Setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit,kini Oliv di bolehkan pulang kerumah,namun harus memenuhi jadwal chek up perkembangan dirinya.Oliv menghela nafasnya kasar,berkali kali mengelap tubuhnya dengan tissu basah berharap semua bekas yang di tinggalkan lelaki itu lenyap! Tapi nyatanya tidak semudah itu. Ia sudah berjam jam di depan meja riasnya untuk menghilangkan bekas bekas kemerahan serta memar dan cakaran kecil di leher dan dadanya,tapi justru sakit yang ia dapat.
"Kenapa nggak ilang ilang sih!? Lagipula, sadis banget itu bajingan!". Keluhnya kesal dengan nada tinggi. Gadis itu sudah sangat frustasi dengan dirinya sendiri. Bekas bekas itu selalu mengingatkannya pada kejadian malam itu. Bahkan untuk tidur nyenyak pun ia sudah tak bisa.
"Aaarrgghhh, brengsek!".
Mendengar suara jeritan adiknya di dalam kamar,refleks Almira yang sedang memasak di dapur langsung berlari mengecek kondisi Oliv. Ia takut jika Oliv melakukan hal hal berbahaya.
Almira membuka pintu dengan kasar hingga membuat Oliv terjungkit kaget,gadis itu sontak langsung berlari ke pojok ruangan dan menitupi kepalanya.
"Pergi pergi!". Teriaknya takut.
Almira yang bertambah panik langsung mendekat,mendekap adiknya sembari menahan tangis. Ia tak boleh lemah sekarang,karena jika ia lemah,siapa nanti yang akan menyalurkan kekuatan pada Oliv?
"oliv,ini Kakak. Ini Kak Almi". Ujarnya lembut sembari membelai kepala Oliv dengan sayang.
Cukup lama Almira melakukan itu untuk menenangkan Oliv,hingga gadis itu kembali tenang dan langsung menghambur ke pelukannya.
"Kenapa Liv? Ada masalah?". Tanya Almira dengan suara bergetar.
"Kak,aku-,". Ucapnya tercekat.
"Kenapa?".
Pelukan itu terlepas,menyisakan pemandangan Oliv yang hanya memakai tangtop yang membuat beberapa luka lebam dan kissmark di area dada dan lehernya terekspose.
"Aku nggak mau lihat ini Kak, tapi susah banget ilangnya". Gumamnya pelan sembari melihati dirinya sendiri.
Mendengar pengakuan itu membuat Almira benar benar runtuh. Tidak seharusnya adiknya mendapatkan itu semua di waktu yang belum seharusnya.
"Aku jijik lihatnya Kak,ak-,aku benci lihatnya". Lanjut gadis itu dengan suara pasrah. Almira tahu bahwa Oliv berusaha pura pura kuat di depannya,namun kini justru dirinya yang tak bisa pura pura kuat di hadapan Oliv.
Almira mengusap air matanya kasar,sembari mengulas senyum,ia beranjak dan membawa Oliv duduk kembali ke meja rias. Karena Oliv tidak memiliki foundation,akhirnya Almira berlari ke kamarnya untuk mengambil foundation lalu kembali ke kamar Oliv.
Dengan sabar,ia menutup semua bekas merah yang ada di leher dan dada Oliv. Hingga membutuhkan waktu hampir satu jam,Almira tak merasa lelah melakukan itu.
"Jangan mandi ya Liv,nanti kalau mandi ilang penutupnya. Besok aja mandinya,lagipula kaya gitu ilangnya agak lama". Ujar Almira sembari mengulas senyum,saat dirinya tengah berhasil membuat leher dan dada Oliv kembali seperti semula,walau hanya menutupnya dengan foundation.
"Makasih ya Kak". Ujar gadis itu tersenyum tipis sembari memeluk Almira.
"Sama sama Liv.Yaudah,makan siang dulu sama minum obat yuk?".
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA
Teen Fiction"Lo cuma punya satu pilihan. Lo lepas dengan selamat dan nggak akan bilang kejadian ini ke siapapun termasuk polisi,atau lo berakhir di sini sebagai mayat?". #1 16tahun #1 pelecehanseksual Agustus 2022