"Harusnya ya, untuk ukuran orang yang baru aja dapet sertifikat tanah tuh bahagia. Bukannya galau kayak abis di putusin bocil."
Bukan tanpa alasan Tian mengatakan itu. Tian baru saja menyodorkan sertifikat tanah milik Sucipto Brahma senilai 8 Milliar yang tempo hari pernah mereka bahas tapi bukannya senang, ekspresi Praja justru menunjukan sebaliknya. Aneh, pikir Tian.
Praja memutar bola matanya malas, lalu meneguk wine di gelasnya hingga tandas. Wajahnya masih setampan biasanya tapi penampilannya hari ini terlihat kacau.
Tian tersenyum miring, kecurigaannya semakin kuat. "Tapi gimana mau di putusin ya, jadian aja nggak. Kasian banget tuh bocil, udah terlanjur jatuh cinta sama orang yang salah." Tian menggeleng pelan, memasang wajah prihatin yang di buat-buat. "Tapi gue yakin sih, pasti ada pelangi setelah hujan. Dia pasti ketemu sama cowok baik-baik setelah di sia-siain sama si brengsek ini." Tian sengaja melirik Praja di akhir kalimatnya.
Tidak bisa lagi menahan diri, Praja menatap Tian tajam. "Can you get the shit out of me?"
"You just drove the owner of this fucking place away?"
Tian tertawa keras saat Praja hanya bisa mendengus kesal, tidak bisa lagi membantahnya. Tian menuangkan lagi wine ke gelas Praja hingga penuh, "Minum yang banyak, biar abis itu lo gak perlu gengsi lagi kalo mau curhat."
"Curhat?" Praja terkekeh remeh, "Apa yang harus gue curhatin?"
Tian mengangkat bahunya acuh, "Maybe it's about your feelings? About what you can't tell her, about how hard you refrain from holding her back continues to be by your side."
"Gue gak tau, Yan." Praja mengusap wajahnya, terlihat putus asa. Berkali-kali Praja menarik lalu menghembuskan napasnya kasar, "Lo tau kan, sebrengsek apa kita ini? Dan gue ngerasa, gue terlalu brengsek untuk dia. I know, what I feel is not that simple. I want her more than she knows. How can I keep her by my side without needing to hurt her?" Tanya Praja.
"You think too much, bro." Tian menyesap wine-nya santai, "Dari pada sibuk mikirin kemungkinan terburuk yang belum tentu juga akan terjadi, mendingan lo gerak cepat sebelum tuh bocil di ambil orang." Tian terkekeh pelan saat Praja menatapnya tajam, "Gue juga awalnya mikir kayak gitu waktu awal-awal deketin Deelara. Tapi keinginan gue untuk milikin dia jauh lebih besar, dari pada harus ngelepas dia. Sekarang gue tanya deh, apa sih yang lo takutin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Center Of My World
RomanceNana jatuh cinta pada Praja Adiningrat yang 6 tahun lebih tua darinya. Praja yang love language-nya physical touch, act of service dan ngetreat Nana like a queen membuat pertahanan diri Nana runtuh. Tapi sayangnya Praja tidak pernah benar-benar in...