6. ❤

649 172 101
                                    









Sepanjang perjalanan Airin melihat Egi yang terus melamun dibeberapa waktu, bahkan ia mengemudi dengan tidak fokus.

"Aa' berhenti dulu deh..."

"Oh kenapa sayang..."

Egipun memutar setirnya ke kiri untuk masuk ke rest area yang mereka temui.

"Aa' yang kenapa... Aa' kelihatan banget lagi ada yang dipikirin... Sejak semalam..."

Egi menghela nafasnya "Aa' bingung... Aa' takut... Aa'  belum bisa cerita apapun..."

Airin semakin bingung dengan ucapan suaminya "Aa' bisa cerita sama aku...apapun masalahnya pasti bisa kita lewatin bersama A'..." Airin menggenggam tangan Egi lembut.

Egi menatap jemari Airin yang lentik dimana sebuah cincin melingkar dijari manisnya, simbol suci itu semakin membuatnya bersalah.

"Aa' akan cerita saat kita udah dirumah ya..."

"Ya udah kalau gitu... Tapi aku mau ke toilet dulu A'..."

"Yaudah ayo Aa' anter..." Merekapun turun dari mobil dan berjalan mencari toilet.

Egi menatap tangannya yang menggandeng tangan Airin, masihkah bisa besok seperti ini? Saat Egi menceritakan semua kepada Airin.

Egi takut, sungguh takut kehilangan Airin karena dipastikan Airin akan kecewa untuk pertama kali padanya.

"Huufff.... Astagfirullah..." Egi mengusap wajahnya kasar, ia berdiri didepan pintu toilet wanita menunggu Airin selesai.




Egi menganggap kehadiran Airin dalam hidupnya sebagai anugerah, tapi tidak untuk sebaliknya, Egi merasa ia adalah cobaan untuk hidup Airin. Dan itu sungguh tidak adil menurutnya.

Egi pun belum siap kehilangan Airin dalam hidupnya, itu bahkan terlalu cepat, ataukah hanya dia yang overthinking?

Tapi sesempurna apapun seorang wanita, mereka tetap saja manusia yang memiliki rasa sakit saat kita menyakitinya.

"Aa'..."

Egi tersadar dari pikiran buruknya "Eh udah selesai..."

"Iya..."

"Ya udah yuk..."  Egi kembali menggenggam tangan Airin dan sesekali mencium punggung tangan itu sepanjang langkah kembali ke mobil.






❤❤






Egi menghentikan mobil di halaman rumah, ia menoleh ke Airin yang masih tertidur lelap, ditatap wajah malaikat yang terlihat sangat tenang itu, helaan nafas kembali terdengar berat entah sudah berapa kalinya.

"Sayang.... Kita udah sampai..." Egi membelai pipi Airin dengan punggung jari telunjuknya.

Airin menggeliat lalu perlahan membuka kedua kelopak matanya yang sayu.

"Alhamdulillah..."

Egi turun dan membukakan pintu untuk Airin "Ayo..."

"Nuhun A'..."

Merekapun masuk kerumah dan beristirahat, Airin tidak lagi menagih janji Egi untuk bercerita, ia akan menunggu saja sampai nanti suaminya sendiri yang berinisiatif.




......

"Ay..." Egi tiba-tiba memeluk Airin dari belakang yang sedang menyisir rambut setelah mandi.

"Hmm..."

"Maafin Aa ya..."

"Maaf untuk apa..."

Egi memejamkan matanya menghirup harum surai panjang Airin yang menenangkan, Airin menatap pantulan bayang suami dari cermin didepannya.

Pesantren Rock & Roll - Jilid II 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang