BAB 17. SEMAKIN DEKAT

12 1 0
                                    

Malam everyone???

Apa kabar?? Kangen ngga sama Oliv?
Ahaha author juga kangen sama sifatnya yang clingy :)

Tp gmana ya? Setahun ini author banyak tugas hidup yang bikin ga fokus mau balik ke wp, semoga setelah ini, author bisa nemenin kalian terus tiap malem yaa ??

Doain author biar bahagia terus dan bisa update trus sampe cerita ini tamatt

Happy reading!! Syang kalian banyak-banyakk!!

*
 
   "Pokoknya lo bedrest, jangan ngapa-ngapain, lo butuh sesuatu, panggil gue, kalau gue pas kuliah atau kemana, kabarin aja". Ujar Arfi panjang lebar sembari masih sibuk menyiapkan makanan untuk Olivia.

  Olivia hanya terdiam memperhatikan, sembari menaruh tangannya di dagu, ia memperhatikan setiap gerik tubuh Arfi.

   Mungkin satu fakta lagi yang  baru Olivia tahu, bahwa cowok itu memiliki dua kepribadian. Bisa jadi?

    Karena kepribadian Arfi di 'malam itu' dengan kepribadiannya di akhir-akhir ini sangat beda 180°.

    Tak lama, sepiring nasi goreng dengan tampilan cantik nan menggoda sudah tersaji di depan Olivia. Melihat nasi goreng dengan asap yang masih menyembul harum, membuat kedua matanya berbinar.

    "Sendok dong Fi, lo lupa ngasih sendok". Pinta gadis itu untuk mengambilkan sendok. Arfi pun mengangguk, setelah sendok ia berikan, dengan lahap Olivia memakan nasi goreng tersebut sembari sesekali menganggukkan kepala.

   Apakah Olivia suka dengan masakannya?

   Ternyata benar apa kata almarhumah mamanya, bahwa laki-laki harus bisa masak. Memasak adalah skil utama untuk bertahan hidup, bukan wanita saja yang di tuntut harus bisa memasak.

Makasih Ma! Ajaran Mama sangat bermanfaat. Batin Arfi sembari mengulas senyum.

   Baru beberapa suap, gadis itu menghentikan makannya, ia memegangi perutnya dengan raut wajah yang tiba tiba berubah. Dengan cepat, Olivia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.

   "Hooekk! Hooekk!".

   Tanpa perintah, Arfi menyusul, memijit tengkuk Olivia untuk membantu gadis itu mengeluarkan segala isi di dalam perutnya.

   Setelah di rasa selesai, Olivia berbalik badan. Wajah lesu lemas dengan mata sayup terpampang di depan Arfi. Tanpa fikir panjang, Arfi langsung menggendong Oliv menuju kamar.

    "Ada yang salah di masakan gue? Apa emang lo mual sama semua makanan?". Tanya Arfi sembari masih sibuk menata bantal sandaran kepala Oliv.

   Gadis itu hanya menggeleng lemas.

   "Minuman hangat, lo suka apa? Teh hangat, susu hangat, apa jahe hangat".

    "Enggak fi, gue masih mual, takut keluar lagi kalo di masukin makanan atau minuman".

    Arfi menghela nafas panjang sembari menatap sedih Olivia. Kandungan gadis itu benar benar sangat rentan. Andai waktu bisa di putar, mungkin ia akan menyadarkan diri dan bertanya soal umur perempuan yang akan ia jadikan bahan pertaruhan. Tapi apa boleh buat? Semuanya sudah terjadi.

    "Istirahat ya? Gue tinggal keluar kira-kira boleh nggak? Gue ada perlu".  Ijin Arfi.

   Olivia menggeleng dengan muka sedih, gadis itu meraih tangan Arfi dan tiba-tiba menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 9 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OLIVIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang