"Setelah membisu, akhirnya dia mau bicara."
.
.
.
Bekasi, Maret, 2005.
"Kalau kamu susah makan, kasihan dedek, nanti sedih karena kesehatan mama turun drastis."
Kali ini, Danur tengah membujuk Yaswa untuk sarapan pagi, karena pagi ini Yaswa baru bangun setelah tidur yang lumayan panjang dan rupanya itu wajar walau Danur sempat panik karena Yaswa tidur dari pagi sejak pertama di rumah sakit hingga pagi lagi. Entah karena makanannya tidak enak atau apa, tapi Yaswa menolak untuk sarapan, tapi tak memberikan alasan yang jelas.
"Sayang..." Yaswa masih menunduk seraya menggeleng cepat, menatap ke arah tangannya yang masih diinfus.
"Makan, ya? Atau mau yang lain?" Yaswa kini terlihat memainkan selimutnya, sedikit ragu hendak berkata.
"Mau bubur ayam yang pernah ada di depan gang kontrakan, boleh?" Oh, lihatlah matanya yang berkaca - kaca seolah dirinya tidak pernah diperbolehkan untuk makan.
"Boleh dong, mas beli dul-"
"Ga ga! Bukan mas yang beli, mas ga boleh pergi, suruh yang lain."
Baru hendak berdiri tapi lengan Danur sudah lebih dulu dipeluk erat oleh Yaswa, seolah tak ingin Danur pergi ke mana - mana walau hanya pergi sebentar. Danur tentu tak jadi pergi, ia kembali duduk dan memikirkan siapa yang akan diminta pergi, dan satu - satunya jalan adalah meminta tolong pada Yukti yang dekat dengan si tukang bubur ayam.
Setelah melihat Danur menghubungi Yukti untuk meminta tolong walau tadinya Yukti sempat mencak - mencak karena tak mau, Yaswa terlihat senang, semakin mengeratkan pelukannya pada Danur seolah berterima kasih. Danur hanya tersenyum tipis lantas mengusak surai Yaswa karena gemas, agaknya Danur lebih suka melihat Yaswa yang sedang sakit, karena Yaswa akan berubah seperti anak kecil yang tak ingin ditinggal oleh ayahnya.
"Mau apalagi?" Yaswa menggeleng sebagai jawaban, masih setia memeluk lengan Danur seolah tak sudi Danur beranjak sedikit dari duduknya.
Di tengah senangnya, Danur lebih dominan merasa sedih pada kondisi Yaswa, wajahnya yang memucat juga menirus, tubuhnya yang lumayan berubah kurus, membuat ia merasa tak bisa menjaga Yaswa. Kalau bisa Danur juga ingin marah, marah pada Yaswa yang menjadi seorang overthinker tapi tak ingin berbagi pikiran dengan Danur, seolah Danur tak bisa membantu Yaswa menyelesaikan segala hal yang ia pikirkan.
Danur akui memang tak mudah menyatakan apa yang ada dalam pikiran, karena ia juga mengalaminya, tapi Danur juga tentu bersedih hati melihat Yaswa begini. Danur mengerti, mungkin Yaswa terjebak dalam trauma yang ia alami, membuat Yaswa jadi kurang terbuka, atau mungkin tak percaya pada Danur walau Yaswa tahu kalau Danur bukan sosok yang membuatnya begini di masa lampau.
"Aku terkadang masih takut kalau mas pergi, takut ternyata mas pergi jauh - jauh dan buang aku karena aku begini." Yaswa tiba - tiba berucap, membuat Danur sontak mengalihkan pandangan ke arah Yaswa, demi mendengar lebih lanjut cerita Yaswa.
"Dulu, dari mereka aku sering dapat ancaman, kalau aku ga nurutin mereka nanti mereka bakal pergi ninggalin aku, kaya waktu aku masuk rumah sakit dulu, aku ternyata ditinggal sama mereka, ga dirawat, untung ayah tahu, tapi tetep aja ayah maafin mereka karena ngira kalau mereka repot bentar jadi ninggalin aku." Suara Yaswa berganti serak, pertanda kalau Yaswa hampir menangis sekarang.
"Dan kalau nanti dedek lahir dan punya kondisi sama kaya aku, aku takut mas ga bakal nerima dan melakukan hal yang sama..."
Danur menggeleng tak setuju pada kalimat akhir Yaswa, "kalau memang nanti mas ga nerima dia gimana bisa mas nerima kamu? Walau kondisi kamu begini pernah mas protes? Sama kaya dedek nanti, mas juga ga bakal protes kalau memang dedek punya kondisi yang sama kaya kamu, mas bakal rawat dan jaga dia kaya mas jaga kamu baik - baik, sedikit pun mas ga bakal lewatin apa yang dia alami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Violin and Guitar | Jongsang [END]
Diversos"Orang ganteng main gitar, orang cantik main biola, cocok." Yaswa si pemain Biola dan Danur si pemain Gitar, bertemu dalam suatu festival lantas mulai saling bercerita dan dekat. ! note ; jongho as dom, lokal au dengan nama lokal. ! cw//tw ; bxb-mpr...