"Mas?!"
"Hm."
"Kenapa Mas yang bayar?"
"Ya, pengen aja."
"Nggak boleh!"
"Kenapa nggak boleh?"
"Karena itu belanjaan aku, jadi aku yang harus bayar. Ambil kartu Mas lagi."
"Tapi saya mau, Na. Gimana dong?"
"Ihh, gak boleh git--"
"Maaf, jadi untuk pembayarannya gimana ya Mas, Mbak?" Mungkin karena tidak tahan dengan perdebatan Nana dan Praja, mbak kasir itupun menyela dengan sopan.
Nana buru-buru menyodorkan kartunya tapi langsung di rebut oleh Praja dan di simpan di saku depan celananya, sebagai gantinya Praja memberikan kartunya ke mbak kasir tanpa hambatan. Kecuali Nana, yang masih ngedumel di sampingnya.
"Kirimin nomor rekening Mas sekarang."
"Gak mau."
"Ihh, kenapa? Kan mau aku ganti uangnya, aku gak enak di traktir terus." Nana merengek tidak terima karena dia benar-benar merasa tidak enak.
Praja menepuk puncak kepala Nana beberapa kali, "Kamu gak perlu ngerasa gak enak. Kan kamu sendiri yang bilang, saya ini orang kaya gabut." Praja terkekeh geli mendengar kata-katanya sendiri, "Jadi anggap aja sekarang saya lagi gabut dan gak tau gimana caranya ngabisin uang."
Nana mendengus dengan wajah cemberut, percuma mendebat Praja Adiningrat yang ternyata sangat keras kepala. Sedangkan mbak kasir yang masih fokus men-scan belanjaan Nana diam-diam tersenyum di balik maskernya.
"Kamu nggak beli bahan makanan lain selain mie instan, Na?" Tanya Praja mengamati belanjaan Nana yang sedang di scan.
Nana merutuk dalam hati. Lalu meringis menatap Praja, "Kan aku gak bisa masak, Mas."
Di sampingnya, Praja menggeleng pelan. Tidak habis pikir dengan pola hidup Nana selama ini, kalau tidak bisa masak berarti perempuan itu lebih sering pesan makan dari luar atau masak mie instan kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Center Of My World
RomanceNana jatuh cinta pada Praja Adiningrat yang 6 tahun lebih tua darinya. Praja yang love language-nya physical touch, act of service dan ngetreat Nana like a queen membuat pertahanan diri Nana runtuh. Tapi sayangnya Praja tidak pernah benar-benar in...