Sudah 15 menit berlalu sejak Park Chanyeol mulai memposisikan dirinya di atas treadmill yang menghadap ke sebuah jendela kaca besar. Alunan musik mengalun mengisi ruangan yang cukup luas itu, menemaninya menikmati pemandangan langit pagi yang cerah dan pepohonan rindang di sekitar rumah orang tuanya.
Di tengah kedamaiannya, suara dering ponselnya menyelinap masuk dan membuatnya seketika terhenti. Ia menoleh ke arah benda yang tergeletak di atas meja di samping pemutar musik dan terdiam sejenak. Apakah itu Moon Gayoung?, batinnya tak sabar.
Entah sejak kapan ia mulai bersikap seperti ini. Setiap kali mendengar dering telepon, Chanyeol langsung membayangkan gadis itu. Namun sayangnya di antara ribuan telepon masuk yang diterimanya sejak pulang ke Seoul, ia belum pernah menerima sekali pun telepon dari gadis itu. Dan sampai detik ini, setiap kali ponselnya berdering, ia selalu berharap jika telepon itu dari Moon Gayoung, gadis yang sudah membuatnya uring-uringan selama sepekan ini.
Sudah seminggu berlalu sejak mereka kembali dari New York. Chanyeol masih ingat jelas dengan apa yang terjadi di Battery Park, ketika ia menyatakan perasaannya pada gadis itu. Namun sampai detik ini ia tidak mendapat kejelesan apa-apa. Gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. Gadis itu tidak menghubunginya, dan ia pun tidak menghubungi gadis itu. Ia hanya pernah mengirimkan pesan padanya sekali di tengah kegiatannya yang padat. Tapi gadis itu tidak membalas pesannya. Tampaknya gadis itu memang tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.
Dering ponselnya lenyap saat langkahnya berhenti di tepi meja. Ia menatap benda itu sejenak, dan sekali lagi benda itu berdering. Chanyeol mendesah keras melihat nama yang muncul di layar. Dengan malas ia menjawab telepon dari manajernya.
"Kau di mana? Kenapa baru menjawab teleponku?" Terdengar rasa sebal dari suara Manajer Lee di seberang sana. Tapi Chanyeol sama sekali tidak terpengaruh karena ia sudah cukup sering mendengar nada serupa dari manajernya itu.
"Aku di rumah. Ada apa, hyung?" sahutnya singkat.
"Kau sudah melihat berita hari ini?"
Alis Chanyeol terangkat. "Berita apa?"
"Sebaiknya kau segera melihat pesan yang kukirimkan padamu. Ini tentang kau dan si desainer itu."
***
Langit tampak mendung sejak tadi. Namun hujan belum juga turun. Padahal Moon Gayoung sudah bergegas ke kantor lebih awal agar tidak kehujanan. Yah, suasana hatinya bisa rusak hanya karena penampilannya yang rapi terguyur hujan dan ia tidak ingin itu terjadi. Suasana hatinya sudah cukup buruk karena hanya tidur selama 4 jam. Pekerjaannya menumpuk karena pergi ke New York minggu lalu dan ia harus segera menyelesaikannya meskipun tidak mudah.
Rekan kerjanya yang lain, termasuk Kang Seolmi, sudah terlihat di ruangan saat ia tiba di kantor. Namun Gayoung merasa ada yang aneh saat ia memperlihatkan diri di sana. Tatapan mata seisi ruangan seolah tertuju ke arahnya secara diam-diam. Tidak ada yang menyapanya, bahkan Seolmi. Sahabat karibnya itu tampak serius menatap layar komputernya, sampai akhirnya ia tersadar setelah Gayoung duduk di bangkunya.
"Oh, Gayoung-ah." sapanya dengan suara pelan. Raut wajahnya terlihat agak aneh. Tidak seperti biasanya.
Gayoung yang masih kebingungan tersenyum kecil. Ia kembali melihat ke sekitar, lalu menatap Seolmi dan bertanya "Apa telah terjadi sesuatu? Kenapa rasanya orang-orang terlihat aneh?" dengan nada polos.
Seolmi tidak langsung menjawab. Wajahnya berubah cemas. "Gayoung-ah, ada hal yang ingin kutanyakan padamu." ujarnya ragu. Suaranya juga terdengar sangat pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] The First Met
RomanceBerawal dari sebuah ketidak-sengajaan yang dilakukan oleh Park Chanyeol, salah satu artis kelas atas di Korea Selatan yang membuatnya merasa harus bertanggung jawab atas hari-hari sulit yang akan dihadapi oleh Moon Gayoung, seorang desainer yang bar...