Should I?

151 17 2
                                    

Gayoung panik setelah menyadari waktu yang sudah menunjukkan hampir pukul sebelas siang. Ia tidak menyangka obrolannya dengan salah satu artis terkenal di Korea selatan bernama Park Chanyeol itu akan memakan waktu yang lama. Padahal mereka tak saling mengenal satu sama lain sebelumnya.

Tapi ada sesuatu yang aneh. Gayoung merasa Park Chanyeol bukanlah sosok yang buruk untuk dijadikan teman. Meskipun ia seorang artis terkenal, Chanyeol tidak sedikit pun menunjukkan sikap yang angkuh.

Tidak, tidak. Sekarang bukan saat yang tepat untuk memikirkan Park Chanyeol. Ia harus berhadapan dengan manajernya setelah ini. Dengan langkah mengendap-endap, Gayoung tiba di depan pintu ruangan. Dengan hati-hati ia membuka pintu dan mendorongnya sepelan mungkin. Ia berharap manajernya itu tidak menyadari kehadirannya.

"Moon Gayoung!"

Seruan yang berasal dari ruangan manajernya itu membuat Gayoung seketika membatu. Dengan ujung bibir yang dipaksa tertarik ke atas, Gayoung memberanikan diri untuk menoleh ke arah ruangan manajernya yang dibatasi oleh sebuah kaca tebal. Sial! Tirainya terbuka!

Dari dalam ruangannya, pria paruh baya itu melambaikan tangannya. Raut wajahnya tertekuk. Gayoung mendesah keras.

"Aku tak tahu harus dari mana menghitung waktu keterlambatanmu hari ini!" serunya setelah Gayoung berdiri di hadapannya

"M-maaf. Tadi aku-"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, telepon yang ada di meja atasannya itu berdering. Dengan mata yang disipitkan ia melirik Gayoung sejenak sebelum mengangkat teleponnya, mengisyaratkan agar ia tidak meninggalkan ruangan.

"Yeoboseyo, dengan Kang Jinseok. Ada yang bisa dibantu?" sapanya dengan nada bicara yang mendadak berubah berat penuh wibawa. "Ah, Tuan Park. Ya, dengan saya sendiri. Apa yang bisa saya bantu?" Sikapnya berubah 180 derajat.

Di sela pembicaraannya di telepon, Tuan Kang menatapnya dengan sorot mata seperti hendak menerkamnya. Gayoung semakin penasaran, siapa yang sedang meneleponnya itu?

"Baiklah. Saya mengerti, Tuan Park. Anda tidak perlu khawatir."

Tak lama setelah itu, Tuan Kang pun menutup teleponnya. Ia diam sejenak sambil menatap Gayoung yang langsung menundukkan wajahnya.

"Aku tak tahu ada hubungan apa di antara kau dengannya. Tapi berterima kasihlah padanya karena kau kubiarkan lolos saat ini." gerutu Tuan Kang.

Gayoung mengerutkan dahinya. Ia tak mengerti dengan perkataan atasannya barusan.

"Jangan berpura-pura bodoh!" Tuan Kang kembali meninggikan suaranya. "Keluarlah dan lanjutkan pekerjaanmu."

Gayoung masih tak dapat memahami perkataan manajernya. Tapi terserahlah. Lebih baik ia segera meninggalkan ruangan itu sebelum atasannya itu kembali membentaknya.

Gayoung kembali ke meja kerjanya yang masih bersih. Ia berencana melanjutkan kembali rancangan busana untuk Park Chanyeol. Tapi perhatiannya teralih ketika menyadari pandangan seisi ruangan tengah tertuju padanya.

"A-ada apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Moon Gayoung terbata.

"Moon Gayoung-ssi," Seolmi yang duduk di sebelahnya mulai membuka suara. "Kenapa kau tak pernah menceritakannya pada kami?"

"Apa?"

"Apa kau benar-benar tak mengenali Park Chanyeol sebelumnya?" tanya Seolmi lagi dengan tatapan ragu sekaligus tak percaya.

Gayoung hanya mengangguk.

"Lalu bagaimana dengan ini?" Seolmi kemudian mengangkat ponselnya dan menunjukkan sesuatu di layar ponselnya pada gadis itu.

Seketika kedua mata Moon Gayoung terbelalak dengan bibirnya yang turut membulat. Tidak! Siapa yang telah mengambil dan menyebarkan gambar itu?!

***

"Baik, sesi pemotretan hari ini cukup sampai di sini." seru sang fotografer disusul dengan tepuk tangan dari para kru.

Chanyeol berjabat tangan dengan si fotografer dan berpamitan dengan para kru sebelum ia kembali ke ruangan ganti. Tak ada siapa pun di sana selain dirinya. Manajer Lee masih berbicara dengan si fotografer di luar.

Chanyeol menjatuhkan bokongnya di atas sofa, lalu menyalakan ponselnya. Alisnya tertekuk saat menerima banyak notifikasi dari sosial medianya.

Ia berdecak seraya mengembuskan nafas berat setelah melihat gambar dirinya dengan seorang perempuan beredar di sosial media. Ya, perempuan yang tengah bersamanya itu adalah gadis yang tak sengaja ditabraknya semalam, Moon Gayoung. "Sial!" erangnya seraya membanting ponselnya ke sofa.

Tak lama kemudian, Manajer Lee masuk dengan terburu-buru. Wajahnya terlihat panik. "Kau sudah melihatnya?" tanyanya khawatir.

Chanyeol hanya mengangguk sambil memijat pelipisnya.

"Apa yang sudah kau lakukan, Park Chanyeol?! Siapa gadis itu dan bagaimana bisa kalian membiarkan orang lain mengambil gambar kalian?" tanya Manajer Lee panjang lebar. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Itu ulah para sasaeng." sahut Chanyeol. "Dan gadis itu, dia adalah gadis yang hyung jumpai pagi tadi."

Manajer Lee terbelalak. "M-maksudmu, si desainer bodoh itu?"

"Hyung, dia tidak bodoh. Itu semua salahku. Jadi tolong berhentilah mengatainya seperti itu!"

Manajer Lee mengibaskan tangannya sambil berkacak pinggang. "Baiklah, baiklah. Aku akan berhenti memarahinya." Ia kemudian duduk di samping Chanyeol. "Kau beruntung karena Tuan Kim saat ini tidak berada di Korea. Tapi perlu kau ingat, lima hari lagi beliau akan kembali dan kita harus menyelesaikan perkara ini sebelum beliau kembali. Kau mengerti?"

Dengan kedua tangan yang terpangku di atas kakinya, Chanyeol menopang dagu dan mendesah cemas. Jika saja waktu itu ia lebih berhati-hati, ia tak akan menabrak Moon Gayoung. Desain-desainnya juga tak akan hancur. Dan yang paling dikhawatirkannya, gadis itu akan terseret dalam dunianya yang rumit.

"Park Chanyeol, apa kau mendengarkanku?" ulang Manajer Lee.

Tanpa mengatakan apa pun, ia berdiri dan meraih kunci mobilnya. Ia mengambil mantelnya yang tergantung di balik pintu dan mengenakan kacamata hitamnya. Kali ini ia tak mengenakan penutup wajahnya.

"Kau mau ke mana?" seru Manajer Lee.

"Hyung, aku butuh bantuanmu."


***


to be continued...

[TAMAT] The First MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang