14. ❤

645 141 102
                                    






"Aa..."

Airin menepuk pelan pipi Egi tapi sepertinya suaminya itu masih tenggelam dalam mimpi.

"Aa..." Ditepuknya lagi tetap dengan tepukan halus, bagaimana bisa membangunkan orang seperti itu, hanya Airin yang paling sabar.

"Aa...."


"Hmm..." Akhirnya Egi menggeliat dan berusaha membuka matanya yang lengket seperti ada lem perekatnya.

"Aa..."

"Hmmm.. Iya... Kamu butuh apa sayang..."


"Laper..."

"Hhmm laper?" Egi pun melihat ke jam digital disamping tempat tidurnya "Jam 2 pagi..."

"Kamu pingin apa Ay..." Egi pun bergerak duduk seraya mengucek kedua matanya.

"Coba kita ke dapur... Mungkin ada sesuatu yang bisa dimakan..." Egi turun dan membantu Airin turun.

"Selagi pingin makan... Aa akan turuti apapun yang kamu mau..."

"Tapi A... Malam begini teh ada orang jualan?"

"Hmm... Maunya apa dulu dong sayang..." Mereka berjalan keluar kamar menuju dapur saling merangkul.

"Bikinin telur mata sapi aja deh A..."

"Ha? Semudah itu?"

"Emang Aa teh bisa?"

"Ya jelas dong... Enggak bisa hehe... Minta tolong mpok..."

"Jangan... Aku pinginnya teh Aa yang buatin..."

"Waduh... Ya udah deh Aa coba..."

"Kok waduh... Bismillah dong A..."

"Iya Bismillah..." "Kamu duduk aja disini..." Egi meminta Airin duduk dikursi bar setelah itu Egi mengitarinya dan masuk ke area dapur.

"Wajan mana..."

"Di kabinet atas A..." Tunjuk Airin dan Egi mengangguk mengerti dan segera membuka kabinet dapur bagian atas.

"Yang kecil aja A..."

"Okay...yang ini ya..."

"Iya bener..."




Egi meletakkan wajan tersebut diatas kompor lalu menyalakan kompor listrik tersebut.

"Minyak... Minyak..." Egi berbicara sendiri mencari minyak goreng "Telur... Telur..."

"Kuningnya jangan sampai pecah A... Dan juga harus ditengah..."

"Etdah... Aa kira semudah itu..." Kita memang tidak boleh meremahkan hal-hal yang kecil.

Airin terkekeh melihat wajah Egi yang tertekan "Baru telur mata sapi A... Belum yang lain..."

"Wah apa perlu Aa les masak?"

Airin tertawa kecil lagi "Terserah Aa... Tapi aku nggak akan memberatkan..."



Egi tersenyum melihat wajah Airin yang juga tersenyum dengan cahaya dibawah lampu hias minimalis yang berwarna kekuningan tidak mengurangi kecantikan Airin yang sedikit oriental.

"Bismillah... Jangan pecah...." Egi memecahkan telur diatas wajan yang sudah panas.."

"Yahhh pecah Ay... Aa bikin lagi deh..." Wajah Egi cemberut

"Tidak tidak usah... Itu aja deh nggak papa..."

"Lho? Serius? Nanti anak Aa ngiler gimana..."

"Keburu laper banget soalnya..."

Pesantren Rock & Roll - Jilid II 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang