Nana jatuh cinta pada Praja Adiningrat yang 6 tahun lebih tua darinya.
Praja yang love language-nya physical touch, act of service dan ngetreat Nana like a queen membuat pertahanan diri Nana runtuh. Tapi sayangnya Praja tidak pernah benar-benar in...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lagi baca apa?"
Nana bergabung bersama Praja di sofa.
"Ini, tentang sistem informasi manajemen. Kamu baca deh, Na. Biar nambah-nambah pengetahuan kamu soal bisnis juga." Praja langsung menarik Nana untuk bersandar di dadanya, satu tangannya melingkar erat di pinggang Nana.
Nana mencibir lalu mendongak, "Aku males banget baca buku berat kayak gini." Nana mengecup bibir Praja, "Harusnya kan aku di cium."
Praja terkekeh pelan. Entah di letakan di mana buku tadi yang jelas tangan Praja sudah berada di leher Nana, membuat Nana mendongak sepenuhnya. "Kamu tau, aku gak bisa berenti kalo udah mulai." Lalu bibir laki-laki itu turun ke leher Nana yang seolah-olah memanggilnya untuk menjamah.
Praja mengecup disana beberapa kali, "Jangan mancing-mancing. Kita bisa di gerebek kalo kamu terus kayak gini." Suara Praja yang berubah lebih serak serta napas hangatnya yang menerpa leher Nana membuat Nana merinding.
Nana bukan perempuan yang agresif tapi bersama Praja, laki-laki itu seolah bisa membangkitkan sisi lain di dalam diri Nana. Kadang saat mereka hanya mengobrol dengan normal pun, Nana akan selalu bisa memancing Praja untuk menerjangnya. Intinya, semua karena Nana padahal Praja sudah mati-matian menahan diri karena tahu Nana yang baru pertama kali menjalani hubungan seperti ini. Jadi Praja tidak ingin selalu menuntut Nana untuk memuaskan hasratnya, tapi memang dasar anaknya suka mancing-mancing, mereka jadi sering melakukannya.
Seperti saat ini, Nana yang entah sejak kapan sudah duduk di atas pangkuan Praja, menangkup wajah laki-laki itu dan menciumnya dengan tergesa-gesa.
Praja?
Tentu saja menyambut Nana dengan sepenuh hati. Kedua tangannya melingkar di pinggang Nana, sesekali Praja akan mengusap paha serta pinggangnya, membuat Nana semakin menjadi-jadi.
"Savannah..."
Praja sudah nyaris putus asa menahan diri.
"Can we play quickly?"
Siapa yang akan bisa menolak setelah melihat penampilan Nana saat ini. Matanya sayu dengan bibir merah yang sedikit membengkak, serta satu tali dresnya yang sudah turun ke bahu.
