BAB 13. HARI H

154 7 1
                                    

 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hallo hallo, Olivia di sini siap menemani malam galau kalian hehe..

Ada yang nunggu next chapter ?

Oke, cus aja yuk, gaskeunnn..

Selamat membaca !

       

*



    Hari ini adalah hari pernikahannya. Olivia terdiam di kamar sembari menatap jendela luar dengan nanar. Sedangkan perias pengantin sedang memoles wajahnya dengan tergesa gesa tanpa tahu bahwa pengantin yang sedang ia rias ini hatinya sedang berantakan.

     "Banyak kok client saya kalau di make up sambil nangis, katanya sih terharu, nggak nyangka bisa menikah sama orang yang di cintainya selama ini". Ujar Helena sang perias mencairkan suasana.  Olivia hanya mengangguk sembari mengulas senyum terpaksa.

   Fikirannya mengawang jauh kedepan, bagaimana diwaktu selanjutnya, ia akan menjadi seorang istri. Istri dari seorang pelaku pemerkosaan yang begitu keji. Apa otaknya sudah tidak waras? Apa dirinya sudah gila?

    Olivia menyunggingkan senyum meremehkan diri sendiri. Ini pilihannya, kalau orang bilang anak ABG selalu gegabah dalam memutuskan sesuatu, mungkin itu sebuah fakta yang benar adanya. Karena kalau di fikir lagi, memang dirinya begitu gegabah dan bertindak konyol.

   Tiba tiba pintu di buka mendadak, Kak Almi terlihat panik dan meminta sang perias untuk mempercepat pekerjaannya karena sang penghulu sudah ada di lokasi akad. Ya, Akad nikah hanya di adakan sederhana di rumah Olivia, tidak di gedung atau bahkan di kebun bunga dengan tema outdoor intimate seperti mempinya dulu.

     "Agak cepetan ya Kak, soalnya Penghulunya udah sampai". Pinta Almira sembari melirik ponsel dan menghubungi seseorang, lalu keluar lagi entah kemana.

   Olivia semakin di buat gugup tak karuan, pertanda sebentar lagi dunianya semakin terampas, mimpinya terkubur, dan segala kebebasannya terpenjara. Meski ia sudah memberi surat perjanjian itu pada Arfi, tapi apakah cowok itu akan melaksanakan perjanjian itu?

    Terdengar dari ruangan kamarnya, suara mic sudah berdengung dan riuh para tamu undangan memenuhi seluruh penjuru rumah.

    "Siap siap ya, dengarkan baik baik calon suamimu mengucapkan Qobul di depan penghulu". Ujar Helena sembari mengusap pundak Olivia bahagia. Tidak mengerti juga, kenapa sang perias ini begitu ikut bahagia dan antusias atas pernikahannya, sedangkan Olivia sendiri tidak seantusias dan sebahagia itu.

    "Baik, semua saksi sudah sisap?". Tanya penghulu dari mic.

    "Siap".

OLIVIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang