Bab 11

29.7K 2.2K 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana menyeruput minumannya sambil memperhatikan penampilan laki-laki di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana menyeruput minumannya sambil memperhatikan penampilan laki-laki di depannya. Ini pertemuan pertama mereka, setelah beberapa kali bertukar kabar lewat chat atau telepon. Nana yang sedang malas bepergian jauh-jauh, memilih Lamiavita sebagai tempat pertemuan keduanya.

Usia laki-laki di depannya ini hanya lebih tua dua tahun dari Nana, penampilannya juga tidak seperti yang Nana pikirkan--mengingat Izam ini anak Pak Usthad, Nana pikir penampilannya pasti tidak jauh-jauh dari baju koko, sarung dan gamis.

Dengan kemeja lengan pendek berwarna navy dan celana panjang hitam serta rambut yang di sisir rapi, sebenarnya Izam cukup menarik. Nana tidak pandai menggambarkan fisik seseorang tapi wajah Izam ini hampir mirip dengan lawan main Prilly Latuconsina di film 12 cerita Glen Anggara--Junior Roberts.

"Jadi, kamu belum ada rencana untuk pulang ke rumah orangtua kamu?" Tanya Izam.

Nana menggeleng pelan, "Nggak dalam waktu dekat. Kerjaanku lagi banyak banget dan gak bisa di tinggal. Kenapa?"

Izam meneguk kopinya, sebelum menjawab. "Kamu perempuan, Na. Gak baik tinggal sendiri di kota sebesar ini, gak ada juga yang bisa menjamin kamu gak terjerumus ke pergaulan bebas kan?"

Nana mengangkat satu alisnya heran, "Aku udah dua tahun tinggal sendiri dan sejauh ini aman-aman aja. Aku tau batasanku dan gak pernah berniat macem-macem juga." Nana menatap Izam serius, "Kayaknya, rusak atau nggaknya pergaulan seseorang itu bukan hanya karena lingkungan tempat dia tinggal deh. Tapi juga tergantung orangnya sendiri."

"Iya, tapi gak ada salahnya kan kalo aku khawatir sama kamu?"

Kerutan di dahi Nana makin dalam, "Gak ada yang perlu di khawatirin, aku bisa jaga diriku sendiri." Jawab Nana dengan lugas.

Izam mengangguk paham. Dia menatap Nana intens, meski yang di tatap lebih memilih melihat ke luar jendela.

"Bulan depan kamu bisa pulang, Na?"

Nana yang di tanya langsung beralih menatap Izam, "Gak tau, harus tanya Enzy dulu. Kenapa sih, ngotot banget nyuruh aku pulang?" Nana mulai kesal dengan Izam yang terkesan terlalu ikut campur dengan kehidupannya di pertemuan pertama mereka, lalu obrolan-obrolan yang sepertinya Nana tahu akan mengarah kemana.

The Center Of My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang