BAB 7. USAI

414 20 2
                                    

   Hallo, selamat malam ?   

Maaf nunggu lama ya, maklum ibu-ibu anak satu sibuk shay. Sempet nulis kalau si gemoy lagi tidur.

Yaudah ga usah basa basi, langsung baca aja yaaa.

Oh ya, biar feelnya dapet, boleh sambil dengerin musik.

Happy reading!

*

   "Yakin lo, macarin cewek bekas kaya gitu?".

   "Lo nggak jijik Ge?".

   "Masih banyak cewek yang lebih baik buat orang baik-baik kaya lo Ge".

    Ucapan-ucapan dari teman temannya itu memenuhi kepala Geha. Padahal, sudah dua minggu cowok itu berusaha menghapus kalimat- kalimat itu dari kepalanya. Ia sayang dengan Olivia, gadis percaya diri dan tekun, serta manis. Tapi skandalnya akhir-akhir ini yang membuat Geha bimbang. Padahal, berita tentang Oliv di media sudah meredup.

    Pernah suatu ketika, Geha menanyai gadis itu, siapa lelaki yang sudah berani dan keji memperkosanya, tapi gadis itu tetap bungkam dan tak mau memberi tahu. Terlebih, sore ini, ia mendapat kabar jika pacarnya hamil, tapi hamil bukan dengannya. Cowok mana yang tidak terpukul?

   Gadis itu meminta bertemu di coffeshop dekat sekolah, mungkin akan membahas perihal kemana hubungan mereka selanjutnya. Jelas, kalau di mintai pertanggung jawaban, Geha tidak akan mau, karena bukan ia yang melakukannya, masa depannya pun masih panjang dan cerah. Tapi di sisi lain, ia juga tak rela jika gadis itu menikah dengan orang lain.

   Setelah sampai di coffeshop, Geha sudah melihat Oliv duduk di meja ujung pintu masuk dekat jendela. Pandangannya kosong, namun masih terlihat cantik dengan dress selutut warna coklat. Tak pikir panjang, ia langsung masuk dan duduk di sebelah Oliv.

    "Maaf ya nunggu lama". Ujarnya basa-basi.

    "Iya nggak apa-apa Ge, terus gimana?". Tanya Oliv to the point.

    "Emang udah di tes beneran kalau hasilnya positif?".

    Oliv terdiam mendapat pertanyaan itu, ia membuang muka dan mengalihkan pandangannya ke jalan depan coffe shop, terlihat ramai padat. Tapi dirinya tak bisa menahan tangis untuk saat ini.

   Ia mengangguk lemah, merasa pusing belum menemukan solusi yang tepat untuk masalah baru ini.

    "Terus terang maaf Liv, kalau harus tanggung jawab, gue nggak bisa". Ujarnya lirih, Geha takut sekali Olivia tersinggung atas ucapannya.

    Olivia semakin menunduk mendengar pengakuan Geha, ia mengangguk memaklumi. Mana ada laki-laki yang mau bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak ia perbuat? Bahkan yang berbuat pun belum tentu mau bertanggung jawab?

    "Gue ngerti Ge, dan nggak mungkin juga lah, lo bodoh mau tanggung jawab, sedangkan yang ngelakuin bukan lo". Jawabnya sembari menahan tangis, mencoba berusaha tersenyum untuk mentertawai dirinya sendiri. Olivia Alissya, gadis 16 tahun yang begitu kotor.

    "Kenapa nggak minta pertanggung jawaban sama yang merkosa lo aja Liv? Tapi meskipun iya, gue nggak ikhlas lo sama yang lain."

    "Terus, gue harus hamil di luar nikah, nggak boleh punya suami, ngebesarin anak ini sendirian, tapi pacaran sama lo?".  Jawabnya cepat. Memang ya? Semua cowok itu egois.

    "Nggak gitu Liv, emang gue nggak ikhlas, tapi kalau keadaanya memaksa, gue bisa apa? Seenggaknya gue pengen lo bahagia, jangan nangis".

   Geha menghapus air mata Olivia, beberapa orang juga menatap mereka penuh tanya.

OLIVIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang