Nana tiba di Bandara Sultan Babullah Ternate setelah hampir empat jam menempuh perjalanan udara. Nana menghirup dalam-dalam udara Kota kelahirannya, rasanya seperti pulang ke Rumah. Memang benar ya, mau sejauh apapun kita pergi, kampung halaman akan selalu menjadi tempat yang paling di rindukan.
Setelah berkali-kali di teror oleh permintaan Bu Nura, Nana akhirnya kalah dan memutuskan untuk pulang. Tentunya setelah melewati drama panjang dengan laki-laki yang sekarang berstatus sebagai pacarnya itu. Praja tidak melarang tapi dia bertingkah seperti anak kecil yang takut di tinggal pergi Ibunya--menempel sepanjang hari sampai Nana mulai kehabisan kata-kata menghadapi tingkahnya. Ini Nana hanya pergi selama tiga hari loh, bukan bertahun-tahun.
"Mbak Nana? Sini saya bantu bawa kopernya."
Suara itu menyadarkan Nana dari lamunannya. Nana menoleh dan mendapati Pak Agus--supir keluarganya yang dengan sigap langsung membawa kopernya. Nana hanya mengikuti langkah Pak Agus yang berjalan ke sebuah mobil yang sudah dia kenal.
Sepanjang perjalanan hanya Nana habiskan dengan menatap keluar jendela, menikmati pemandangan Kota Ternate yang tidak terlalu banyak berubah. Kecuali taman-taman kota yang semakin di percantik, banyaknya Indomaret dan Alfamidi yang tersebar di sepanjang jalan, dan kata Pak Agus--makin banyak tempat wisatanya.
Nana ingin sekali bisa menghabiskan waktunya untuk mengelilingi Kota ini tapi apa boleh buat, Nana hanya punya tiga hari untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya sebelum kembali ke Jakarta dan menghadapi setumpuk pekerjaan yang sudah menanti.
Nana menghembuskan napasnya panjang.
Kalo bukan karena kontrak, gue masih pengen lama-lama disini.
Getaran di ponselnya kembali menyadarkan Nana dari lamunan. Nana tersenyum melihat chat yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Center Of My World
RomanceNana jatuh cinta pada Praja Adiningrat yang 6 tahun lebih tua darinya. Praja yang love language-nya physical touch, act of service dan ngetreat Nana like a queen membuat pertahanan diri Nana runtuh. Tapi sayangnya Praja tidak pernah benar-benar in...