Bab 26

37.4K 2.4K 48
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali saat Praja keluar dari kamar, hal pertama yang dia lihat adalah Tian yang tengah duduk di kursi kebesarannya dengan sebatang nikotin yang asapnya sengaja dia hembuskan keatas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali saat Praja keluar dari kamar, hal pertama yang dia lihat adalah Tian yang tengah duduk di kursi kebesarannya dengan sebatang nikotin yang asapnya sengaja dia hembuskan keatas. Tian memperhatikan penampilan Praja yang tidak memakai atasan, menampilkan tatonya yang selama ini tersembunyi. Ada gambar seekor burung elang yang tengah melebarkan sayapnya, panjang sayapnya sendiri memenuhi seluruh punggung bagian atas Praja. Sedangkan di perut bagian kirinya terdapat gambar pohon yang hampir mati, hanya menyisakan satu daun di antara banyaknya cabang dan ranting di pohon itu. Di bawah pohon itu sendiri ada beberapa gambar daun yang berguguran, daun-daun itu di gambarkan jatuh sampai ke garis pinggangnya. Tian sendiri mengakui, Praja memiliki tato yang membuatnya terlihat lebih seksi di antara otot-otot perutnya.

"Gimana? Udah lo perawanin?"

"Shut the fuck up!" Ujar Praja tajam. Dengan santainya dia berjalan menuju kulkas yang ada di dekat pintu, mengambil sebotol air mineral lalu meneguknya hingga tersisa setengah.

"Roman-romannya sih, udah. Jangan lupa pakein salep di punggung lo, kalo di biarin takutnya infeksi."

Praja sontak berusaha menoleh, mencoba melihat kondisi punggungnya yang memang terasa sedikit perih. "Shit!" Maki Praja pelan. Tentu saja bukan pada Nana yang menjadi penyebab cakaran itu ada, tapi pada keadaan yang membuatnya lupa diri sehingga Tian masih bisa menangkap jejak-jejak Nana di tubuhnya.

"Gak nyangka aja, ternyata Praja Ashole Adiningrat ini kalo cemburu galak juga. Anak orang langsung di perawanin." Tian tertawa ngakak lalu tiba-tiba merunduk, menghindari botol air mineral yang melayang ke arah kepalanya.

"Gue gak cemburu bangsat!"

Tian belum puas, laki-laki itu menatap Praja dengan ekspresi meledek. "Iya iya, lo gak cemburu. Tapi lo hampir matahin rusuk anak orang tadi malam."

Praja akhirnya duduk di sofa panjang yang ada di depan meja kerja Tian lalu mengacak-ngacak rambutnya kasar, "Gue kebawa emosi."

Tian ikut duduk di samping Praja. "Agak kaget juga sih, liat lo yang biasanya paling bisa ngontrol emosi tiba-tiba kepancing cuma karena liat dia mau nyium cowok lain." Tian menepuk pundak Praja beberapa kali, "Jaga dia. Gue rasa, dia cocok buat lo yang hidupnya kurang berwarna." Tian terkekeh pelan saat Praja lagi-lagi menatapnya tajam, "Lo ngerasa gak sih, kalo akhir-akhir ini ada yang berubah dari hidup lo? Gak berubah yang gimana-gimana sih, gue ngeliatnya lo makin hidup aja. Biasanya kan kalo siang lo kerja, malemnya lo party sampe lupa diri. Gitu aja terus pola hidup lo selama ini, kayak gak ada tujuan padahal lo tajir man. Usaha lancar, tanah dimana-mana, finansial sampe tujuh turunan oke. Tapi hidup lo kayak hampah, kayak... buat apa sih lo ngumpulin harta banyak-banyak? Toh, gak ada juga yang mau lo bahagiain selain diri lo sendiri. Tapi semenjak ada dia, you become a passionate person, enjoy life more normally, without a bitch, without getting drunk and you look more alive. And I think she's the one who managed to get your attention. No, she also pulled your world."

The Center Of My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang