari kalau Yaswa cemburu dengan kejadian tadi. Melihat Danur yang malah meminum kopi buatannya dengan santai membuat Yaswa kesal, tidak peka sekali pikirnya.

"Melodiku kenapa cemberut sih? Panda jelek ada salah apa?"

"Banyak!"

Danur meletakkan kopinya di meja yang ada di sana seraya tertawa mendengar jawaban Yaswa, lantas ia peluk Yaswa dan mencium kedua pipi Yaswa saking gemasnya berkali - kali, membuat Yaswa yang tengah merajuk jadi risih sendiri dan mencoba untuk lepas dari pelukan Danur.

Violin and Guitar | Jongsang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang