Bab 02

41.7K 2.6K 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana buru-buru masuk ke dalam Coffee shop yang menjadi tempat pertemuannya dengan pihak brand W

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana buru-buru masuk ke dalam Coffee shop yang menjadi tempat pertemuannya dengan pihak brand W. Dari kejauhan Nana sudah bisa melihat Enzy yang sedang berbicara dengan dua orang yang posisinya sedang membelakangi Nana saat ini, Nana mempercepat langkahnya begitu matanya dan mata tajam Enzy bertemu. Dengan ekspresi yang dibuat semenyesal mungkin, Nana mengambil posisi duduk di sebelah Enzy setelah mengatakan alasannya terlambat datang dan syukurlah dua perempuan di depannya ini memaklumi itu mengingat ini adalah kota Jakarta, kota macet.

Setelah itu meeting berjalan cukup lancar, Nana hanya perlu membuat video meriview seluruh produk make up dan skincare dari brand W lalu mengunggahnya di youtube, instagram dan akun tiktoknya. Dan kabar baiknya, mereka menawarkan kontrak tahunan yang mana Nana tidak boleh terikat dengan brand lain selama masa kontrak itu. Nana sih setuju-setuju saja apalagi bayaran yang di dapat juga lumayan besar.

"Sebelumnya Mbak udah pernah nonton video-video saya?" Tanya Nana pada perempuan dengan rambut sebahu yang tadi sempat memperkenalkan namanya sebagai Kina.

Kina mengangguk, "Selain untuk kepentingan pasar, saya juga suka sama cara kamu meriview satu produk karena menurut saya cara penyampaian kamu itu gampang di mengerti dan gak berbelit-belit. Kamu juga sering merekomendasikan produk-produk lokal yang kualitasnya gak kalah sama produk high end, jadi orang-orang yang kantongnya pas-pasan jadi punya pilihan lain untuk tetap cantik. Dan saya rasa, itu point plus-nya kamu sih."

Nana mengangguk paham, "Berarti Mbak juga tau kan, kalo saya gak akan berbohong hanya karena sudah di kontrak?" Melihat Kina dan satu temannya mengernyit bingung, Nana kembali menjelaskan. "Maksud saya, apapun produk yang saya riview mau itu produk murah atau mahal, saya akan tetap kasih penilaian yang sejujur-jujurnya tanpa menjatuhkan nama brand tersebut. Begitupun sebaliknya. Saya gak mau membohongi orang-orang yang udah percaya sama saya."

Enzy menghembuskan napasnya lega setelah Kina dan temannya pergi. Syukurlah meeting berjalan lancar dan Nana akhirnya menandatangani kontrak bersama brand W, tentunya setelah melewati sedikit negosiasi tadi. Nana adalah orang yang paling menghindari masalah, kalau bisa dia ingin hidupnya berjalan dengan damai selamanya. Karena itulah kenapa tadi Nana harus menjelaskan caranya meriview sebuah produk, karena Nana takut di dalam kontrak nanti dia di tuntut harus mengangkat nama brand tersebut. Kalau memang produknya bagus sih tidak masalah, tapi kalau sebaliknya? Nana tidak mau diminta berbohong apalagi sampai harus mengecewakan orang-orang yang sudah percaya padanya.

"Abis ini mau kemana?"

"Pulanglah!" Jawab Enzy ketus.

Nana yang baru selesai meneguk minumannya langsung mendengus lesuh. "Kok pulang sih? Gue kan baru dateng, Zy. Nonton yuk?"

Enzy menyipitkan matanya, menatap Nana serius. "Buang-buang waktu. Endorsan lo banyak yang belum di kerjain, di mobil ada paket yang baru dateng juga."

"Ya elah, dua jam doang nontonnya." Nana mencibir, "Cuci mata di Z aja deh, yuk. Sejam doang, gue janji." Bujuk Nana sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, wajahnya terlihat bersungguh-sungguh.

Tapi sayangnya, Enzy tidak segampang itu di rayu. Lima tahun bersahabat dan dua tahun terakhir menjadi manajer Nana, Enzy sudah hafal betul kelakuan Nana di luar kepala. Maksud dari cuci mata versi Nana adalah menghabiskan puluhan juta dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Enzy menggeleng tegas. "Lo itu gampang laper mata, tapi ujung-ujungnya barang yang lo beli gak pernah lo pake." Enzy segera mengambil tasnya dan tas Nana yang ada di atas meja, "Ayo balik."

Nana mengikuti langkah Enzy dari belakang sambil bersungut-sungut, "Sumpah deh, Zy. Lo lama-lama beneran kayak emak tiri. Mau jadi istri kedua bokap gue gak? Mayan tuh jadi madunya Bu Nura."

Mendengar itu, Enzy segera menghentikan langkahnya lalu melotot ke arah Nana yang bukannya takut, malah nyengir tanpa dosa.

"Ogah gue punya anak kayak lo."

Nana tertawa. "Nanti gue panggil lo apa ya, Bunda? Atau Umi?"

Melihat Enzy yang bergindik ngeri, semakin membuat Nana meledak. Tawanya menarik perhatian orang-orang di sekitar. Enzy yang malu karena menjadi tontonan, langsung mempercepat langkahnya meninggalkan Nana yang sudah pasti akan terus membututinya seperti anak ayam.

"Umiiii, tungguin!"

"Na, sumpah gue geli banget."


•••


Begitu masuk ke dalam kamarnya, Nana menarik napas dalam-dalam menghirup aroma pengharum ruangan yang menenangkan. Setelah mengganti bajunya dengan daster polos berwarna hitam yang panjangnya hanya setengah paha, Nana merebahkan dirinya ke kasur. Menikmati dinginnya Ac setelah seharian beraktifitas di luar ruangan. Jakarta memang lagi panas-panasnya dan Nana benci panas.

Dering ponsel di samping kepalanya membuyarkan lamunan Nana. Segera di ambilnya benda pipih tersebut, dan senyumnya langsung merekah.

"Halo, Ma."

"Waalaikumsalam."

Sindiran halus itu membuat Nana tertawa, "Maaf, lupa. Assalamualaikum, Mamaku sayang."

Di seberang sana, Bu Nura mendengus. "Waalaikumsalam. Kebiasaan kamu tuh. Kamu lagi apa, Na? Udah makan siang?"

"Aku baru pulang, Ma. Tadi abis meeting sama Enzy, sekalian makan juga. Mama lagi ngapain?"

"Mama juga baru pulang dari rumahnya Bu Mira."

Nana ingat, Bu Mira itu istrinya pak Ustadh yang anaknya pernah mau di jodohin sama Nana. Seketika alarm tanda bahaya di kepalanya berbunyi, perasaannya mendadak tidak enak.

"Masih inget sama Izam kan?"

Tuh kan!

"Tadi dia nanyain kamu loh, Na. Dia juga minta ijin sama Mama mau mengenal kamu lebih jauh, jarang-jarang loh ada cowok yang sat set sat set langsung ke orang tuanya. Mama lebih setuju sih sama cowok yang berani langsung mengambil langkah kayak gini, dari pada yang cuma bisa umbar janji doang. Jadi kapan kamu bisa pulang, Na?"

Nana tidak bisa menahan dirinya untuk mendengus. "Mama gak mau nanya pendapatku?"

"Ya ini kan Mama lagi nanya, Savannah. Jadi gimana? Kapan kamu mau pulang dan pendekatan sama Izam?"

Nana bangun dari posisi rebahannya, duduk di tepi tempat tidur sambil mengacak rambutnya asal. "Memangnya dia mau sama beauty vlogger? Mama tau kan, pekerjaanku mengharuskan aku untuk selalu tampil di kamera. Aku juga suka pake baju yang terbuka dan belum siap pake jilbab."

Bu Nura menghembuskan napasnya panjang. "Itu kan bisa di bicarakan, Na. Yang penting itu kalian saling mengenal dulu. Mama nggak maksa kamu harus terima dia, tapi setidaknya coba kenali dulu orangnya. Kalo nggak cocok ya udah."

"Aku pegang ya, kata-kata Mama. Aku tau, Mama mau yang terbaik buat aku tapi Mama gak lupa kan kalo ini hidupku? Mama juga tau kalo aku gak suka di paksa, jadi aku cuma akan ngalah kali ini aja."

"Oke. Berarti Mama udah bisa kasih nomor kamu ke Izam kan?" Suara Bu Nura yang tenang langsung bersemangat.

"Hm."

Tbc.

The Center Of My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang